Thursday, November 29, 2012

Flora dan Fauna Part Two


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Biogeografi
1.      Definisi Biogeografi
Berikut ini adalah beberapa definisi biogeografi menurut beberapa ahli:
a.       Menurut Darlington (1966:22-23)
Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang sebagian besar berhubungan dengan hewan-hewan dan tumbuhan atau bagian khusus (terpenting) dari dunia hewan dan tumbuhan dengan kondisi dan keadaannya yang ada di permukaan bumi beserta penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyebaran tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, keadaan geologisnya, dll.
b.      Menurut Brown, James H., and Mark V. Lomolino
“Biogeography is the study of why animal species (and also plants) live in different regions on Earth” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biogeografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hewan dan (juga) tumbuhan hidup di berbagai tempat yang berbeda di bumi”.
c.        Menurut Michael Ritter
“Biogeography is the study of the geographical patterns of plant and animal species to understand the distribution of plant and animal species on Earth, a fundamental knowledge of ecology and ecosystem dynamics is required” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biografi adalah ilmu yang mempelajari pola (secara) geografi tentang tumbuhan dan hewan agar dapat diketahui persebaran hewan dan tumbuhan tersebut di permukaan bumi berdasarkan ilmu ekologi dan ekosistem”.
d.       Menurut Alfred Russel Wallace:
Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Biogeography atau Geografi Tumbuhan dan Hewan adalah ilmu yang mempelajari asal, pola penyebaran dan distribusi hewan dan tumbuhan yang ada di permukaan bumi baik laut, darat, dan udara, serta berkaitan dengan kondisi fisik permukaan dan lingkungan alamnya seperti suhu, curah hujan, jenis tanah, dan topografi.

2.      Proses-Proses Perubahan Penyebaran Biogeografi
Distribusi atau penyebaran flora dan fauna di permukaan bumi dipengharuhi oleh beberapa faktor yaitu:
a.       Iklim
            Faktor klimatologis merupakan faktor kondisi iklim pada suatu tempat. Keadaan iklim suatu tempat tidak hanya ditentukan oleh letak lintang geografis saja, melainkan juga ada kaitannya dengan bentuk bentang alam dan arah angin. Hal ini mempengaruhi kondisi udara di daerah tersebut. Kondisi klimatologis yang memiliki kelembapan udara relatif tinggi dan menerima radiasi matahari yang cukup banyak cenderung memungkinkan persebaran tumbuhan dan hewan dalam jumlah banyak dan beragam jenisnya. Sedangkan daerah-daerah yang kondisi kelembapannya rendah dengan suhu yang sangat dingin (kutub) atau yang sangat panas (padang pasir) tidak memungkinkan persebaran tumbuhan dan hewan dalam jumlah yang banyak dan beragam jumlahnya.
b.      Letak Geografis
Letak geografis suatu tempat ditentukan berdasarkan besar kecilnya angka lintang (letak lintang). Angka lintag geografis yang semakin besar menunjukkan daerah tersebut semakin dekat dengan daerah kutub, baik ke kutub utara maupun kutub selatan. Daerah-daerah yang letak lintang geografisnya semakin besar akan mendapatkan sedikit radiasi matahari. Hal ini menyebabkan tumbuhan dan hewan semakin mendekati kutub, maka akan semakin sedikit jumlah dan jenisnya. Walaupun ada pengecualian untuk daerah-daerah padang pasir yang tidak memungkinkan adanya kehidupan (tumbuhan dan hewan) dalam jumlah  yang relatif banyak, karena memang secara fisik tidak memenuhi syarat bagi kehidupan.
c.       Faktor Geologi
Pergerakan lempeng tektonik juga berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna di permukaan bumi. Spesies yang dulunya tinggal di wilayah tertentu bisa berpindah tempat akibat pergerakan lempeng yang menyebabkan bergesernya pulau-pulau. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wallace yang membagi persebaran fauna menjadi beberapa wilayah yang dipisahkan oleh garis Wallace.
d.      Faktor Ekologi
Faktor Ekologi yang mempengaruhi persebaran organisme adalah habitat dan lingkungan. Dalam suatu lingkungan ada hubungan timbale balik antar makhluk hidup, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Antar makhluk hidup bisa terjadi kompetisi sehingga ada yang menjadi predator. Hal tersebut akan membuat makhluk hidup yang kalah dari predator akan mencari lingkungan baru yang lebih aman untuk tempat hidupnya.

