Wednesday, December 5, 2012

OSEANOGRAFI


  PENGERTIAN OSEANOGRAFI
            Oseanografi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata, yakni: Oceanos yang berarti laut, dan Graphos yang berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana kita dapat mengartikan Oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam pengertian yang lebih lengkap, Oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya.
            Sebelum melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara kita yang bertanya: “Apa beda antara Oseanografi dan Oseanologi?” Jika kita melihat pada beberapa ensiklopedia yang ada, Oseanografi dan Oseanologi merupakan sinonim atau dua hal yang sama. Namun, beberapa sumber lain mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara Oseanografi dan Oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani), yaitu Oceanos yang berarti laut, dan Logos yang berarti ilmu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, Oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll, ke dalam segala aspek mengenai laut.
            Secara umum, Oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 bidang ilmu utama, yaitu: Geologi Oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer bawah laut; Fisika Oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; Kimia Oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut; dan yang terakhir Biologi Oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut.
            Istilah Oseanografi sendiri digunakan dalam studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut yang pertama kali dimulai dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1827-1876), dipimpin oleh naturalis berkebangsaan Skotlandia bernama C.W Thomson. dan seorang berkebangsaan Kanada, John Murray. Murray selanjutnya menjadi pemimpin dalam studi mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut, dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi Oseanografi internasional pertama adalah The International Council for the Exploration of the Sea  (1901).
            Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-perguruan tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia adalah Pusat Penelitian Oseanografi, yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoesia (disingkat menjadi P20-LIPI) yang dulu namanya Lembaga Oseanologi (LON-LIPI). Cikal bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish Museum te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.





