Saturday, July 6, 2013

Contoh Proposal : Metode Pembelajaran Perspektif Hadis An-Nabawi


Ainul Yakin 
STAIMA Al-Hikam Malang 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan, baik pembelajaran formal maupun pembelajaran informal, diarahkan untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut Muhammad Amin, pendidikan sejatinya tidak hanya mencakup dimensi akal, tetapi juga merambah dimensi badan, perasaan, kehendak, dan seluruh unsur kejiwaan manusia serta bakat-bakat dan kemampuannya. Dengan demikian, pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan individual, sehingga potensi-potensi kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna[1].
Lebih jauh, Abuddin Nata menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi. Akan tetapi, implementasi tujuan pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat, terutama peserta didik. Dengan demikian, implementasi tujuan pendidikan tersebut disesuaikan dengan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik[2].
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan suatu strategi dan teknik yang sering dikenal dengan metode pembelajaran. Secara definitif, metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan[3].
Ada beragam metode pembelajaran yang sering digunakan oleh para pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar. Di antaranya adalah metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, metode sosio-drama (role playing), metode kerja kelompok, metode pemecahan masalah (problem solving), metode karyawisata (field-trip), metode survai masyarakat, dan sebagainya[4].
Sebenarnya, urgensi penggunaan metode pembelajaran dalam dunia pendidikan telah diisyaratkan oleh Allah swt. dalam Al-Qur’an.
اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl [16]: 125)
Secara tersirat, dalam ayat  di atas terkandung tiga metode pembelajaran, yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat).
Demikian juga dalam hadis Nabi, banyak terkandung beragam metode pembelajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Salah satunya adalah hadis berikut ini.
صحيح مسلم - (8 / 18)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya : “Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr menceritakan  , katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.”(HR. Muslim)

Dalam hadis di atas, secara tersirat bahwa Rasulullah saw. memulai pembelajarannya dengan bertanya dan menjawab kepada sahabat yang salah dalam mendifinisikan apa itu bangkrut, lalu dijelaskan oleh Rasulullah saw bahwa bangkrut yang dimaksud itu adalah  peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan. Inilah sebenarnya salah satu metode tanya jawab yang dicontohkan oleh Rosulullah saw yang cukup ideal dan bisa memberikan hasil yang optimal.
Selain hadis di atas, masih banyak hadis lain yang mengisyaratkan metode pembelajaran yang tersirat dalam Hadits Nabi. Dari penelusuran sekilas terhadap sumber utama ajaran Islam di atas, yakni Al-Qur’an dan Hadits, peneliti menyimpulkan bahwa sebenarnya ajaran Islam mengandung sumber inspirasi yang tidak akan pernah kering untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya untuk mengembangkan metode pembelajaran. Akan tetapi, pertanyaannya adalah kenapa dunia pendidikan, khususnya metode pembelajaran, di Barat lebih maju dan lebih berkembang daripada di dunia Islam?
Hal ini terbukti dengan begitu kreatif dan inovatifnya dunia pendidikan Barat dalam mengembangkan metode pembelajaran. Dengan menggandeng ilmu psikologi, bermunculanlah berbagai macam inovasi dalam dunia pendidikan Barat. Di antaranya, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menemukan teori quantum learning, Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri merumuskan teori quantum teaching, Dave Meier menggagas teori accelerated learning, Howard Gardner mengusulkan pembelajaran berbasis multiple intelligences, serta Elaine B. Johnson mengajukan teori contextual teaching and learning (CTL).
Berangkat dari keprihatinan dalam melihat kemandekan dunia pendidikan Islam, peneliti merasa ikut andil untuk memberikan sumbangsih berupa saran terhadap dunia pendidikan Islam dengan mencoba merumuskan metode pembelajaran yang tersirat dalam hadis Nabi.
Kenapa harus bersumber dari Hadits Nabi? Jawabannya adalah sebagai berikut : Hadis Nabi yang jumlahnya ribuan bahkan ratusan ribu mengandung aneka nilai yang cukup kaya. Itu semua merupakan sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya metode pembelajaran. Oleh karena itu dengan permasalahan inilah peneliti berkeinginan untuk mengangkat judul “Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Hadits”. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk menampilkan beberapa metode pembelajaran yang tersirat dalam Hadits.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah metode pembelajaran dalam perspektif hadits?
C. Tujuan penelitian
Pada penelitian ini tujuan yang akan dicapai peneliti dalam kaitannya dengan tema tersebut adalah untuk :
1.                     Mendeskripsikan bentuk-bentuk metode pembelajaran Rasulullah.
2.                     Mengetahui metode pembelajaran Rasulullah dalam perspektif hadits.
D. Fokus Penelitian
Melihat latar belakang masalah di atas, maka peneliti menentukan fokus penelitiannya pada metode pembelajaran dan pencarian makna-makna yang tersirat dalam Hadits terkait pembelajaran untuk dicarikan kesesuaiannya. Dalam hal ini peneliti akan lebih banyak mengkaji syarah-syarah hadits yang konotasinya pada pendidikan. Karena keterbatasan peneliti, maka tidak mungkin semua syarah yang ada akan diteliti, melainkan hanya beberapa saja yang merupakan syarah dari beberapa pendekatannya.
Agar lebih jelasnya dan tidak terlalu melebar maka fokus bahasan yang diperdalam adalah metode pembelajaran dalam tinjauan Hadits.
E. Kegunaan Penelitian
Dengan melalui hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan tambahan wawasan baru dan memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan kita khususnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, baik itu merupakan sesuatu temuan yang baru dalam paradigma pembelajaran saat ini, atau menjadikan sebagai pendukung teknik pembelajaran yang sudah ada. Atau bahkan sebagai temuan penentang dari teknik pembelajaran yang sudah ada.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan metode pembelajaran yang ada dalam hadits. Disamping itu hasil dari penelitian ini bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan Islam sebagai implementasi nilai-nilai ajaran hadits.
F. Penegasan Istilah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, tema pada penelitian ini adalah seputar Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Hadits. Untuk lebih jelasnya memahami tema ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Ada dua yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini. Yaitu :
  1. Metode Pembelajaran
Adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran..
  1. Pespektif Hadits
Adalah pandangan Hadits. Maksudnya bagaimana Hadits memandang pada metode pembelajaran yang contohkan oleh Rasulullah.

