Tuesday, May 28, 2013

Pengorganisasian Dakwah dan Sistem Pengorganisasian Dakwah



PENGORGANISASIAN DAKWAH DAN SISTEM PENGORGANISASIAN DAKWAH
BAB I
PENDAHULUAN

Allah SWT telah mengajarkan manusia berbagai macam ilmu pengetahuan, baik sifatnya quraniyah maupun kauniyah. Semua manusia, baik muslim maupun non muslim mendapat hak yang sama untuk mendapatkan pengetahuan.
Demikian pula ilmu organisasi dan management adalah merupakan karunia Allah juga, yang diberikan kepada para hambanya yang mau memperhatikan sunnatullah dan ciptaan-Nya di alam raya ini. Organisasi dan manajemen telah menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan modern. Dengan memanfaatkan seseorang atau lembaga, insya Allah dapat bekerja mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Demikian pula, dengan mengimplementasikan prinsip-prinsipnya secara benar dapat mengantisipasi perkembangan lembaga mereka yang tumbuh semakin besar. Manusia modern telah mengaplikasikan dalam berbagai kegiatan, baik yang bertujuan komersial maupun sosial dan nyata-nyata telah memberi banyak sumbangan bagi kemajuan lembaga mereka.
Kita tahu, bahwa ilmu organisasi dan manajemen tumbuh secara terstruktur di dunia Barat dan kemudian berkembang ke seluruh dunia, terutama Jepang. Mengingat mereka kebanyakan umat non muslim, maka diperlukan seleksi atas keilmuan ini. Meskipun begitu, tidak ada salahnya bila kita mau mengadopsi, asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam. Diakui atau tidak, umat Islam telah memanfaatkannya.
Dalam kajian ini, penulis hanya membahas pengorganisasian (organizing) yang merupakan salah satu organ POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Dalam pengorganisasian membutuhkan sistem yang lebih spesifik, yang akan membahas bagaimana perumusan kerja, penetapan tugas, perincian kegiatan, dll. Hal ini tidak hanya berlaku pada organisasi komersial saja, bahkan dakwah bagi manusia modern pun memerlukan manajemen dengan pengorganisasian yang baik. Agar tujuan dan sasaran dakwah bisa lebih mengena secara efektif dan efisien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Dakwah
Istilah organisasi berasal dari bahasa latin organum, yang berarti alat, bagian, unsur, unit, anggota atau badan. Secara definisi, organisasi adalah unit sosial yang sengaja dibangun atau distrukturkan untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
Menurut Drs. EK Imam Munawir, organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. [2]Dakwah adalah suatu kegiatan mengajak dan menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah (sistem Islami) yang sesuai fitrah dan ke- hanif-annya secara integral, baik melalui kegiatan lisan, tulisan atau kegiatan nalar dan perbuatan. Hal ini ditujukan sebagai upaya muslim dalam mengejawantahkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran prinsipil yang universal, serta berupaya mencegah dan menjauhkan hal-hal yang memang secara fitri ditolak dan diingkari oleh nurani demi terwujudnya khair al ummah.[3] Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian, bahwa organisasi dakwah adalah merupakan wadah kerjasama untuk menanamkan kebaikan dan kebenaran prinsipil yang universal yang dilakukan dan mencegah hal-hal yang secara fitri ditolak dan diingkari oleh dua orang atau lebih yang memiliki keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama.
B. Pengorganisasian  (Organizing) Dakwah
Pengorganisasian (organizing) merupakan pengaturan segala perangkat dan sumber daya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan organisasi yang harmonis dan dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dakwah berorientasi pada tujuan umum organisasi dakwah dan diimplementasikan dengan dukungan seluruh faktor manajemen, seperti: moral, manusia, material, mesin, uang, metode, dan perangkat keras maupun lunaknya.