3.      Prinsip Dasar Ekologi Landscape
Ekologi Landscape merupakan proses hubungan timbal balik dalam bentang lahan yang luas yang dipengaruhi oleh unit-unit geomorfologi. International Assosiation for Landscape Ecology mengidentifikasi 4 hal pokok yaitu:
a.       Pola keruangan/struktur dari bentang lahan
b.      Hubungan antara pola dan proses pada bentang lahan
c.       Hubungan aktivitas manusia terhadap pola bentang lahan, proses dan perubahan
d.      Pengaruh dari skala dan gangguan pada bentang lahan
Prinsip Ekologi Landscape, yaitu:
1)      Semua energi yang memasuki sebuah organisma (hidup), populasi atau ekosistem, dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2)      Tak ada sistem pengubahan energi yang betul betul cermat.
3)      Materi, Energi, Ruang, Waktu, dan Keaneka-ragaman adalah kategori sumber alam.
4)      Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaan sumber itu sudah cukup tinggi, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini, takkan ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali Keaneka-ragaman dan Waktu) kenaikan pengadaan sumber alam yang melampaui batas maksimum, bahkan akan mempunyai pengaruh yang merusak karena kesan peracunan. Ini adalah prinsip penjenuhan. Untuk banyak fenomena sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5)      Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya dan ada pula sumber alam yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6)      Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7)      Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.
8)      Bahwa sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9)      Keaneka-ragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya.
10)  Perbandingan (rasio) antara biomasa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu pada lingkungan yang stabil hingga mencapai sebuah asimtot.
11)  Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).
12)  Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
13)  Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14)  Derajat pola keteraturan naik turun populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
4.      Teori  Biogeografi Pulau
Teori Biogeografi Pulau mengatakan bahwa pulau-pulau kecil dan jauh mendukung lebih sedikit spesies daripada pulau-pulau besar yang dekat dengan daratan utama.
Penghunian pulau akan merupakan kesetimbangan dari dua hal :
a.       Kolonisasi pulau oleh spesies imigran. Tingkat kolonisasi akan tinggi bila pulau terletak dekat daratan utama.
b.      Punahnya spesies di pulau itu. Tingkat kepunahan akan lebih besar di pulau yang jauh dan kecil karena populasinya terbatas sehingga sekali kena penyakit yang pandemik peluan kepunahannya besar. Maka, pulau besar dan dekat akan semakin kaya jenis, pulau kecil dan jauh akan semakin miskin jenis
Dua prediksi utama Biogeografi Pulau adalah:
a.        Pulau-pulau dekat dengan daerah sumber harus memiliki jumlah spesies lebih tinggi dari pulau-pulau yang lebih jauh dari daerah sumber untuk daerah pulau-pulau yang setara.
b.      Pulau-pulau besar seharusnya memiliki lebih banyak spesies dari pulau-pulau pulaupulau
kecil yang terletak di jarak yang sama dari daerah sumber.