GEOLOGI OSEANOGRAFI
Geologi laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang ilmu geologi untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan dasar laut. Ilmu ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun pelayaran, seperti pembangunan dermaga, anjungan pemboran minyak, kabel bawah laut, jembatan antar dua pulau dsb.
Pada mulanya para ahli percaya bahwa bentuk kerak bumi adalah tetap dan tidak berubah-ubah. Mereka beranggapan bahwa sifat-sifat topografi utama di bumi (termasuk lautan, daratan, dan pulau-pulau) sudah ada dan berbentuk seperti yang ada sekarang ini sejak dahulu. Akan tetapi dari hasil penelitian geologi modern menunjukkan suatu gambaran yang sangat berbeda. Sekarang sudah jelas terbukti bahwa kerak bumi itu telah dan masih terus mengalami perubahan-perubahan.
Suatu bukti bahwa di bawah permukaan bumi ini masih berlangsung aktivitas-aktivitas yang hebat, yaitu dengan terdapatnya gunung berapi dan gempa bumi yang sering terjadi. Kegiatan-kegiatan hebat ini secara luas menyebar tidak merata pada beberapa daerah di permukaan bumi. Para ahli geologi percaya bahwa daerah-daerah aktif ini mewakili tempat-tempat di mana sering terjadi retakan-retakan besar di kerak bumi. Retakan-retakan ini mencakup seluruh permukaan bumi, sehingga kerak bumi dapat dibagi menjadi enam bagian lempengan besaryang dinamakan tectonic plates, di mana tiap lempengan terdiri dari kerak yang saling bersambungan. Bentuk lempeng-lempeng ini tidak rata, tetapi setiap lempengan cenderung untuk membentuk suatu batas dengan sistem mid-oceanic ridge, yaitu satu sisi dengan massa benua dan sisi yang lain dengan batas lempengan tektonik.
Sudah terbukti bahwa lempengan tektonik ini bergerak secara perlahan-lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa centimeter setiap tahunnya. Kecepatan ini tampaknya tidak  berarti samasekali bila dipandang dari jangka waktu hidup manusia, namun hal ini akan sangat besar artinya bila ditinjau dari sudut sejarah bumi yang sudah berumur empat setengah juta tahun lamanya. Sebagai salah satu contoh, bahan-bahan lempengan yang rata-rata hanya bergerak dua centimeter setiap tahunnya akan dapat menempuh jarak 2.000 kilometer dalam jangka waktu 100.000.000 tahun. Setiap lempengan akan bergerak pada sudut siku-siku ke arah dan menjauhi oceanic ridge, dan karena itu mereka bergerak ke arah batas benua. Suatu hal yang menarik perhatian adalah kerak bumi yang baru selalu terbentuk secara terus-menerus dan menambah lempengan pada sistem ridge. Cairan batu-batuan basal dari bagian dalam bumi didorong ke atas melalui retakan-retakan dan kemudian menjadi keras membentuk kerak lautan yang baru. Begitu kerak yang baru ini terbentuk, mereka lalu mendorong dan memisahkan sisa lempengan tektonik dan melintasi lantai lautan.
Gerakan lempengan ini sulit untuk diukur secara langsung karena jarak yang terjadi sangat kecil dan memerlukan waktu yang lama. Walaupun demikian, para ahli geologi telah membuktikan secara meyakinkan tentang terjadinya kejadian-kejadian ini dengan mengadakan penelitian terhadap jenis batu-batuan darimana lempengan tektonik dibentuk. Batu-batuan basal ini banyak mengandung bahan besi yang membuat mereka menjadi bersifat magnit untuk selama-lamanya dalam menunjukkan arah dari medan gaya bumi ketika mereka berubah menjadi keras. Proses ini sekarang telah berakhir, walaupun demikian dalam sejarahnya medan gaya magnit bumi telah bertukar beberapa kali secara tiba-tiba yang mengakibatkan terbentuknya batu-batu pada waktu yang berbeda dan mempunyai arah medan gaya yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diramalkan kalau bahan kerak bumi yang sedang terbentuk pada mid-oceanic ridge kemudian secara perlahan-lahan didesak ke luar akan membentuk serentetan pita-pita yang sejajar, sedang batu-medan magnit dipolarisasikan dalam arah yang berbeda-beda. Setiap pita akan menunjukkan waktu ketika medan gaya sedang pada suatu arah tertentu. Penelitian tentang polarisasi magnit dari batu-batuan yang terdapat dekat dengan mid-Atlantic ocean ridge, menunjukkan hasil yang cocok dengan teori seperti yang disebut di atas. Di mana pita-pita batuan ini letaknya sejajar dengan ridge itu sendiri yang polarisasi magnitnya berubah dari satu pita ke pita yang lain.
Meskipun kerak lautan baru selalu dibentuk secara terus-menerus di sistem mid-oceanic ridge, ukuran lempengan tektonik tidak akan bertambah besar. Oleh karena itu sudah pasti ada tempat-tempat tertentu yang mengalami suatu proses pembongkaran bahan-bahan kerak bumi yang terjadi secara seimbang. Hal ini dipercaya terjadi pada batas-batas lempengan tektonik benua yang letaknya jauh dari sistem ridge. Dari sini gerakan lempengan dibelokkan ke arah bawah yang kemudian bertemu dengan kerak benua melalui proses yang dinamakan subduction. Akibatnya, kerak lautan menjadi rusak oleh karena adanya panas yang timbul dari lapisan bumi yang letaknya lebih dalam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa  batas-batas lempengan ini (daerah-daerah subduction) juga merupakan pusat dari aktivitas gunung berapi dan gempa bumi. Di mana gunung berapi ini disebabkan oleh karena adanya tenaga yang begitu besar yang dihasilkan ketika batu-batuan dari kerak lautan mencair, kemudian secara tiba-tiba melepaskan tekanan yang begitu besar yang telah dibentuk di dalam lapisan bumi, sehingga dapat mendorong berjuta-juta ton batuan yang mencair ini ke atas. Sedangkan gempa bumi merupakan suatu akibat dari tekanan yang diciptakan karena lempengan tektonik menjadi melengkung dan arahnya dibelokkan ketika mereka berjalan ke bawah masuk bumi. Gempa ini terjadi apabila sebagian dari lempengan tiba-tiba patah yang sering terjadi pada kedalaman antara 100-700 kilometer di bawah permukaan bumi.

Ø   LEMBAH LAUTAN (Ocean Basin)
Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu datar dan tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi dari dasar lautan adalah kompleks seperti daratan. Topografi dasar laut yang kompleks di Indonesia disebabkan karena kawasan ini merupakan pertemuan dari empat lempeng lithosfer, yaitu :
1. Lempeng Eurasia
2. Lempeng Filipina
3. Lempeng Pasifik
4. Lempeng samudera Hindia - Australia.

