Tuesday, June 28, 2011

*Kumpulan Catatan Kecil Seorang Istri Mujahid*





Mujahid itu.. Rasulullah SAW bersabda "Seorang mujahid itu adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya di jalan Allah."



Mujahid itu…Dia lah pemegang panji Tuhan…Dialah penyebar sinar suci..Dialah di hatinya mencintai Al-Qur’an, di tangannya kekuatan, di wajahnya keberanian..Dialah yang merintih dan lebur di tikar sejadah di malam hari..Dan dialah pejuang sejati segagah singa rimba di siang hari…Hatinya cuma ada Tuhan nya..Hatinya cuma rindu Tuhan nya..Alloh SWT. Setiap langkah yang ditapak..Setiap nafas yang dihembus..Setiap detik yang dijejak..Hatinya cuma satu…Mengharap bertemu kekasihnya dalam pertemuan teragung dalam perpisahan teragung jasad dan tubuh.



Seorang pejuang atau mujahid selalu memiliki resiko baik keterbatasan waktu yang dimiliki bersama keluarganya, keselamatan hidup terhadap diri maupun keluarganya dan hal lainnya. Tidak hanya seorang mujahid pun. Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini pasti memiliki resiko terhadap jalan yang ditempuh maupun dipilihnya dalam mengarungi hidup ini... Dakwah yang ditempuh seorang mujahid merupakan sebuah jalan pilihan yang diambil oleh orang-orang beriman dan bertaqwa yang menyadari akan kondisi di sekelilingnya yang jauh dari nilai-nilai kebenaran dan Islam. Jalan dakwah yang menjadi pilihan hidup bagi siapa pun (muslim/ah) yang mau melewatinya dengan segala konsekuensi yang ada.



Dibalik keberanian dan kegigihan perjuangan seorang mujahid, maka tersimpan pula peran seseorang wanita di belakangnya. Oleh karena itu, biasa kita bercermin dan melihat siapa ibunya atau pula melihat siapa istrinya.

Seorang ulama besar Imam Syafi’i ketika dilahirkan dalam keadaan yatim. Kala diasuh dan dibesarkan oleh seorang ibu yang tangguh secara mental dan spiritual sehingga sebelum usia baligh beliau telah hafal Al-Qur’an. Imam Bukhari ketika dilahirkan mengalami buta. Namun, karena doa ikhlas yang kerap dipanjatkan oleh seorang ibu yang melahirkannya sehingga Allah SWT mengabulkan doanya, Imam Bukhari dapat melihat kembali dan dunia telah mengakui kejeniusan dan kecemerlangan otaknya. Di dalam salah satu tulisan Sayyid Quthb (ulama besar Mesir) menulis, “Dimana saja saya bermain, terdengar ibuku sedang membaca Al-Qur’an.” Hal ini pulalah yang menjadikan saudara-saudara kandung Sayyid Quthb merupakan para penghapal Al-Qur’an. Muhammad Quthb, Aminah Quthb dan Hamidah Quthb, semuanya merupakan hafidz Al-Qur’an (hapal Al-Qur’an)



Betapa banyak kita mendengar serta menemui muslimah-muslimah yang tangguh di dalamnya. Muslimah ini mampu memberi motivasi pada ayah, suami, saudara laki-laki dan anak-anak laki-lakinya agar pergi berjihad, menunjukkan pembelaan kepada dienullah dan pengorbanan diri untuk Alloh dan agama Islam. Ia memotivasi dengan memberikan semangat untuk mereka, memotivasi dengan menyumbangkan harta untuk mereka dalam rangka jihad fi sabilillah, memotivasi dengan tidak mengeluh kala ditinggalkan, memotivasi dengan tetap sabar atas kepergian mereka dan ujian yang menimpa mereka. Sungguh, inilah tugas muslimah dalam kancah jihad baik dari dahulu hingga saat ini. Seorang muslimah yang terbina akan memahami pula posisi dirinya sebagai mitra suami dalam menjalankan tugas dakwah. Maka ia akan berusaha bahu membahu dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Ia akan memahami betul bagaimana menjadi seorang istri yang shalihah, yang senantiasa taat kepada suami dalam kebaikan, menjaga kehormatan dan harta suami, serta menyenangkan bila dipandang. Muslimah yang terbina juga akan senantiasa mendukung dan memotivasi suami untuk selalu istiqamah di jalan dakwah, dan tidak akan menghalang-halangi suami dalam amal kebaikan.