G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian skripsi ini maka peneliti menyusun sistematika pembahasan penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, fokus penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori. Pada bab ini berisi tentang beberapa teori belajar termasuk metode pembelajaran. Pada bab ini juga diungkapkan tentang metode yang tersirat dalam hadits nabi yang akan menjadi landasan dalam memahami isi hadits tentang pembelajaran.
BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan rancangan penelitian data, dan teknik analisis data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuailitatif-deskriptif.
BAB IV : Paparan data. Bab ini memuat tentang paparan data-data yang dikumpulkan. Data-data tersebut berisikan tentang Hadits-hadits nabi tentang metode pembelajaran.
BAB V : Analisis data. Bab ini merupakan analisis dari data-data yang telah terkumpul. Data yang dianalisa meliputi metode pembelajaran dalam perspektif hadits nabi.
BAB VI : Penutup yang memuat simpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Metode Pembelajaran

Pengertian metode yang lebih khusus diartikan sebagai .Suatu cara atau siasat menyampaikan bahan pelajaran agar murid memahami, mempergunakan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tersebut[5].
Secara kata  metodik itu berasal dari kata metode (method), metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Kata “Metode” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Greek (Yunani). “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu[6]. sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer, pengertian metode adalah Cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya[7]. Dalam Metodik khusus Pendidikan Agama Islam pengertian metode adalah Suatu cara kerja yang sistematik dan umum seperti cara kerja ilmu pengetahuan[8].
Secara terminologis, metode adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan yang lainnya.  Adapun metodologi adalah ilmu yang mempelajari tentang metode[9].
Sementara itu, metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan[10].
Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran menempati posisi yang cukup penting. Sebab, keberhasilan kegiatan belajar-mengajar salah satunya ditentukan oleh kesesuaian metode pembelajaran yang digunakan dengan materi pelajaran yang diajarkan atau dengan minat peserta didik. Oleh karena itu, metode pembelajaran terus berkembang dan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan dunia pendidikan. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar: metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, metode sosio-drama (role playing), metode kerja kelompok, metode pemecahan masalah (problem solving), metode karyawisata (field-trip), metode survai masyarakat, dan sebagainya[11].