B.     Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
1.      Persebaran Flora di Indonesia
Persebaran flora di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu persebaran secara horizontal dan vertical.
a.       Persebaran Horisontal
Penyebaran flora secara horisontal besar kecilnya curah hujan, penyebaran flora secara horisontal di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Daerah Hujan Tropis. Daerah ini terdapat di Jawa Barat (bagian selatan), Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya karena daerah ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan menerima panas sepanjang tahun. Hutan hujan triopis ini umumnya merupakan hutan rimba yang memepunyai ciri-ciri: hutannya lebat, terdiri dari berbagai jenis pohon besar dan kecil, ketinggiannya mencapai 60 m, mahkota daunnya bertingkat-tingkat, suasana di dalam remang-remang dan lembaba. Karena terdori dari bermacam-macam tumbuh-tumbuhan. Hutan semacam ini disebut hutan heterogen
b.      Daerareh Hutan Musim. Hutan musim adalah hutan yang meranggas (gugur) daunnya pada musim kemarau (panas). Salah satu contoh dari hutan musim adalah hutan jati. Hutan musim ini pada umumnya hanya terdiri dari satu jenis tanaman. Hutan semacam ini disebut hutan homogen.
c.       Daerah Sabana. Sabana adalah daerah padang rumput yang diselilingi oleh semak-semak (rumput, pohon-pohon rendah). Sabana bayak terdapat di Madura, dan daratan Tinggi gayo (aceh), sebagai akibat dari musim kemarau yang panas dan panjang.
d.      Padang Rumput. Padang rumput adalah suatu daerah yang cukup luas yang hanya ditumbuhi oleh rumput. Daerah steppa ini terdapat di pulau  Sumba, Sumbawa, flores dan Nusa Tenggara Timur, dimana musim kemarau sangat panjang, stepa sangat bermanfaat bagi usaha peternakan. Itulah sebabanya di pulau-pulau tersebut diatas sngat maju peternakannya. Jenis ternak yang terkenal adalah kuda dan lembu. Kuda  sandel dan kuda Bima adalah jenis-jenis kuda yang terkenal dari pulu Sumba karena kekuatan dan ketangkasannya. Selain kuda, lembu juga termasuk jenis ternak yang tekenal . Daerah paling kering di Indonesia  terdapat di lembah palu (daerah Sulawesi Tengah bagian Barat). Tumbuha-tumbuhan yang terdapat di daerah ini antara lain jenis kaktus yang merupakan tanaman untuk daerah kering.
b.      Persebaran Vertikal
Penyebaran flora dari tempat terendah sampai tempat yang tertinggi Menurut J.W  Junghun penyebaran flora dengan ketinggian tempat sebagai berikut:
1.      Pada Ketinggian 0-650 m. Mulai dari yang paling dekat laut, yakni daerah pantai yang berawa-rawa sufah dipadati hutan yang dinamakan hutan bakau (Mangrove). Karena tempatnya selalu tergenang air, maka tanaman ini memiliki akar tunjang unuk bernafas (akar nafas). Disamping itu,hutan bakau ini juga dipengaruhi oleh naik turunnya air laut, maka hutan ini dinamakan hutan pasang, disana tumbuh pohon nipah, pada bagian lebih kering akan dijumpai tanaman pandan. Lebih jauh ke daratan samapai pada ketinggian 650 m adalah merupakan daerah penghasil tanaman pertanian dan perkebunana seperti kelapa, coklat, padoi, tebu, tembakau, kapuk dan karet.
2.      Pada ketinggian 650 - < 1500 m. Daerah ini dikatakan tanaman-tanaman aren,pinang , jagung dan kopi. Pada tempat-tempat tertentu terdapat hutan rasamala
3.      Pada ketinggian anatara 1500 - < 2500 m. Daerah ini baik untuk tanaman teh. Karena temperaturnya semakin dingin, maka banyak dijumpai kabut dan tumbuh-tumbuhan utama pohon cemara dan lumut.
4.      Pada Ketinggian lebih dari 2500 m. Daerah ini temperaturnya sudah terlalu dingin, maka pohon-pohonan keras sudah jarang dan hanya dijumpai pohon kina. Dan sampai pada ketinggian 3000 m adalah merupakan batas pohon-pohonan dimana pada ketinggian diatas 3000 m tidak lagi djumpai pohon-pohonan karena temperatur terlalu dingin, kurang hujan dan anginnya keras.

2.      Persebaran Fauna di Indonesia
Persebaran Fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah. Yaitu fauna Asiatis yang meliputi wilayah Indonesia bagian Barat, fauna Australis yang meliputi Indonesia bagian Timur, dan Fauna Peralihan yang meliputi Indonesia bagian Tengah. Pembagian wilayah fauna tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Weber dan Wallace. Berikut ini adalah gambar persebaran fauna di Indonesia.



 











