Saturday, July 6, 2013

PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN di MADRASAH MUROTTILIL QUR’AN (MMQ) PADAKATON KETANGGUNGAN BREBES


Nama  : Moh. Zefri Syaebani
Nimko : 2009.4.077.0001.1.00106
Judul   : PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN di MADRASAH    MUROTTILIL QUR’AN (MMQ) PADAKATON KETANGGUNGAN BREBES
STAIMA Al-Hikam Malang
A.   Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Selain sebagai hujjah bagi kerasulan Muhammad Al-Qur’an juga menjadi pelajaran bagi manusia, pedoman hidup umat Islam dan petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Karena Al-Qur’an mempunyai satu sendi utama yang esensial yang berfungsi memberi petunjuk yang sebaik-baiknya.[1] Keberadaan Al-Qur’an yang menjadi petunjuk ke jalan yang baik ini tercantum dalam firman Allah surat al-Isra’ ayat 9:
إنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9) (الاسراء:9)
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar”. (Q.S. al-Isra’:9)[2]
Dilihat dari sejarah diturunkannya, Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu; sebagai petunjuk dalam permasalan akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia, sebagai petunjuk mengenai akhlak, dan sebagai petunjuk mengenal syariat dan hukum. Secara singkatnya Al-Qur’an merupakan petuntuk bagi manusia ke jalan mana yang harus ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di ahkhirat.[3]
Al-Qur’an merupakan pedoman utama bagi Umat Islam, sebagai umat yang dianugrahi oleh Allah SWT kitab suci Al-Qur’an sudah semestinya membaca, memahami dan menghayati Al-Qur’an untuk kemudian diamalkan menjadi suatu keharusan. Sebagai langkah pertama untuk bisa memahami dan mengamalkan Al-Qur’an adalah dengan belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan ayat yang pertama turun kepada Nabi Muhammad yaitu ayat 1-5 dari surat al-Alaq:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) (العلق: 1-5)
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan  Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qolam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq: 1-5)[4]
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab dan dalam membaca Al-Qur’an terdapat kaidah-kaidah  tertentu yang harus diketahui, seperti makhorij al-huruf, sifat-sifat huruf, hukum-hukum bacaan dan lain-lain. Sehingga perlu pembelajaran intensif agar bisa membacanya dengan benar. Walaupun sekarang teknologi sudah maju dan aplikasi belajar membaca Al-Qur’an sudah banyak, akan tetapi hal tersebut tidak menjamin seseorang bisa membaca Al-Qur’an dengan benar. Disamping kemajuan teknologi hanya bisa digunakan terbatas pada kalangan tertentu, penggunaan aplikasi tersebut juga membutuhkan bimbingan. Karena dalam belajar membaca Al-Qur’an perlu adanya Talaqqi (pertemuan guru dan murid secara langsung) antara peserta didik dengan gurunya. Dengan bertatap muka peserta didik bisa mendengar dan melihat secara langsung bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, bagaimana cara membaca hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidahnya.[5]
Allah SWT memerintahkan agar Al-Qur’an dibaca dengan tartil. Sebagaimana firman-Nya:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) (المزمل:4)
Artinya:
 “dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan” (Q.S. al-Muzammil: 4)[6]
Nabi muhammad sendiri menegaskan kewajiban untuk mendidik Al-Qur’an kepada generasi-generasi penerus dalam haditsnya,
فقد روي عن علي رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( أدبوا أولادكم على ثلاث خصال : حُب نبيكم ، وحب أهل بيته ، وقراءة القرآن ) أورده السيوطي[7]
Sungguh telah diriwayatkan dari Ali R.A sesungguhnya Nabi SAW. berkata: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an” (diriwayatkan oleh Suyuti)
Pemerintah juga menganjurkan kepada umat Islam di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, hal tersebut tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI nomor 128 tahun 1982/44 A tahun 1982 menyatakan, “Perlunya usaha peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.” Keputusan bersama ini ditegaskan pula oleh Instruksi Menteri Agama RI nomor 3 tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur’an.[8]
Pentingnya mempelajari Al-Qur’an bagi kaum muslimin melahirkan berbagai lembaga pendidikan Islam. Salah satunya adalah lembaga pendidikan Islam yang bergerak dibidang pembelajaran baca Al-Qur’an.
Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ) Padakaton merupakan sebuah institusi non-formal yang mengelola pembelajaran baca Al-Qur’an. Walaupun di desa padakaton terdapat beberapa lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat pelajaran tajwid atau tatacara baca Al-Qur’an akan tetapi alokasi waktu yang diperuntukkan untuk pelajaran tajwid ini masih belum mencukupi.[9] Sedangkan untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan benar sebagaimana dijelaskan sebelumnya membutuhkan pembelajaran yang intensif tidak hanya penjelasan teori tetapi juga praktek bacaannya.
Keunikan dari MMQ Padakaton adalah penggunaan Al-Qur’an Rasm Utmani.  Rasm Utsmani merupakan mekanisme penulisan (kaidah-kaidah standar) yang disepakati penggunaannya untuk penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman bin ‘Affan. Diketahui bahwa penulisan Al-Qur’an tidak hanya dilakukan pada masa Usman bin ‘Affan, pada masa Nabi Muhammad dan pada masa Abu Bakar juga telah dilakukan penulisan Al-Qur’an. Tetapi pada masa itu tidak hanya satu orang yang menulis dan ada beberapa dari tulisan Al-Qur’an tersebut. Supaya perbedaan tersebut tidak berlanjut dan mengakibatkan adanya beberapa versi Al-Qur’an akhirnya Utsman bin ‘Affan melakukan pemushafan agar bacaan Al-Qur’an tetap terjaga. Ia memerintahkan supaya mengambil mushaf yang ada di rumah Hafshoh dan memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam untuk menyalinnya, kemudian dikirimkan ke wilayah-wilayah Islam pada masa itu. [10]
Dengan penggunaan Al-Qur’an rasm utsmani dalam pembelajarannya MMQ Padakaton berusaha untuk memperkenalkan terhadap masyarakat luas agar mengerti tulisan Al-Qur’an yang masih terjaga keorisinilannya. Dan hal ini menjadi tantangan bagi para pengajar karena masyarakat tidak terbiasa menggunakan Al-Qur’an rasm utsmani atau bisa dikatakan tidak mengenalnya. Sedangkan peserta didik di MMQ rata-rata anak-anak SD/MI kelas V sampai SMA kelas XII yang biasanya menggunakan Al-Qur’an biasa. Sehingga memerlukan waktu untuk membiasakan menggunakan Al-Qur’an rasm Utsmani.
Hal-hal tersebut yang menyebabkan peneliti termotivasi untuk meneliti bagaimana pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton tersebut dalam usahanya mengantarkan peserta didik agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta memperkenalkan, membiasakan peserta didiknya menggunakan Al-Qur’an rasm Utsmani.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana strategi pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
2.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
3.      Bagaimana evaluasi pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?