Proses pengorganisasian dakwah memiliki berbagai pengertian. Istilah pengorganisasian dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini.
1.      Cara organisasi dakwah merancang suatu upaya dakwah yang efektif sesuai dengan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki.
2.      Bagaimana organisasi dakwah mengelompokkan atau mengategorisasikan kegiatan-kegiatannya berdasarkan pertimbangan tertentu.
3.      Cara organisasi dakwah dalam membagi tugas-tugas dakwah yang harus dilaksanakan. [4]
C. Sistem Pengorganisasian Dakwah.
Sistem pengorganisasian dakwah meliputi berbagai rangkaian kegiatan yang bermula pada orientasi atas tujuan yang akan dicapai dan berakhir pada saat kerangka organisasi yang tercipta terlengkapi dengaa prosedur dan metode kerja, kewenangan, personalia, serta peralatan yang diperlukan. Sistem tersebut sebagai berikut:
  1. Perumusan Kerja.
Sebagai dasar utama dari penyusunan organisasi, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang lingkup sasaran, keahlian atau ketrampilan serta peralatan yang diperlukan, jangka waktu maupun cara pencapaiannya yang terbaik. Dari tujuan yang telah dirumuskan ditarik kesimpulan tentang susunan, corak maupun ukuran besar kecilnya organisasi dakwah yang harus disusun.
Endang Saifuddin Anshari, MA, menyatakan, ” tujuan organisasi perjuangan Islam haruslah sesuai dengan tuntutan Islam sebagai dasar perjuangan. Rumusan mengenai tujuan organisasi Islam boleh berlainan yang satu dengan yang lainnya, namun haruslah sejalan dengan tujuan Islam itu sendiri.” [5]pendapat ini agaknya perlu diperhatikan para aktivis organisasi dakwah.
Sebagai contoh kita mengambil suatu rumusan tujuan organisasi dakwah dengan bunyi: ” Terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridhaannya”. Nampak bahwa tujuan organisasi tersebut memiliki keselarasan dengan firman Allah di dalam al-Quran surah al Dzariyaat; 56. disamping itu rumusan tujuan tersebut mengandung tiga unsur yang dinamis, yaitu : iman, ilmu, dan amal, sehingga dapat memberikan dorongan positif bagi anggotanya.
Tujuan organisasi (ultimate goal) terdapat dalam anggaran dasar. Tujuan organisasi dakwah harus disosialisasikan kepada para anggotanya, sehingga mereka mengerti apa tujuannya berorganisasi. Untuk menjamin agar aktivitas organisasi selalu berorientasi pada tujuan, sebaiknya setiap pengurus dan anggota hafal di luar kepala atas teks tujuan tersebut. Tujuan organisasi biasanya juga digunakan sebagai dasar pada surat-surat keputusan, dicantumkan dalam proposal kegiatan, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun pedoman organisasi dan lain sebagainya.
  1. Penetapan Tugas Pokok.
Tugas pokok merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan organisasi dakwah. Banyak sedikitnya tugas pokok tergantung besar kecilnya organisasi. Penetapan tugas pokok harus berorientasi pada tujuan, menjadi landasan bagi penyelenggaraan semua kegiatan serta mampu menyahuti kebutuhan gerak organisasi.
  1. Perincian Kegiatan.
Perincian kegiatan merupakan daftar acuan kerja sebagai penjabaran tugas pokok secara operasional. Perincian kerja organisasi dakwah harus disusun lengkap dan terperinci sehingga mampu memberikan panduan bagi pengurus terutama dalam kegiatan rutin organisasi.
  1. Pengelompokan Kegiatan Dalam Fungsi-Fungsi.
Kegiatan organisasi dakwah yang harus dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok adalah sangat banyak. Kegiatan-kegiatan tersebut ada yang berhubungan erat satu dengan yang lainnya, dan dapat dibedakan secara jelas. Kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya satu sama lain masing-masing dikelompokkan menjadi satu yang disebut dengan ”fungsi”. Pengelompokan dalam fungsi-fungsi dilakukan berdasarkan tujuan horisontal dan vertikal yang selanjutnya menjadi dasar dalam proses hierarki dan departementasi organisasi dalam bidang-bidang kerja.