Berdasarkan pengamatan, Wallace berpendapat bahwa Kalimantan bersama Sumatra, Jawa, dan Bali pernah menjadi bagian Asia. Perairan dangkal di sekitar pulau-pulau ini membuktikan pendapat itu. Perairan dangkal itu dahulu berupa daratan yang berperan dalam persebaran flora dan fauna. Dangkalan ini dikenal dengan sebutan Dangkalan Sunda. Karena inilah tipe fauna di wilayah ini memiliki kesamaan.
Selanjutnya, fauna di wilayah ini disebut fauna tipe Asia.Di kawasan timur Indonesia, hal serupa juga terjadi di Papua dan Kepulauan Maluku. Fauna di kawasan ini memiliki kesamaan dengan fauna di Australia. Mamalia yang hidup di kawasan ini didominasi oleh marsupialia, yaitu mamalia yang berkembang di luar kandungan. Mamalia ini berkembang di kantong induknya seperti kanguru, kuskus berkantong, dan tikus berkantong. Di kawasan ini terdapat burung kasuari yang juga terdapat di Australia.
Persamaan ini merupakan bukti bahwa perairan di kawasan timur Indonesia yang dangkal itu dahulu merupakan daratan yang kering pula. Karena itulah, fauna dapat menyebar dari Australia ke Papua dan sekitarnya. Daerah di kawasan ini disebut Dangkalan Sahul. Selanjutnya, flora dan fauna di kawasan ini dikenal sebagai fauna tipe Australia.Di antara Dangkalan Sunda dan Sahul, terdapat perairan laut dalam. Berbeda dengan Dangkalan Sunda dan Sahul yang perairannya dangkal, perairan di kawasan ini sangat dalam. Perairan ini belum pernah kering. Di perairan ini terdapat Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. Kawasan ini dikenal dengan nama Wallacea.
Wallacea memberi batas antara kawasan Dangkalan Sunda dan kawasan Wallacea dengan garis yang terkenal dengan Garis Wallace. Garis ini untuk menunjukkan pembagian fauna yang sangat berbeda antara kawasan tipe Asia dan kawasan Wallacea. Selanjutnya, antara kawasan ini dengan kawasan Dangkalan Sahul dipisahkan oleh Garis Weber untuk menunjukkan pembagian jenis faunanya. Ada pula Garis Lydekker yang digunakan sebagai batas paling barat dari satwa tipe Australia. Penentuan garis ini didasarkan pada batas kedalaman laut di Dangkalan Sahul.
Namun, baik Garis Wallace maupun Garis Weber itu telah menjadi agak kabur. Dari fakta yang ada, beberapa fauna tipe Asia dan Australia telah beralih ke kawasan Wallacea. Burung pelatuk, bajing, dan cerurut yang bertipe Asia telah melintasi Garis Wallace, yaitu dari Bali ke Lombok, Sumbawa, Flores, dan Alor. Mungkin binatang itu telah dibawa oleh orang Melanesia sebagai bahan makanan dan binatang piaraan. Demikian halnya dengan fauna tipe Australia. Possum berkantong dan kakaktua yang merupakan fauna tipe Australia telah menempati Sulawesi tetapi tidak ada di Kalimantan. Demikian juga burung madu australia yang ada di Lombok tetapi tidak ada di Bali.
Jadi, kawasan Wallacea selain memiliki fauna yang bersifat endemi, yaitu anoa, komodo, dan babi rusa juga memiliki fauna peralihan dari kawasan Asia dan Australia. Oleh karena itu, fauna yang ada di kawasan Wallacea disebut tipe peralihan. Dari uraian di atas, dapat diketahui dengan jelas persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu tipe Asia, Australia, dan peralihan.

C.    Perbedaan Flora Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Tipe flora di Indonesia terdiri dari Flora Indonesia Barat dan Indonesia Timur, namun juga ada tipe Flora Indonesia Bagian Tengah atau Flora Peralihan. Berikut ini adalah penjelasan tipe flora di Indonesia.
1.      Flora Indonesia Bagian Barat
Wilayah yang termasuk dalam flora Indonesia Bagian Barat. adalah Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Bali, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.
Ciri-ciri flora Indonesia Barat yaitu:
1.  Sedikit jenis tumbuhan matoa (Pometia Pinnata)
2.  Terdapat berbagai jenis nangka (Artocarpus spp)
3.  Tidak terdapat hutan kayu putih                 
4.  Sedikit jenis tumbuhan sagu
5.  Jenis meranti-merantian sangat banyak (350 jenis)
6.  Terdapat berbagai jenis rotan.
Jenis flora yang terdapat di wilayah flora asiatis yaitu:



a.       Flora Sumatra-Kalimantan
Jenis flora di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh iklim Af (hutan hujan tropis) yang mempunyai ciri curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Adanya beberapa jenis flora di kawasan ini kita bedakan menjadi dua kriteria penyebab.
1) Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan jenis vegetasi kosmopolitan yang paling dominan di kawasan ini adalah hutan hujan tropis yang lebat dengan spesies tumbuhan yang khas, seperti kayu meranti yang keras, berbagai jenis anggrek, pohon deptirokarpus.
2) Tingkat kelembaban yang tinggi menyebabkan tumbuhnya beberapa jenis vegetasi, seperti pohon paku, lumut, dan jamur.
Oleh karena itu, tipe vegetasi yang mendominasi wilayah ini ialah hutan hujan tropis, yaitu tipe hutan lebat dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen. Pohon-pohonnya tinggi dan sangat rapat, di bawahnya ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan yang lebih rendah dan tanahnya ditumbuhi perdu dan rumput-rumputan sebagai penutup. Beberapa jenis flora khas daerah Sumatra-Kalimantan adalah tumbuhan meranti (dipterocarpus), berbagai jenis epifit, seperti anggrek, berbagai jenis lumut, cendawan (jamur), dan paku-pakuan, serta tumbuhan endemik yang sangat langka, seperti Raesia arnoldi yang penyebarannya hanya di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam sampai Lampung.
 