C.   Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui bagaimana strategi pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
2.      Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
3.      Mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?

D.   Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah latar belakang berdirinya MMQ Padakaton, tujuan pembelajarannya, penyelenggaranya, peserta didik dan perekrutannya, tempat pembelajaran, waktu pembelajaran, format materi ajar, tingkatan kelas, evaluasi, masa pendidikan, pendekatan dan strategi pembelajaran yang digunakan.

E.   Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan rujukan bagi guru ataupun calon guru terutama guru PAI dalam mengajar materi baca Qur’an.
2.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagaimana pembelajaran membaca al-Qur’an yang efektif agar bisa meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan benar.
F.    Definisi Operasional
1.      Pembelajaran
Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.[11] Dalam pembelajaran terjadi komunikasi dua arah yaitu mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar yang dilakukan oleh pihak peserta didik. Dalam penelitian ini pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton.
2.      Membaca Al-Qur’an
Membaca merupakan proses interaksi antara pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karakteristik isi.[12] Membaca Al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca Al-Qur’an dalam kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton.
3.      MMQ Padakaton
MMQ Padakaton adalah singkatan dari Madrasah Murottilil Qur’an, sebuah institusi non-formal yang bergerak dibidang pembelajaran membaca Al-Qur’an  yang berlokasi di Musholla Sidorame JL. Kyai Mimbar desa Padakaton kecamatan ketanggungan kabupaten Brebes Jawa Tengah.