  1. Departementasi.
Menurut Drs. Sutarto, ” yang dimaksud dengan departementasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi tertentu. Fungsi adalah sekelompok aktivitas sejenis berdasarkan kesamaan sifatnya atau pelaksanaannya.
Departementasi merupakan tindakan pemilahan atau pemecahan fungsi-fungsi menjadi satuan-satuan organisasi dalam bentuk bagian, bidang departemen, ataupun seksi. Dalam penyusunan satuan organisasi perlu di perhatikan :
a.       Setiap satuan organisasi memiliki satu fungsi utama yang sejenis.
b.      Pemilahan satuan tugas berdasarkan pertimbangan hierarki dan koordinasi.
c.       Satuan organisasi memiliki fleksibilitas bagi pengembangan organisasi.
d.      Setiap satuan organisasi memiliki hak, wewenang, tanggung jawab, tugas, fungsi, personil dan fasilitas sesuai dengan kedudukannya.
  1. Penetapan Otoritas Organisasi.
Setiap personil pengurus satuan organisasi memiliki otoritas sesuai dengan jabatannya. Otoritas (wewenang) adalah kekuasaan untuk bertindak memberi perintah dan mengambil keputusan dalam rangka melaksanakan amanah organisasi. Otoritas diberikan sesuai dengan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
  1. Staffing (Pengisian Personil)
Pada prinsipnya organisasi adalah merupakan pengaturan orang-orang untuk mencapai tujuan, karena itu pengaruh ”faktor manusia” besar sekali dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi dakwah mencapai tujuannya.
Staffing adalah penempatan orang-orang yang sesuai keahliannya pada satuan organisasi yang telah disusun. Disini berlaku prinsip ”the right man on the right place” dan ”the right man behind the right gun” dengan maksud menempatkan orang pada posisi dan jabatan pengurus organisasi dakwah yang tepat. Pembentukan struktur organisasi yang baik dalam proses departementasi harus diimbangi dengan pemilihan personil pengurus yang bekualitas, baik kualitas iman, ilmu, intelektualitas, maupun keterampilannya.
Keterampilan yang dibutuhkan personil yang ditempatkan meliputi technical skill, human skill, dan conceptional skill. Untuk pengurus pada level bawah, menengah dan atas berbeda porsinya. Semakin tinggi posisinya dalam hierarki organisasi semakin dituntut kemampuan konsepsional. Demikian pula semakin rendah posisinya semakin dituntut teknis opersionalnya.
  1. Fasilitating (Pemberian Fasilitas)
Tindakan selanjutnya dalam pengorganisasian lembaga dakwah adalah memberi fasilitas berupa perlengkapan dan peralatan organisasi, baik finansial, material, maupun yang lainnya. Prinsip yang harus diikuti adalah bahwa pemberian fasilitas kepada pengurus harus cukup tersedia sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan tujuan organisasi. Dengan tersedianya fasilitas yang baik insya Allah pengurus organisasi dakwah akan dapat bekerja sesuai dengan harapan anggota.[6]