                                 Raflessia Arnoldi flora khas daerah Sumatra

b.      Flora Jawa-Bali
Bentangan lahan antara Jawa sampai Bali memungkinkan kawasan ini memiliki iklim yang berbeda. Ada kecenderungan curah hujan lebih tinggi di Pulau Jawa bagian barat, sedangkan semakin ke arah Jawa bagian timur sampai ke Bali, curah hujan semakin rendah. Gejala ini terjadi disebabkan pola iklim yang berbeda, dimana Jawa bagian barat beriklim Af (hutan hujan tropis), sedangkan semakin ke arah timur iklim berubah menjadi iklim Am (muson tropis)  dan Aw (sabana tropis). Akibat dari jenis iklim dan jumlah curah hujan yang dimiliki kawasan ini, akhirnya timbul kawasan vegetasi cosmopolitan seperti di bawah ini.
1.      Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis yang mempunyai iklim Af  berada di sekitar Jawa bagian barat dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi. Beberapa contoh kawasan vegetasi hutan hujan tropis adalah: Cagar Alam Ujung Kulon di Jawa Barat, Cagar Alam Cibodas di Jawa Barat, dan Cagar Alam Pananjung di Pangandaran, Jawa Barat.
2.      Hutan Musim Tropis
Hutan muson tropis berada di sekitar Jawa Barat bagian utara terus ke arah Jawa bagian tengah dan sebagian Jawa Timur. Kawasan ini memiliki iklim Am (muson tropis) dengan jumlah curah hujan mulai berkurang, sehingga akibatnya memiliki vegetasi kosmopolitan hutan muson tropis yang mempunyai ciri khas daunnya gugur pada musim kemarau, contohnya vegetasi pohon jati. Pohon jati ini diperkirakan sebagai pohon asli (endemi) Pulau Jawa, sebab spesies ini tidak ditemukan di kawasan lain. Beberapa contoh kawasan vegetasi ini adalah hutan Alas Roban di Jawa Tengah  dan hutan jati di sekitar Jepara.
 










                           Gambar Pohon Jati Khas dari Hutan Musim di Jawa
3.      Sabana Tropis
Vegetasi sabana tropis adalah sejenis padang rumput yang diselingi oleh tumbuhan pohon-pohon besar. Jenis vegetasi ini mendominasi kawasan Jawa bagian timur sampai Bali. Iklim yang mendominasi sabana tropis adalah iklim Aw (sabana tropis) yang ditandai dengan curah hujan yang sedikit, baik dihitung dari rerata curah hujan bulanan atau rerata curah hujan tahunan. Contoh dari kawasan vegetasi sabana tropis ini adalah  Cagar Alam Baluran di Jawa Timur dan Taman Nasional Bali Barat di Pulau Bali.

2.      Flora Indonesia Bagian Timur
Flora bertipe Indonesia Timur ini meliputi wilayah Maluku dan Papua. Berikut ini adalah ciri-ciri flora Australia:
1.  Terdapat berbagai jenis tumbuhanmatoa (Pometia pinnata) khususnya di Papua.
2.  Tidak terdapat jenis-jenis nangka (Artocarpus spp).
3.  Terdapat hutan kayu putih.
4.  Banyak jenis tumbuhan sagu.
5.  Jenis meranti-merantian sedikit (25 pohon).
6. Tidak terdapat rotan.

Flora yang terdapat di Indonesi Timur yaitu Flora Papua. Papua adalah pulau di Indonesia yang paling timur, memiliki iklim lembab (Af) yang sama seperti Indonesia bagian barat. Dengan curah hujan yang cukup tinggi, akibatnya Papua memiliki jenis vegetasi kosmopolitan hutan hujan tropis.Namun satu keunikannya, bahwa hutan hujan tropis Papua ini memiliki kesamaan karakter dengan hutan hujan tropis yang ada di Queensland, Australia Utara, di antaranya memiliki satu jenis vegetasi yang di kedua kawasan tersebut tumbuh dengan baik, yaitu pohon eucalyptus. Pulau Papua memiliki hutan kabut, yaitu hutan yang setiap saat tertutup oleh kabut. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan di Pulau Papua memiliki tingkat kelembaban yang cukup tinggi.
 










                                           Gambar Eucalyptus, Flora khas Papua



3.      Flora Indonesia Peralihan
Seperti halnya fauna peralihan, flora peralihan tersebar di Pulau Sulawesi, Pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara, dan pulau-pulau di sekitarnya. Flora di daerah ini juga di sebut flora Kepulauan Wallace. Iklim yang terjadi di kawasan ini adalah iklim kering dengan suhu rerata relatif panas dibanding dengan kawasan Indonesia lainnya. Akibatnya, vegetasi yang tumbuh di kawasan ini adalah jenis tumbuhan yang cocok dengan asosiasi panas dan kering. Adapun jenis vegetasi kosmopolitan yang terdapat di kawasan peralihan ini adalah sebagai berikut:
  Hutan pegunungan di Sulawesi
  Sabana tropis di Nusa Tenggara
  Hutan campuran di Maluku dengan jenis pohonnya yang terkenal, seperti rempah- rempah (pala, cengkih, kayu manis, merica), kenari, dan sagu.