Konsekuensi status sebagai seorang istri mujahid kerap dirasakan terhadap rasa rindu pada suami tercintanya kala ditinggalkan demi jihad dan dakwah karena mengharap ridho Alloh SWT semata.Walau kerapkali ditinggalkan dalam kesendirian serta pula mengemban amanah berupa taat, tunduk terhadap suami dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan terhadap sang anak, tidaklah menjadikan seorang istri mujahid untuk duduk termenung, terdiam maupun berpangku tangan akan diri dan tanggungjawab tersebut. Melainkan menjalani tiap episode kehidupan dunia ini dengan selalu bersungguh-sungguh, tabah serta bekerja keras demi mewujudkan kehidupan yang Islami dalam rumah tangganya, di bawah perlindungan sang mujahid yang menjadi suaminya.



Pernahkah kita melihat, bercermin serta mengambil ibroh terhadap perjuangan seorang Siti Hajar yang dikisahkan sebagai seorang perempuan pejuang penegakan hak hidup manusia. Seorang sosok perempuan yang dengan ikhlas menerima keputusan Tuhan dan menghadapi cobaan hidup dengan keteguhan hati luar biasa. Siti Hajar telah memanifestasikan semangat perjuangan, ketegaran, dan keteguhan hati perempuan dalam menghadapi cobaan Tuhan. Ia beribadah dalam sukacita, dalam suasana hati yang senang. Ia tidak pernah putus asa untuk terus berharap akan datangnya pertolongan Allah. Upaya tak kenal lelah inilah yang akhirnya mengundang barakah Allah. Sebuah perpaduan antara iman, ilmu dan amal yang terpatri kuat mengantarkannya Siti Hajar sebagai seorang wanita bermanajerial tinggi dalam menghadapi problem kehidupan.



Di lain era zaman, dikisahkan pula bagaimana para istri sahabat Rasulullah SAW yang selalu bersemangat mempertanyakan bagian apa yang bisa mereka lakukan demi membantu perjuangan di medan perang. Mereka tidak mempertanyakan apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin keselamatan suami-suami mereka. Namun, sebaliknya Istri-istri para sahabat kerap mempertanyakan, hal apa yang bernilai sama dengan para suami yang pergi ke medan perang yang bisa mereka lakukan.

Begitu pun dengan kisah seorang istri rasulullah Muhammad SAW Khadijah radhiyallahu ‘anha yang senantiasa memotivasi rasul untuk senantiasa berdakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam. Ketabahan beliau selama mendampingi rasul Muhammad SAW di jalan tauhid dan jihad, baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sempit maupun lapang, adalah sebuah teladan yang sangat mengagumkan. Beliau dengan tenang menghibur Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan yang akan terus dikenang sejarah, “Demi Alloh, Alloh tidak akan menghinakan anda selamanya. Sesungguhnya anda menyambung hubungan kerabat, jujur dalam berbicara, menanggung letih dan menolong yang tertimpa musibah”. Beliau pula secara total menyerahkan apa saja yang dimilikinya untuk kepentingan dakwah Islam, baik harta, waktu, serta jiwanya.

“Rasulullah SAW bersabda, aku dikaruniahi oleh Allah rasa cinta yang mendalam kepada Khadijah. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku ketika semua orang mendustakanku. Ia yang memberiku harta pada saat semua orang enggan memberi. Dan darinyalah aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak pernah kuperoleh dari istri-istriku yang lain” (HR. Ahmad).

Sosok Khadijah lahir dari proses pembinaan yang intensif. Berbahagialah seorang suami yang memiliki pendamping yang setia dan penuh pengorbanan seperti pengorbanan siti hajar, para istri sahabat rasul dan Khadijah RA serta contoh teladan lainnya.



Agar muslimah dapat mendukung dakwah suami secara optimal, maka dirinya dituntut untuk mampu mengelola/mengatur semua sumber daya yang ada dengan baik, baik sumber daya yang berupa harta, tenaga, ataupun waktu. Di sinilah pentingnya seorang muslimah memiliki keterampilan-keterampilan rumah tangga ataupun keterampilan tambahan yang akan mendukung tugas-tugasnya.

Muslimah membutuhkan banyak keterampilan dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya, baik dalam lingkungan rumah tangga, maupun dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat. Mulai dari keterampilan mengurus diri dengan manajemen waktu, keterampilan dalam kehidupan rumah tangga dengan tugas-tugas merawat dan mendidik anak, menjaga kerapian dan keindahan rumah dll. Juga keterampilan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan-keterampilan tersebut mungkin nampaknya sepele, tetapi jika tidak disiasati dengan baik, akan berakibat pada kualitas hidup yang tidak baik, karena terjadi pemborosan sumber daya. Seorang muslimah di tuntut untuk dapat bekerja dengan cerdas, ikhlas dan tuntas, dan bukan sekadar bekerja keras, sehingga ia dapat mendukung tugas dakwah suami, dan melaksanakan tugas dakwah bagi dirinya.