STUDI KASUS MATERI BASIC`TRAINNING REMAS AL KAUTSAR
1. MATERI
Sholat berjamaah
2. TUJUAN
2.1. Peserta memahami maksud dari tujuan pelaksanaan sholat berjamaah
2.2. Peserta memahami tata cara penyelenggaraan sholat berjamaah.
3. POKOK-POKOK BAHASAN
3.1. Pemahaman tentang memakmurkan masjid dengan sholat berjamaah.
3.2. Pemahaman tentang tuntutan Rasulullah dalam menegakkan sholat berjamaah.
3.3. Pemahaman tentang tata cara melaksanakan sholat berjamaah.
4. TARGET
4.1. Peserta memahami pentingnya sholat berjamaah dan tata caranya.
4.2. Peserta (laki-laki) tergugah hatinya untuk melaksanakan sholat fardu berjamaah di masjid.
5. METODE
5.1. Ceramah.
5.2. Tanya Jawab.
5.3. Penugasan.
6. SUSUNAN PANITIA BASIC TRAINING
A. PANITIA PENGARAH
Ketua                               : A. Mustofa
Anggota                           : Hadiyatullah
B. PANITIA PELAKSANA
Ketua                                : Suhadi
Sekretaris                         : Mukadi
Bendahara                        : Soepriyana
Seksi Acara     
          Ketua                      : Ma’sum
          Anggota                  : Abdul Kholik, Abdul Aziz husain, Heru Santosa
Seksi Dana
          Ketua                      : Mas’ud
          Anggota                  : Endang Kurniawan, M. Yunus, As’ari
Seksi Perlengkapan
          Ketua                       : Marjono
          Anggota                   : Ahmad Said, Syamsul Maarif, Sundakir
Seksi Konsumsi                 
          Ketua                       : Muthi’ Masfu’ah
          Anggota                   : Mikyal Suyuti, Krisni Handayani, Lasminah.       

7. FASILITATING
7.1. Note book, LCD projector dan screen
7.2. Meja panelis
7.3. Mimbar sambutan
7.4. Meja MC
7.5. Tempat duduk pria / wanita
7.6. Meja penerimaan tamu pria / wanita dan pintu masuk
7.7. Pintu keluar pria / wanita


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Organisasi memiliki banyak pengertian, namun tidak berseberangan. Antara satu pengertian dengan yang lainnya saling mendukung karena adanya kesamaan karakter dan tinjauannya. Arti secara umum organisasi adalah unit sosial yang sengaja dibangun atau distrukturkan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun pengorganisasian (organizing) adalah aplikasi dari organisasi itu sendiri. Yang merupakan salah satu unsur dari manajemen yang tergabung dalam POAC (Planning, Organizing, actuating, controlling). Pengorganisasian dalam arti umum adalah merupakan pengaturan segala perangkat dan sumber daya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan organisasi yang harmonis dan dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dakwah berorientasi pada tujuan umum organisasi dakwah dan diimplementasikan dengan dukungan seluruh faktor manajemen, seperti: moral, manusia, material, mesin, uang, metode, dan perangkat keras maupun lunaknya.
Sistem pengorganisasian meliputi berbagai rangkaian kegiatan yang bermula pada orientasi atas tujuan yang akan dicapai dan berakhir pada saat kerangka organisasi yang tercipta terlengkapi dengan prosedur dan metode kerja, kewenangan, personalia serta peralatan yang diperlukan. Diantaranya adalah perumusan kerja, penetapan tugas pokok, perincian kegiatan, pengelompokkan kegiatan dalam fungsi-fungsi, departementasi, penetapan otoritas organisasi, staffing, dan staffing.

B. DAFTAR RUJUKAN
1. Danim,Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah, cet.I (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
2. Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, cet. I (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005)
3. Muhyiddin, Asep. Metode Pengembangan Dakwah, cet.I (Bandung: CV Pustaka Setia Bandung, 2002)
4. Anshari,Endang Saefuddin. Wawasan Islam (Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya), edisi I (Jakarta: CV Rajawali, 1991)


[1] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, cet.I (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hal: 117
[2] Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, cet. I (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005) hal: 80
[3] Asep Muhyiddin, Metode Pengembangan Dakwah, cet.I (Bandung: CV Pustaka Setia Bandung, 2002) hal: 23
[4] Ibid, hal: 135
[5] Endang Saefuddin Anshari. Wawasan Islam (Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya), edisi I (Jakarta: CV Rajawali, 1991) hal: 241
[6] Op. cit. Siswanto, hal : 107-109

No comments:

Post a Comment