Tuesday, May 28, 2013

Khutbah Jum'ah wuapik...



الحمد لله – الحمد لله الذى يمد من اطاعه بالنصر المبين . ويجازى من جاهد فى سبيله بالفوز العظيم . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له . و اشهد ان محمدا عبده و رسوله . اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين.
اما بعد : فياايها المسلمون رحمكم الله , اوصيكم و نفسى بتقوى الله . اتقوا الله واعملوا بشريعته لعلكم تفلحون.

Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Untuk menyambut seruan Allah swt dalam menunaikan ibadah sholat jumat ini, marilah kita bersama-sama berusaha meningkat kadar iman kita untuk semakin memantapkan taqwa dan bakti kita kepada Allah swt. Karena pada hakekatnya, disisinya nanti hanyalah taqwa seseorang yang menjadi ukuran mulianya.
Untuk landasan khutbah pada hari ini akan saya ketengahkan firman Allah dalam Al-Quran
190.  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191.  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Kata kunci yang terdapat dalam QS Ali Imran ini adalah selalu berfikir tentang Allah. Penggalan kalimat ini juga sangatlah mendalam. Lagi-lagi Allah ingin mengajak kita untuk berinteraksi dengannya.
Bayangkan firman yang disampaikan Allah dalam ayat tersebut:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
Seakan-akan Dia ingin mengatakan kepada kita bahwa kunci kedekatan seorang hamba dengan tuhannya, salah satunya adalah selalu berfikir tentang Allah, melalui ayat-ayatnya yang terserak di seluruh penjuru alam ini.
Berfikir adalah salah satu kunci kedekatan kita dengan Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai pikiran kita. Orang yang tidak berfikir dan tidak menggunakan akalnya, termasuk golongan yang dimurkai Allah. Dalam surah Yunus: Allah berfirman.
100.  Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

269.  Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Kita juga tahu, bahwa agama ini memang diperuntukkan bagi makhluk yang berakal. Sebagai contoh tumbuhan dan binatang, yang tidak berakal tidak dikenai kewajiban beragama. Demikian pula, manusia yang dalam keadaan pingsan, mabuk, gila juga tidak dikenai kewajiban beragama. Sangat jelas bahwa agama hanya cocok untuk makhluk yang berakal.
Karena itu, Allah juga secara tersirat maupun tersurat, menegaskan bahwa kita harus berfikir untuk menjalani agama ini. Apalagi untuk bertemu Allah.
Nah, dalam ayat tersebut bahkan dikatakan tidak cukup berfikir hanya kadang-kadang saja. Berfikir harus total, sepanjang waktu kita. Baik dalam keadaan berdiri, duduk, tidur-tiduran, dan apapun aktifitas kita. Semuanya harus diorientasikan kepada Allah. Itu kalau kita ingin bertemu dengan-Nya.
Apakah esensi dari aktifitas berfikir yang seperti itu? Intinya, kita harus menghubungkan setiap aktifitas kita apapun bentuknya, semata-mata lillahi taala. Tidak ada lain dalam hidup kita kecuali untuk-Nya. Mulai dari bangun tidur, sholat subuh, olah raga pagi, sarapan, bekerja, istirahat, dan seterusnya sampai kita tidur kembali, harus berorientasi kepada Allah. Bahkan tidur itu harus berorientasi kepada Allah. 
Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Kenapa berfikir menjadi kunci dari keberhasilan proses pendekatan kita kepada Allah? Tidak bisakah kita tanpa berfikir lantas bisa dekat dengan Allah?
Rasanya sulit untuk mengatakan bahwa tanpa berfikir manusia bisa mendekatkan diri kepada Allah. Allah sendiri berulang-ulang mengatakan di dalam Al Quran bahwa manusia harus berfikir, dan Dia sangat menghargai orang-orang yang berfikir dengan baik. Berfikir menunjukkan bahwa kita hidup. Orang yang sudah tidak bisa berfikir, pada hakikatnya dia sudah mati. Dan orang yang sudah mati, tidak dikenai lagi kewajiban beragama. Allah mengatakan di dalam QS Al-Israa : 36
36.  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Artinya kita tidak boleh ikut-ikutan saja dalam mengerjakan sesuatu. Itu bisa berbahaya, dan lantas kita sulit untuk mempertanggung jawabkannya. Harus punya ilmunya, kata Allah. Itu artinya kita harus banyak-banyak berfikir.
Dan kalau kita membaca Al-Quran, betapa banyaknya Allah menyindir kitadengan kalimat-kalimat: afalaa ta’qiluun (apakah kalian tidak berakal) afalaa yandzuruun (apakah kalian tidak melakukan observasi), afalaa yatafakkaruun (apakah kalian tidak berfikir), dan lain sebagainya.
         Berfikir menjadi entry point (pintu masuk) bagi proses pendekatan kita kepada Allah. Seseorang tidak akan memiliki keimanan yang kuat kalau tidak melalui proses berfikir. Hal ini sudah ditunjukkan oleh para nabi besar, seperti nabi Ibrahim, Musa dan Muhammad.
Memang para nabi itu memperoleh ilmunya tidak lewat berguru, tetapi lewat wahyu dari Allah, yang langsung masuk ke kalbunya. Akan tetapi, semua itu selalu didahului dengan sebuah proses berfikir secara total yang cukup panjang.
Nabi Ibrahim misalnya lewat proses dialognya dengan alam semesta. Nabi Musa dengan ’bertapa’ di gunung Sinai. Dan nabi Muhammad lewat proses berkhalwat di gua Hira. Semua itu adalah proses awal berupa perenungan-perenungan untuk memperoleh ilmu yang sangat tinggi dan mendalam. Maka kalau kita ingin memperoleh kedekatan dengan Allah lakukanlah apa-apa yang telah dialami oleh para nabi besar itu. Atau dalam konteks ini, jalankanlah apa yang diisyaratkan Allah dalam QS Ali Imran tersebut, yaitu selalu berfikir dalam menjalani agama ini dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring, atau apapun aktifitas kita.
Orang yang disebut sebagai ’ulil albab’ di dalam wahyu itu akhirnya memiliki kesimpulan : Rabbanaa maa kholaqtahaadzaa baatila..., ya tuhanku, tidak sia-sia segala yang engkau ciptakan ini...
Kapankah seseorang bisa memiliki kesimpulan bahwa segala sesuatu yang dia pelajari itu tidak sia-sia? Jawabnya hanya satu, yaitu ketika dia sudah sangat memahami tentang apa yang dia pelajari. Barulah dia bisa mengatakan bahwa ternyata segala yang dicipta oleh Allah semuanya ada manfaatnya. Betapa mendalamnya kalimat ini...
Orang yang belum mengerti tentang apa yang dia pelajari, dia tidak akan bisa mengatakan bahwa sesuatu itu bermanfaat alias tidak sia-sia. Jadi, bisakah anda bayangkan bahwa wahyu Allah tersebut seakan-akan mengambarkan sebuah kurun waktu yang sangat panjang dalam kehidupan seseorang. Barangkali sepanjang usianya.

Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Di ayat itu, sang pemikir digambarkan selalu gelisah untuk bisa selalu bertemu dengan Allah. Karena itu ia selalu berfikir tentang tanda-tanda kebesaran-Nya sepanjang hidupnya. Baik, ia sedang berdiri, duduk, bahkan tidur-tiduran. Ketika ia sedang susah maupun senag. Ketika sedang sendiri maupun sedang beramai-ramai. Dan segala aktifitas kehidupannya.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian –sebagaimana nabi Ibrahim- akhirnya ia mendapatkan kesimpulan bahwa Allah memang sang pencipta yang maha pintar dan maha bijaksana. Tak ada satu bendapun yang tidak bermanfaat di alam semesta ini. Barangkali, kalau aktifitas berfikirnya itu dibukukan, itu akan menjadi sebuah informasi ilmu pengetahuan yang hebat dan dahsyat. Kenapa demikian? Ya, karena kesimpulannya mengatakan bahwa ia sangat faham dengan fakta yang terserak di alam semesta ini, dan bisa berkata : tidak sia-sia segala yang ada…
Begitulah Allah memancing kita untuk mempelajari alam semesta ciptaan-Nya. Hasil akhirnya, bukannya sekedar kita puas dengan ilmu yang kita peroleh, melainkan kita mendapatkan satu kesimpulan esensial, yaitu lebih mengenal zat sang penguasa semesta.
Saya yakin, bahwa kita masih sering menganggap sesuatu yang terjadi di sekitar kehidupan kita adalah sia-sia. Atau setidak-tidaknya biasa-biasa saja, tidak ada gunanya. Dan tidak memberikan tanda-tanda bagi eksistensi serta keterlibatan Allah.
Ambil saja contoh. Allah mengatakan bahwa Dia tidak merasa malu menciptakan nyamuk. Apakah kita pernah berfikir bahwa nyamuk adalah ciptaan Allah yang luar biasa rumit dan memiliki peran dalam kehidupan kita?
QS Al Baqarah :26
26.  Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu
sampai saat ini tidak ada seorang ahli robot pun yang bisa meniru membuat nyamuk. Seluruh ilmu pengetahuan sepanjang peradaban manusia belum cukup untuk digunakan untuk membuat nyamuk. Untuk meniru gerakan kakinya saja, para ahli robot terkemuka di dunia tidak bisa menirunya. Apalagi meniru alat penglihatannya, pencernaannya, sayapnya, instingnya dan seluruh proses metabolisme yang menyebabkan dia hidup dan berkembang biak.
Atau pernahkah kita berfikir tentang lebah ? dari mana ia memperoleh instink untuk memproduksi madu yang ternyata bisa menjadi obat itu? Berapa banyak nilai ekonomi dan kesehatan yang telah dihasilkan oleh serangga yang hidup bergerombol bersama sang ratu lebah itu.
Bahkan, bukan hanya makhluk berupa binatang atau tumbuhan saja yang menarik untuk dipikirkan. Kejadian-kejadian yang melingkupi kehidupan kita pun tidaklah ada yang sia-sia. Semuanya mengandung pelajaran dan hikmah untuk kita ambil sebagai pelajaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Inilah kira-kira yang bisa kita petik dari penggalan ayat dalam wahyu tersebut. Pemahaman yang komprehensif terhadap segala yang ada justru akan membawa kita kepada suatu kesimpulan yang terfokus pada kekuasaan Allah, sang maha perkasa.

بارك الله لى ولكم فى القران العظيم . ونفعنى و اياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم . اقول قولى هذا واستغفروا الله العظيم الجليل لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات من كل ذنب فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم.

No comments:

Post a Comment