D.    Tipe Fauna di Indonesia
Tipe fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu Fauna Asiatis, Fauna Australis, dan Fauna Peralihan. Perbedaan utama yang membedakan antara Fauna Asiatis dan Australis adalah sebagai berikut:
Fauna Asiatis
Fauna Australis
Hewan menyusui besar-besar
Tidak terdapat hewan berkantung
Terdapat berbagai jenis kera
Jenis burung berwarna sedikit
Terdapat berbagai jenis kucing liar dan ajag
Jenis ikan air tawar banyak
Hewan menyusui kecil-kecil
Terdapat hewan berkantung
Tidak terdapat berbagai jenis kera
Terdapat banyak jenis burung berwarna
Tidak terdapat kucing liar dan ajag
Jenis ikan air tawar sedikit




 

















                                                Gambar Tipe Fauna di Indonesia

1.      Fauna Asiatis
Wilayah yang termasuk dalam fauna Asiatis yaitu Indonesia Bagian Barat. Beberapa wilayah yang termasuk kawasan fauna Indonesia bagian barat adalah Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Bali, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Kawasan region Indonesia barat dibatasi dengan wilayah Indonesia bagian tengah dengan garis yang disebut garis Wallace. Kawasan ini disebut juga wilayah Sunda.
Ciri-ciri fauna asiatis yaitu:
1.  Hewan menyusui besar dan kecil
2.  Tidak terdapat hewan berkantung
3.  Terdapat berbagai jenis kera
4.  Jenis burung berwarna sedikit
5.  Terdapat berbagai jenis kucing liar dan ajag
6.  Jenis ikan air tawar banyak



Beberapa jenis fauna yang terdapat di wilayah fauna Indonesia Barat antara lain :
1.      Jenis mamalia, meliputi gajah, badak bercula satu, tapir, rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, harimau, tikus, bajing, kijang, ajag, kelelawar, landak dan babi hutan.
2.      Jenis reptil, meliputi buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, biawak, bunglon, dan trenggiling.
3.       Jenis burung, meliputi burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang dan berbagai macam unggas.
4.      Jenis serangga, misalnya kumbang Badak (kumbang Jawa)
5.      Jenis ikan air tawar, misalnya ikan pesut (sejenis lumba-lumba air tawar di sungai Mahakam)
                                                                 
2.      Fauna Peralihan
Fauna ini terletak di Indonesia Tengah. Wilayah persebaran fauna peralihan juga sering disebut dengan wilayah fauna Kepulauan Wallacea atau cukup fauna Wallacea saja. Fauna ini disebut sebagai wilayah fauna peralihan, yaitu wilayah yang memisahkan antara wilayah fauna Indonesia Barat dengan wilayah fauna Indonesia Timur. Wilayah fauna Indonesia Tengah meliputi daerah Pulau Sulawesi, Pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara, seperti Flores, Sumba, Lombok, Komodo dan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Akibat tidak pernah bersatunya wilayah ini dengan kawasan manapun, maka banyakhewan unik yang bisa ditemukan di kawasan ini.
1)  Phylum mamalia, di antaranya monyet hitam, anoa, kuskus, babi rusa, tarsius, musang, ikan duyung, monyet seba, kuda, sapi/banteng.
2) Phylum reptil, contohnya biawak, komodo, kura-kura, buaya, ular, soa-soa.
3) Phylum amfibi, contohnya spesies katak, seperti katak terbang, katak pohon, katak air.
4) Phylum burung, di antaranya burung dewata, burung maleo, burung mandar, burung raja udang, burung pemakan lebah,burung rangkong, kakatua, burung nuri,
burung dara/merpati, angsa, burung bintayong.

3.      Fauna Australis
Wilayah yang termasuk dalam Fauna Australia yaitu wilayah Indonesia Timur. Wilayah fauna Indonesia timur disebut juga wilayah fauna dangkalan Sahul. Jenis-jenis fauna yang terdapat di wilayah ini bertipe Australis, maksudnya jenis fauna yang hidup mirip dengan fauna-fauna di Australia. Persebaran wilayah fauna Indonesia Timur meliputi :
1. Kepulauan Maluku dan kepulauan kecil di sekitarnya
2. Papua (Irian) dan sekitarnya.
Wilayah fauna Indonesia Timur berbatasan dengan Wilayah Fauna Indonesia Tengah dan dibatasi oleh garis khayal yaitu Garis Weber, dan termasuk dalam kelompok fauna dunia zona Australis.
Ciri-ciri fauna Australis:
1.  Hewan menyusui kecil-kecil
2.  Terdapat hewan berkantung
3.  Tidak terdapat kera
4.  Jenis burung berwarna banyak
5.  Tidak terdapat jenis kucing liar dan ajag
6.   Jenis ikan air tawar sedikit
Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Australis, antara lain sebagai berikut.
1)  Mamalia, terdiri atas kanguru, walabi, beruang, koala, nokdiak (landak Irian),  oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus, biawak, kanguru pohon, dan kelelawar.
2)  Reptilia, terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, dan kura-kura.
3)  Amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
4)  Burung, terdiri atas kakatua, beo, nuri, raja udang, cendrawasih, dan kasuari.
5)  Ikan, terdiri atas arwana dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya yang jumlah spesiesnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan wilayah Fauna Indonesia Barat dan Tengah.