1.  Pengertian Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini, Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah satu metoide interaksi edukatif diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya[12].
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri.
Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
Dalam melaksanakan diskusi sebagai metode perlu diketahui bahwa diskusi itu akan menimbulkan nilai-nilai positif yang berbeda-beda. Diskusi yang diselenggarakan di sekolah-sekolah dasar akan berbeda dengan suatu diskusi yang diselenggarakan di sekolah-sekolah menengah atau perguruan tinggi. Yang penting ialah apakah setiap anak sudah mau mengemukakan pendapatnya, apakah setiap anak sudah dapat menjaga dan mematuhi etika dalam berbicara dan sebagainya, barulah diperhatikan apakah pembicaraannnya  memberikan kemungkinan memecahkan persoalan diskusi[13].
1)      Metode diskusi dilakukan
a)      Bila ada soal-soal sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada murid-murid.
b)      Untuk mencari suatu keputusan suatu masalah.
c)      Untuk menimbulkan kesangggupan pada anak didik dsalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat  diterima orang lain.
d)     Untuk membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap toleran.
2)      Segi positif
a)       Suasana kelas akan hidup. Sebab anak-anak mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang di diskusikan. Partisipasi anak dalam metoda ini lebih baik.
b)      Dapat menaikan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
c)       Kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami anak karena anak didik  mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
d)      Anak-anak belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
3)      Segi negatif
a)      Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
b)      Sulit menduga hasil yang akan dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.
4)      Saran-saran
1)      Usahakan supaya setiap murid mendapat giliran bicara.
2)      Usahakan supaya setiap murid belajar sabar mendengarkan pendapat.
5)      Cara pelaksanaan
Untuk melaksanakan metoda diskusi guru harus memberikan pertolongan berupa pertanyaan atau problem sebagai perangsang, bimbingan, dan pengarahan.
b. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan[14].
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan dan guru yang memberikan jawaban.
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi yang diperolehnya.
Metode tanya jawab dapat digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan.
Metode tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid.
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara siswa dan guru. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa. (Hadi, 1984: 192)[15]
Metode ini sudah lama dikenal dan dipakai orang semenjak zaman yunani. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh Socrates (469-399 SM) seorang filosof bangsa yunani. Dan bagitu juga Nabi Muhammad S.A.W dalam mengajarkan agama kepada umatnya, sering menggunakan tanya jawab.
Sungguhpun demikian guru jangan beranggapan dengan menggunakan metode tanya jawab telah cukup baik untuk menilai apakah kelas pada umumnya telah belajar dengan baik atau tidak, karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk menjawab pertanyaan.
Metode tanya jawab baik digunakan jika:
1)      Untuk menyimpulkan metode yang lalu. Setelah guru menguraikan suatu persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.
2)      Untuk melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik perhatian murid-murid kepada pelajaran baru.
3)      Untuk menarik perhatian murid untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
4)      Untuk meneliti kemampuan murid dalam memahami bacaan yang dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.
Metode tanya jawab tidak baik digunakan jika:
1)   Untuk melihat taraf kemampuan murid mengenai pelajaran mereka.
2)   Pertanyaan yang digunakan hanya terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak” saja. Tetapi hendaknya jawaban dapat mendorong pemikiran murid untuk memikirkan jawaban yang tepat.
3)   Memberikan giliran pada murid-murid tertentu saja, tetapi hendaknya pertanyaaan diajukan kepada seluruh siswa, begitu juga dalam menjawabnya seluruh murid harus diberi kesempatan, jangan hanya yang pandai-pandai saja. Bahkan murid yang pendiam dan pemalulah yang lebih didorong untuk menjawabnya supaya ia dapat membiasakan diri[16].
c. Metode Problem Solving
1) Pengertian
Dalam pemecahan problem-problem baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berpikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggung jawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan metode problem solving dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran. Metode ini memusatkan kegiatan pada murid. Jadi berbeda dengan metode ceramah yang mengutamakan guru.
             Metode ini telah mendorong anak untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkannya pada prolem-problem. Jika anak-anak telah terlatih dengan metode ini, mereka diharapkan dapat menggunakannya dalam situasi-situasi problematik dalam hidupnya.
2)  Langkah-langkah dalam memecahkan masalah ilmiah
Menurut John Dewey, pada pokoknya langkah-langkah yang harus dicapai dalam memecahkan masalah sebagai berikut :
a)      Menyadari adanya masalah : problem, kesulitan, sesuatu yang menimbulkan tanda tanya dalam pikiran kita biasanya kita hadapi sehingga kita merasa bimbang.
b)      Memahami hakekat masalah dengan jelas : ketegasan dan kejelasan rumusan problem merupakan syarat untuk memcahkan masalah secara efisien. Rumusan yang samar-samar akan menimbulkan pikiran yang tidak terarah dan tidak memberikan pemecahan secara tepat.
c)      Mengajukan hipotesis yaitu dugaan mengenai jawaban suatu masalah, tanpa bukti-bukti yang nyata. Walaupun masalah itu belum jelas jawabannya, kita dapat menduga alternatif jawabannya. Setelah memiliki hipotesis,barulah kita mencari bukti-bukti, apakah hipotesis tersebut benar atau tidak. Ada kemungkinan kita mempunyai lebih dari satu hipotesis, mungkin semua hipotesis itu tidak benar, sehingga harus mencari hipotesis yang baru. Hipotesis member arah kepada kita dalam mencari bahan keterangan guna memecahkan masalah itu. Agar masalah dapat dipecahkan dengan efektif, hipotesis itu harus pula dirumuskan sejelas mungkin.
d)     Mengumpulkan data: untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis. Data ini diperoleh dari buku-buku, wawancara angket, eksperimen dan penyelidikan. Jenis bahan yang diperlukan ditentukan oleh masalah dan hipotesis-hipotesis yang diajukan. Pembicaraan mengenai pengumpulan bahan, apa dan bagaimana perlu di bawah bimbingan guru.
e)      Analisis dan sintesis data: bahan yang dikumpulkan harus ditinjau dan analisa secara kritis dan melihat hubungannya dengan pemecahan masalahnya. Ada kemungkinan bahan itu tidak memberi cukup bukti atas kebenaran hipotesis atau perlu dilengkapi dengan bahan tambahan.
f)       Mengambil kesimpulan: berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis secara kritis dapat diuji kebenaran hipotesis. Bila tidak dapat dibuktikan, hipotesis itu salah. Ada pula kemungkinan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis secara langsung melalui data yang diperoleh.
g)      Mencoba dan menerapkan kesimpulan: kebenaran kesimpulan bukan hanya berupa hasil pemikiran., melainkan harus pula dibuktikan kebenarannya di dalam perbuatan. Dengan demikian, anak-anak memperoleh pengetahuan, pengertian, dan ketrampilan baru perlu yang diterapkan dalam perbuatannya.
h)      Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah: Akhirnya peninjauan kembali keseluruhan proses berpikir dari awal sampai akhir. Setiap langkah dinilai secara kritis untuk mengetahui apabila ada kesalahan. Kebiasaan mengecek kembali setiap hasil pekerjaan perlu dibiasakan pada anak.
Evaluasi jalannya metoda pemecahan masalah melalui diskusi dapat menambah kesanggupan anak-anak memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.














BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis penelitian
Prof. Dr. Nana Saodih mengatakan bahwa penelitian dilihat dari sisi pendekatannya terbagi menjadi dua : Yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif cenderung pada proses penelitian yang menggunakan pola piker kuantitatif atau menggunakan logika matematik yang menekankan pada usaha untuk mencari kebenaran empirik sensual yang dapat diamati dan diukur. Sementara proses penelitian kualitatif menekankan pada usaha untuk memahami makna suatu kejadian atau interaksi orang dalam situasi tertentu, dan merupakan usaha untuk menelaah suatu fenomena secara wajar dan alami melalui pengamatan, wawancara atau penggalian secara mendalam pada data kualitatif lainnya. Penelitian kualitatif ini didasarkan pada kerangka acuan si pelaku, dan peniliti yang merupakan instrument dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Penelitian ini akan mendeskripsikan syarah hadits pendidikan yang memiliki korelasi dengan metode pembelajaran.
B.  Desain penelitian
            Mengingat penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, maka desaian penelitian yang digunakan peneliti adalah analisis dokumen atau studi kepustakaan (library research). Sebagaimana disebutkan bahwa penelitian deskriptif memiliki beberapa jenis. Antara lain: penelitian survey, penelitian kasus, penelitian perkembangan, penelitian tindak lanjut, penelitian analisis dokumen, penelitian studi waktu dan gerak, dan penelitian studi kecenderungan.
Penelitian analisis dokumen adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data. Sementara data yang akan diteliti adalah hadits-hadits tentang pendidikan berdasarkan pemahaman para syarih.
C. Sumber data
Seperti pada umumnya dalam sebuah penelitian, sumber data itu ada dua : primer dan sekunder. Untuk data primer peneliti akan mengambil dari kitab-kitab hadits. Mengingat terlalu banyaknya kitab-kitab hadits dan keterbatasan peneliti, maka tidak seluruh kitab hadits yang ada akan dikaji peneliti, tetapi beberapa kitab hadits yang mu’tabar.
Kitab-kitab hadits yang menjadi sumber data primer adalah sebagai berikut: ……..