Bentuk-bentuk tersebut antara lain:
1.    Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proes peninggian yang terdapat di atas lautan (sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara ridge dan rise. Keduanya hanya dpat dibedakan dari letak kemiringan lereng-lerengnya saja. Di mana Ridge lerengnya lebih terjal dari Rise. Sebagai contoh, puncak-puncak dari sistem Ridge di tengah Atlantik mempunyai tinggi sekitar satu sampai empat kilometer di atas lantai lautan dan sifat kemiringan Rise dari dasar dengan lebar sekitar 1.500 sampai 2.000 kilometer. Rise di Pasifik Timur kurang datar dan ini tampak seperti sebuah tonjolan rendah pada lantai lautan. Rise ini mempunyai ketinggian sekitar dua sampai empat kilometer dari dasar mempunyai lebar kira-kira 2.000 sampai 4.000 kilometer.
Ridge dan Rise utama yang membentang di dunia bergabung menjadi satu dan membentuk satu rantai amat panjang yang dikenal sebagai mid-oceanic ridge system (sistem ridge bagian tengah laut). Ini merupakan suatu rangkaian yang terpotong-potong oleh daerah patahan (fault) yang banyak dengan membentuk sudut siku-siku. Bagian tengah sistem Ridge ini ditandai dengan adanya sebuah lembah curam yang dikenal sebgai lembah Rift (rift valley), hal ini khususnya terbentuk dengan baik di mid-atlantic Ridge. Tetapi hal ini juga dapat dikenal di mana sistem Ridge membentuk sebuah penyebaran yang mengesankan di daratan Afrika Timur. Di sini lembah Rift dapat ditemukan dengan kedalaman 2.800 Km, yang kemudian tempat ini diisi dengan air yang membentuk danau-danau seperti halnya danau Tanganyika.
2.    Trench
Bagian laut yang terdalam berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdpat di perbatasab antara benua dengan kepulauan, dan biasanya mempunyai kedalaman yang sangat besar. Sebagai contoh, sebagian dari Java Trench mempunyai kedalaman sebesar 7.700 meter.
3.    Abysal Plain (daratan Abyssal)
Daerah ini relatif terbagi rata dari permukaan bumi yang terdapat di bagian sisi yang mengarah ke daratan dari sistem mid-oceanic ridge.
4.    Continental Island (pulau-pulau benua)
Beberapa pulau seperti Greenland dan Madagaskar menurut sifat Geologinya merupakan bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah. Daerah-daerah ini lapisan kerak buminya terdiri dari batuan-batuan besi (granitic) yang jenisnya sama dengan yang terdapat di daratan benua.
5.    Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti Kepulauan Indonesia juga mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi mereka mempunyai asal yang berbeda. Kepulauan ini terdiri dari batuan-batuan vulkanik dan sisa-sisa sedimen pada bagian permukaan kulit lautan.
6.    Mid-Oceanic Volcanic Island (pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah lautan)
Daerah ini terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan Pasifik, di mana letak mereka sangat jauh dari massa daratan.
7.    Atol-atol
Daerah ini terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian tenggelam di bawah permukaan air. Batuan-batuan yang terdapat di sini ditandai oleh adanya terumbu karang (coral-feef) yang terbentuk seperti cincin yang mengelilingi sebuah lagon yang dangkal.
8.    Seamount dan Guyot
Merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tidak dapat mencapai permukaan laut. Seamount ini mempunyai lereng yang curam, berpuncak runcing, dan kemungkinan mempunyai ketinggian sampai 1 Kilometer atau lebih. Guyot mempunyai bentuk yang serupa dengan Seamount, tetapi bagian puncaknya datar.

Ø MORFOLOGI DASAR LAUT



Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar relief di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi dan pengupasan olah arus laut.
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai berikut :
1.
Landas kontinen (continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan kemiringan kira-kira 8,4 %.
Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di sepanjang pantai dan menjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang merupakan bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari Siberia ke arah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
2.
Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter.
3.
Dasar Samudra (ocean floor), meliputi:
a.
Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari 1000 meter.
b.
The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1.
Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.
2.
Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3.
Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4.
Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5.
Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6.
Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7.
Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
Agar Anda lebih jelas bentuk-bentuk morfologi, lihat gambar berikut.

Gamb
r 5. Relief dasar laut




Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).
•    Paparan (shelf) yang dangkal
•    Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
•    Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
•    Gunung bawah laut (sea mount)
•    Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut Ilahude (1997), dilihat dari segi skala atau besarnya bentuk – bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Relief Besar (macro relief)
•    Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
•    Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
•    Secara vertikal berukuran ratusan meter.
•    Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
•    Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
•    Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
•    Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.