Dikisahkan dalam sejarah kala seorang muslimah al Khansa, berhasil menanamkan jiwa syuhada kepada kelima anaknya, sehingga semuanya mendapatkan anugerah syahid. Dikisahkan pula tatkala anak dari sosok pejuang Cut Nyak Dhien, Cut Gambang, menangis menerima kabar kematian ayahnya, Teuku Umar. Cut Nyak Dhien segera memegang pipi anak perempuannya tersebut lalu memeluknya sambil berkata, “Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid.”

“Betapa banyak wanita-wanita desa yang tidak mampu membaca dan menulis, mampu melahirkan mujahid-mujahid agung yang mengukir sejarah di pentas dunia.”

Cermin sikap terbaik ini pulalah yang senantiasa sewajarnya dimiliki seorang wanita muslimah dalam membina rumah tangganya dalam situasi, kondisi, konsekuensi seorang suami yang dihadapkan berjuang di jalan jihad dan dakwah agama Islam.

Walau diakui tidaklah mudah menjadi seorang akhwat yang menyandang status sebagai seorang istri mujahid, namun sudah menjadi konsekuensi bahwa setiap muslimah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk. Tujuan yang hendak diraih pun bukan hanya kebahagiaan diri sendiri dan keluarga semata. Namun, saat memasuki gerbang pernikahan, setiap wanita muslimah harus menyadari bahwa keluarga merupakan pijakan untuk mewujudkan cita-cita yang lebih besar, yaitu mewujudkan sebuah tatanan dunia yang tunduk patuh pada perintah Allah SWT semata.

Wanita muslimah adalah cahaya. Sejatinya, ia bisa menjadi penunjuk jalan untuk membedakan mana jalan yang benar dan yang salah pada suami. Cahaya juga yang akan menerangi ketika setiap persiapan perjuangan dimulai dan menjadi bara semangat saat peperangan maupun perjuangan berlangsung.



Sebuah kerukunan dalam suatu rumah tangga tidak akan tercipta bila sang istri bercita-cita dan mengangankan kehidupan normal seperti layaknya orang biasa pada umumnya. Seorang istri yang taat, baik, serta patuh di dalam balutan kehidupan rumah tangga, sudah selayaknya memaklumi dan menyadari bahwa suaminya atau anaknya, atau ayahnya bukan lagi atau bukanlah seseorang yang biasa, melainkan ia merupakan sosok seseorang yang luar biasa. Oleh karena itu, mental dan pola berpikir sang istri dan anak anak sudah sewajarnya pula dididik untuk siap menjadi seseorang yang luar biasa menurut pola garis perjuangan Islam dan sesuai tuntunan sunnah rasul. Tarbiyah adalah jalan bagi seorang muslimah untuk dapat memahami, termotivasi dan membekali diri agar dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebagai seorang istri dalam membantu tugas suami dengan baik.

Dengan tarbiyah, muslimah akan dapat sukses mendidik anak. Pemahaman akan nilai strategis seorang anak sebagai investasi pahala yang tak pernah putus bagi orang tuanya, akan memotivasi para muslimah untuk senantiasa memperhatikan dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi rabbani, saleh dan muslih. Pemahaman dan kesadaran demikian akan muslimah dapatkan dalam proses tarbiyah. Berawal dari pemahaman dan kesadaran inilah seorang muslimah akan berjuang sungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya. Adapun posisi seorang ayah dalam keluarga lebih banyak berperan pada hal-hal yang bersifat strategis dalam pendidikan anak, sedangkan manajemennya lebih banyak berada di tangan seorang ibu. Oleh karena itu, seorang muslimah dituntut untuk memiliki dan memahami banyak ilmu, keterampilan, dan hal-hal lain terkait dengan pendidikan anak, sehingga anak-anaknya akan menjadi sukses dunia akhirat.



“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”” (QS. At Taubah: 105)



"Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridloan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya" (Qs al-Baqarah [2] : 207)



Katakanlah "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,"maka tunggulah sampai Allah Mendatangkan keputusan-Nya."Dan Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang fasik.(Qs At-Taubah [9] : 24)

“Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat, sampai Allah sebagai satu-satunya sembahan tidak ada kesyirikan baginya dan dijadikan rizki dibawah bayangan tombakku, dan dijadikan hina dan rendah bagi siapa saja yang menyelisihi urusanku. Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia menjadi bagian kaum itu”.(HR.ahmad dan ibnu umar).