E.     Usaha-usaha Pelestarian Flora dan Fauna
Akibat adanya bencana, seperti kebakaran hutan dan gunung meletus, serta kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, jumlah maupun jenis flora dan fauna semakin lama semakin berkurang, atau bahkan punah sama sekali keberadaannya di alam. Untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan jenis tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) tertentu maka diperlukan berbagai upaya pelestarian  dari berbagai pihak, antara lain dengan dikeluarkannya undang-undang dan berbagai peraturan tentang pelestarian tumbuhan dan satwa.
Perlindungan dan pelestarian tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Satwa dan Tumbuhan, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 tentang Daftar Satwa yang Dilindungi di Indonesia, SK Menteri Pertanian No. 82/Kpts-II/1992 tentang Penetapan Tambahan Beberapa Jenis Satwa yang Dilindungi oleh Undang-undang, serta beberapa Surat Keputusan (SK) pemerintah lainnya.
Salah satu pasal yang berhubungan dengan usaha perlindungan dan pelestarian satwa di Indonesia, tercantum dalam Undang-undang  No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam pasal 21 dinyatakan bahwa setiap orang dilarang
menangkap, membunuh, memiliki, memelihara, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati termasuk bagian-bagian tubuhnya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan kejahatan dan dapat dikenakan hukuman penjara maksimal lima tahun
dan denda maksimal Rp100.000.000.
Selain usaha-usaha tersebut, usaha lain yang tidak kalah pentingnya adalah denga didirikannya bermacam-macam perlindungan alam seperti Taman Wisata, Taman Nasional, Kebun Raya, Hutan Buru, Hutan Lindung, Taman Laut.
1.      Perlindungan Alam Umum
a.       Taman Nasional
Merupakan keadaan alam yang menempati suatu daerah yang luas dan tidak diperkenankan ada rumah tinggal maupun bangunan industri. Tempat ini dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi atau taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri mendasar dari ekosistem. Misalnya, Taman Safari di wilayah Cisarua Bogor dan Way Kambas di Lampung.
b.      Perlindungan Alam Terbimbing
Merupakan perlindungan keadaan alam yang dibina oleh para ahli. Misalnya, Kebun Raya Bogor.
c.       Perlindungan Alam Ketat
Merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang dibiarkan tanpa adanya campur tangan manusia, kecuali dipandang perlu. Tujuannya untuk penelitian dan kepentingan ilmiah. Misalnya, perlindungan badak bercula satu di Ujung Kulon.
2.      Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu adalah suatu bentuk perlindungan yang hanya ditujukan pada aspek tertentu saja (khusus). Macam-macam perlindungan alam dengan tujuan tertentu antara lain sebagai berikut.
a.       Perlindungan Geologi
merupakan perlindungan alam yang bertujuan melindungi formasi geologi di wilayah tertentu. Misalnya, formasi Karst Rajamandala (masih dalam wacana) yang merupakan formasi batuan kapur di daerah Jawa Barat yang memiliki nilai-nilai geografi, geologi, dan antropologi, serta nilai sejarah yang sangat tinggi berkaitan dengan ditemukannya bentukan alam gua-gua dan fosil manusia Sunda Purba di daerah tersebut.
b.      Perlindungan Alam Botani
merupakan perlindungan alam dengan tujuan untuk melindungi komunitas jenis tumbuhan tertentu. Misalnya, Kebun Raya Bogor.
c.       Perlindungan Alam Zoologi
merupakan perlindungan alam yang
bertujuan untuk melindungi dan mengembangbiakkan hewan-hewan (fauna) langka.
d.      Perlindungan Monumen Alam
merupakan perlindungan yang bertujuan melindungi benda-benda alam tertentu, seperti stalaktit, stalagmit, gua, dan air terjun.
e.       Perlindungan Alam Antropologi
merupakan perlindungan alam yang bertujuan melindungi suku bangsa yang terisolir. Misalnya, Suku Asmat di Papua dan Suku Badui di daerah Banten Selatan.
f.       Perlindungan Hutan
merupakan bentuk perlindungan yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tanah, air, dan udara.
g.      Perlindungan Ikan
merupakan perlindungan yang bertujuan untuk melindungi jenis ikan yang terancam punah.
h.      Perlindungan Suaka Margasatwa
merupakan perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, seperti badak, gajah, dan harimau Sumatra.
i.        Perlindungan Pemandangan Alam
merupakan perlindungan yang bertujuan untuk melindungi keindahan alam. Misalnya, Ngarai Sianok di Sumatra Barat yang menjadi salah satu potensi wisata
dengan fenomena alamnya yang indah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Biogeografi atau Geografi Tumbuhan dan Hewan adalah ilmu yang mempelajari asal, pola penyebaran dan distribusi hewan dan tumbuhan yang ada di permukaan bumi baik laut, darat, dan udara, serta berkaitan dengan kondisi fisik permukaan dan lingkungan alamnya seperti suhu, curah hujan, jenis tanah, dan topografi. Persebaran Flora dan Fauna di dunia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor klimatologis, letak geografis, faktor geologis, dan faktor ekologis.
Persebaran flora di Indonesia dibagi secara horizontal dan vertikal. Sedangkan persebaran fauna di Indonesia dibagi berdasarkan garis Wallace dan Weber. Daerah yang dipisahkan oleh garis Wallace termasuk dalam wilayah fauna tipe Asiatis yang meliputi Indonesia bagian Barat, sedangkan daerah yang dipisahkan oleh garis Weber termasuk dalam wilayah fauna tipe Australis yang meliputi Indonesia bagian timur, dan daerah yang terletak di antara garis Wallace dan Weber disebut daerah fauna tipe peralihan yang meliputi Indonesia bagian Tengah.
Akibat gangguan alam seperti bencana maupun gangguan manusia maka kondisi fauna dan flora di Indonesia semakin memprihatinkan. Banyak dari spesies yang terancam punah. Maka dari perlu suatu upaya perlindungan dan konservasi flora dan fauna tersebut. Yaitu dengan membuat taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kebun raya, dan lain-lain. Selain itu juga perlu dibuat undang-undang supaya manusia tidak lagi mengganggu kehidupan flora dan fauna yang ada di Indonesia.