Bentuk Dasar Laut, relief
Gambar 1.  Bentuk Dasar Laut (Stewart, 2006)


DEFINISI KONSEP
1. Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas benda, besaran fisika yang menyatakan banyaknya panas yang terkandung dalam suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan
K=C + 273.
Sebagai contoh:
C = \frac{5}{9} \left({F - 32}\right)dan  F = \frac{9}{4}{R + 32}.
Secara alamiah sumber utama panas dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan panas sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima panas sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Meadous and Campbell,1993).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988)
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil.
Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C (sahala hutabarat,1986).
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.
Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus Q = densitas x energi panas specific x temperatur (temperatur dalam satuan Kelvin). Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial. Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Sementara itu, perubahan energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).
2. Salinitas
ciri khas pada air laut ialah rasanya yang asin. Hal ini karena di dalam air laut terlarut bermacam-macam garam dan yang paling utama adalah NaCl (Natrium Klorida). Di dalam air laut mengandung 3,5% garam-garaman (yang terdiri dari klorida 55%, natrium 31%, sulfat 8%, magnesium 4%, kalsium 1%, potassium 1% dan sisanya bikarbonat, bromide, asam borak, stronsium dan florida) gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut, seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum. Sedangkan viskositas, daya serap cahaya tidak terpengaruh oleh salinitas. Sifat-sifat yang sangat ditentukan salinitas adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Jadi, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).
di perairan samudra, salinitas biasanya sekitar 34-35 o/oo. Di daerah pantai bisa terjadi pengenceran karena pengaruh aliran sungai, dll sehingga salinitas menurun sedangkan pada daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas akan meningkat tinggi. sebaran salinitas dilaut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai.
3. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni, atau juga merupakan perbandingan berat zat tersebut terhadap volumenya. Satuan sistem internasional untuk berat jenis adalah N/m3.
 Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau1000 kg/m³. Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan alias massa jenisnya. Istilah kerennya adalah densitas (density). Kerapatan alias massa jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume zat. Secara matematis ditulis :
p= m/v
massa jenis suatu benda akan bertambahketika benda tersebut menyusut (volume benda berkurang). Sebaliknya, massa jenis benda akan berkurang ketika benda memuai(volume benda bertambah).
Massa benda selalu tetap. Sedangkan volumenya bisa berubah-ubah, tergantung dari suhu. Ketika volume benda berkurang, massa jenisnya akan bertambah. Semakin kecil volume, semakin besar massa jenis benda. Sebaliknya, jika volume benda bertambah, massa jenis benda akan berkurang.volume air berkurang) sampai suhu 4 oC. Karenanya, air memiliki massa jenis paling tinggi pada suhu 4oC
Kerapatan alias massa jenis fluida homogen (sama) pada dasarnya berbeda dengan kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu misalnya, memiliki kerapatan yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida, misalnya atmosfer atau air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfir dari permukaan bumi, kerapatannya semakin kecil sedangkan untuk air laut, misalnya, makin dalam kerapatannya semakin besar. Massa jenis alias kerapatan dari suatu fluida homogen dapat bergantung pada factor lingkungan seperti temperature (suhu) dan tekanan.
Satuan Sistem Internasional untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Untuk satuan CGS alias centimeter, gram dan sekon, satuan Massa jenis dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (gr/cm3).
Berikut ini data massa jenis dari beberapa zat.
Zat
Kerapatan (kg/m3)
Zat Cair
Air (4o C)
1,00 x 103
Air Laut
1,03 x 103
Darah
1,06 x 103
Bensin
0,68 x 103
Air raksa
13,6 x 103
Zat Padat
Es
0,92 x 103
Aluminium
2,70 x 103
Besi & Baja
7,8 x 103
Emas
19,3 x 103
Gelas
2,4 – 2,8 x 103
Kayu
0,3 – 0,9 x 103
Tembaga
8,9 x 103
Timah
11,3 x 103
Tulang
1,7 – 2.0 x 103
Zat Gas

Udara
1,293
Helium
0,1786
Hidrogen
0,08994
Uap air
(100 oC)
0,6
Kerapatan zat yang dinyatakan dalam tabel di atas merupakan kerapatan zat pada suhu 0o C dan tekanan 1atm (atmosfir alias atm = satuan tekanan).

No comments:

Post a Comment