“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung pada niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya” (HR Bukhari Muslim)




*************




Tidaklah mudah mempunyai seorang suami pengemban dakwah. Hampir tiap hari ditinggal pergi. Keyakinannya terhadap janji Allah sungguhlah membuat saya iri. Meski belum lama masuk Islam, tapi semangatnya memperjuangkan syariat-Nya mampu mengalahkan kebanyakan orang yang sudah mengenal Islam lebih lama. Subhanallah. Mudah-mudahan tetap istiqamah dan selalu ikhlas. Ummi dan Alila selalu berdoa untuk Abi. (Iin, Istri Felix Siauw)





“Kapan pun saya diminta mendampingi Kak Arifin, pasti saya ikut”

“Sejak kecil saya sudah memiliki keinginan untuk menjadi istri ustad, karena saya memang dibesarkan dalam keluarga ulama. Karena itulah, saya memilih jadi ibu rumah tangga (Wahyuniwati Al-Wali, Istri Ust.Arifin Ilham)




"Aku mendampingi suami ceramah di mushalla dan masjid. Terkadang aku harus syuting dakwah di JakTV," Sumber: Kapanlagi.com, 20 September 1997

"Sebagai seorang istri, saya harus mendampingi suami kemanapun pergi. Sumber: Kapanlagi.com, 20 juni 2006 (Che Che Kirani, Istri Ust. Aa’ Hadi)



Teknik komunikasi memegang peranan utama dalam mendidik anak. Yaitu menggunakan teknik komunikasi ideologis. ”Jadi kalau mereka nggak sholat, ya saya bilang ’Kamu tahu, kalau nggak sholat tempatnya dimana? Dan itu bukan Mama yang bilang, lho, ya. Itu ada di Al Quran.

Di kala saat buah hati tercinta tengah marah-marah. ”Saya akan bilang ’Sayang, Mama sebenernya nggak papa, lho, kalau kamu ngomong nada tinggi sama Mama. Mama ridho aja, karena Mama sayang sama kamu. Tapi Penciptamu yang nggak bolehin.

”Kami ingin menekankan bahwa kami bukanlah orangtua yang gila hormat. Jadi saat kami ada salah, kami juga langsung minta maaf. Alhamdulillah, begitu pula sebaliknya.”

”Kalau kita ingin anak kita saleh, kita harus saleh duluan (Astri Ivo)




Pagi sampai malam saya yang banyak bareng dengan anak-anak, tapi ustad tetap komunikasi lewat telepon,” “Kalau tidak ada jadwal (ceramah), ustad lebih banyak ke anak-anak (Pipik, Istri Uje)

#####

Laki-laki di masa dewasanya tergantung bagaimana ibunya membesarkannya di masa kanak-kanak. [Qasim Ameen]



Untuk mengetahui seekor gajah, lihat saja ekornya, untuk menilai seorang gadis, perhatikan ibunya. [Pepatah Sudan]

Kita menjadi apa yang kita lakukan. Maka lakukanlah sesuatu yang penting. (Mario Teguh)

Dia yang tidak memimpikan yang besar akan sulit untuk merasa berhak untuk mencapai yang besar. (Mario Teguh)

Anda bisa mencapai lebih dengan cara menjadi lebih. (Mario Teguh)



Menguatkan kaum laki-laki tanpa wanitanya akan memunculkan ketidak stabilan. Keduanya harus sama-sama dikuatkan (Aa’Gym)



Wanita yang cerdas adalah yang mampu menempatkan diri dengan baik sebagai anak, istri, dan ibu serta mampu membaca potensi kebaikan dimanapun dia berada (Aa’Gym)



"Siapapun yang merindukan sukses, maka harus bertanya pada dirinya seberapa jauh dan sungguh-sungguh untuk berjuang, karena tiada kesuksesan tanpa perjuangan."(Aa Gym)



"Ketika rumah tangga dihiasi dengan kebaikan dan tujuannya untuk mencari kebaikan maka itulah yang dinamakan surga rumah tangga sebelum surga yang sebenarnya (Aa’ Hadi)



Ciri kehidupan itu minimal yaitu yang berpengetahuan, yang punya kepekaan, yang memiliki gerak..yang tidak mempunyai pengetahuan, yang tidak punya kepekaan (perasaan), dan yang tidak punya kemampuan menggerakkan dirinya itu bukanlah kehidupan. Kualitas kehidupan bertingkat”; semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki berbuah kesadaran. Semakin peka seseorang dan semakin banyak gerak manfaat. Maka ia semakin tinggi nilai kehidupannya. Orang yang tidak berilmu yang tidak punya kesadaran tentang hidup, yang tidak punya kepekaan&tidak punya manfaat makin rendah nilai kehidupannya. (Tausyiah Aa'Gym @ Masjid BI, 27-12-2010)



Rasulullah Saw bersabda: “Bergaullah dengan orang yang apabila engkau memandangnya, dia akan mengingatkanmu kepada Allah, sedangkan perkataannya dapat menambah ilmumu, dan perbuatannya akan membantumu cenderung beramal untuk akhirat.” (Hadits)

No comments:

Post a Comment