Sementara itu sumber data skunder didapat dari buku-buku, makalah, majalah, koran, kamus ensiklopedi hasil penelitian dan browsing internet yang memiliki hubungan dengan topic penelitian ini. Diantara buku-buku yang menjadi sumber data sekunder adalah :……………………


D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Bahkan kualitas instrument penelitian akan menentukan kualitas data yang diperoleh. Oleh karena itu instrument penelitian harus benar-benar dirancang dan dipersiapkan dengan sedemikian rupa.
Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitiannya adalah kebanyakan peneliti itu sendiri atau human istrumen. Oleh karena itu agar hasil penelitian bisa lebih baik maka peneliti harus benar-benar memahami secara penuh apa yang menjadi variable penelitiannya. Maka dalam penelitian ini peneliti berusaha sebisa mungkin untuk memahami metode-metode pembelajaran, dan memahami metodologi pensyarahan hadits. Disamping itu persiapan-persiapan yang lain yang menyangkut diri peneliti dalam penelitian ini harus benar-benar diperhatikan seperti keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki peneliti.
Setelah persiapan-persiapan yang menyangkut peneliti dilaksanakan, maka peneliti bisa lansung melakukan penelitian. Urutan-urutan yang dilakukan peneliti untuk pencarian data dan analisisnya dalam penelitian ini disesuaikan dengan urutan sub tema yang menjadi rumusan masalah, sebagaimana tercamtum dalam bab I.
E. Teknik pengumpulan data
Menurut Dr. Bambang Budi dalam bukunya bahwa ada empat teknik cara pengambilan data, dan merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Yaitu teknik tes, pengamatan partisipasi ( participatory observasion), wawancara mendalam (indhepht interview), dan analisis dokumen (documentary analysis). Berhubung desain penelitian ini

F. Teknik pemeriksaan keabsahan data

G. Analisis Data
H. Tahap-tahap penelitian









[1]   Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 103.
[2]   Ibid., hlm. 105.
[3]   Ismail S.M., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Semarang: RASAIL Media Group bekerja sama dengan LSIS [Lembaga Studi Islam dan Sosial], 2008), hlm. 8.
[4]   Ibid., hlm. 19-24.
[5]   DEPAG RI, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: DEPAG RI, 1984), Cet. Ke-2, h. 1
[6] Abdurrahman Getteng, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Ujung Pandang, Indonesia: Al-Thahiriyah, 1987), h. 1
[7] Peter Salim, et. all., Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 1126
[8]  Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984/1985), Cet. Ke-2, h. 1
[9]   Ismail S.M., Strategi Pembelajaran, hlm. 8.
[10]   Ibid.
[11]   Ibid., hlm. 19-24.
[12] Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran (Malang: UM PRESS, 2004), hlm.64
[13]   Drs, H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, ( Bandung : Pustaka Setia, 2005.) hlm 58.
[14]   Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran (Malang: UM PRESS, 2004), hlm.63

[15]   Sutrisno Hadi, Metode Pembelajaran (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm. 192
[16] Zuhairini, Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Malang :  Universitas Islam Negeri Malang.  2004) hlm. 67

No comments:

Post a Comment