B.     Saran
Dalam upaya pelestarian flora dan fauna dibutuhkan  kerjasama yang harus dilakukan oleh semua pihak baik masyrakat mupun pemerintah setempat. Selain itu dibutuhkan kesadaran masing-masing pihak dalam upaya pelestarian lingkungan. Upaya tersebut dapat berupa  penyuluhan  mengenai pelestarian lingkungan kepada masyarakat, tidak menebangi hutan yang merupkan habitat berbagai fauna, pembangunan cagar alam dan suaka marga satwa, membuat perundang-undangan yang lebih tegas dalam menindak oknum-oknum yang melakukan perusakan lingkungan, seperti pembalakan liar


DAFTAR RUJUKAN

Fatchan, Achmad. _____. Geografi Tumbuhan Dan Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang
Hidayat, Andi. 2010. Persebaran Flora dan Fauna Indonesia. (Online). (http://gurugeografimanwonosari.blogspot.com/2010/08/persebaran-flora-fauna-indonesia.htm). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Hidayat, Andi. 2010. Penggolongan Fauna di Dunia. (Online). (http://gurugeografimanwonosari.blogspot.com/2010/08/penggolongan-fauna-dunia.htm). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Kristiyanto, Marhadi Slamet.______.Geografi Regional Indonesia (Bagian Alamiah). Malang: Universitas Negeri Malang.
Kusnadi, Rahmat. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan. (Online). (http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/09/faktor-yang-mempengaruhi-kehidupan.html). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Maram, Nailul. 2008. Peta Wilayah Persebaran Tumbuhan dan Hewan. (Online). (http://nailulmaram-geo.blogspot.com/2008/09/peta-wilayah-penyebaran-tumbuhan-dan.html). Diakses tanggal 30 Oktober 2011.
Pratomo, Ichwan Dwi. 2010. Apa Itu Geografi Tumbuhan Dan Hewan. (Online). (http://I-geography.blogspot.com/2010/01/apa-itu-geografi-tumbuhan-dan-hewan.html), Diakses tanggal 30 Oktober 2011.
Tiwi, Ida. 2011. Struktur Komunitas, Suksesi dan Biogeografi Pulau. (Online), (http://idablogbiologi.blogspot.com). Diakses tanggal 30 Oktober 2011.



No comments:

Post a Comment