G.  Tinjauan Pustaka
1.      Pembelajaran
a.       Arti Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[13] Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Menurut sadiman pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain upaya untuk menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.[14]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnyaseperti tenaga laboratorium,  materil meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual dan juga komputer. Prosedur-prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.[15]
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku) yang menuntut keaktifan guru untuk memodifikasi berbagai kondisi, melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b.      Proses Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukuran suksesnya mengajar syarat utamanya adalah hasilnya, tetapi harus diingat bahwa dalam menilai itu pun secara cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya.
Winarno memaparkan bahwa proses pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di pendidikan. Jadi, pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.[16]
Suryosubroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah memaparkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuka pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode mengajar, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran.[17]
Langkah lain yang tidak dapat dilewatkan dalam proses pembelajaran adalah proses monitoring dan evaluasi sebagai langkah untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan dicapai. Monitoring dilakukan sebagai upaya sekolah untuk mengetahui pelaksanaan proses, apakah berjalan sesuai dengan rencana atau telah menyimpang sebagai bahan evaluasi atau penilaian terhadap aspek-aspek yang terjadi dalam pelaksanaan program.[18]
Mengenai evaluasi, para ahli mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan yang sudah tercapai.[19]
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam tidak jauh beda dengan proses pembelajaran pada umumnya, cuma dalam pendidikan Islam proses maupun hasil belajar selalu berhubungan erat dengan keislaman, nilai-nilai islami selalu melandasi aktifitas belajar, memberi nafas perubahan-perubahan yang terjadi serta menjiwai aktifitas berikutnya. Secara sistematis hakikat belajar dalam kerangka pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai berikut:[20]
 









Gambar Proses Pembelajaran Islami[21]
Keseluruhan proses pembelajaran selalu berpegang pada prisnsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif. Perubahan yang dikehendaki Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu dengan masyarakat dan dengan khalik (habl min Allah wa habl min al-Nas), tujuan akhirnya berupa pembentukan orientasi hidup secara menyeluruh sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu mengabdi kepada Tuhan (ubudiyah) dan konsisten dengan kekhalifahannya (khalifahtullah fi al-Ardi).[22]

2.      Membaca Al-Qur’an
Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).[23]
Menurut Hari membaca merupakan interprestasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis atau tercetak. Adapun menurut Tampubolon menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan.[24]
Berdasarkan beberapa pengertian membaca yang telah diungkapkan diatas maka jelaslah bahwa membaca adalah proses yang bersangkut paut dengan bahasa untuk mengenal dan memahami lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Kegiatan membaca ini terkait dengan; pengenalan huruf atau aksara, bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan makna atau maksud terhadap suatu bacaan.
Oleh karena itu, untuk dapat membaca seseorang harus mengenal lambang-lambang dan bunyi huruf yang digunakan untuk mengartikan bahasa secara lisan. Berkenaan dengan penelitian, kegiatan membaca ini tidak mencakup secara keseluruhan dari aspek membaca yang telah dirumuskan di atas, melainkan terbatas pada pemahaman terhadap lambang dan bunyi huruf hijaiyah.
Wahyu pertama yang turun yaitu Surah al-Alaq ayat 1-5 kata pertama adalah “Iqro’” yang artinya bacalah walaupun maksud dari kata Iqro tersebut membaca ayat-ayat Allah yang tertulis maupun yang tidak tertulis, tetapi tidak berarti kemampuan membaca apa yang tertulis itu dikesampingkan .Al-Qur’an sendiri artinya bacaan yang sudah semestinya umat Islam mempelajari kaidah-kaidah dalam membaca kitab sucinya.
Dalam kitab al-Wadlih fi Ahkaam al-Tajwid dijelaskan bahwa ada beberapa tingkatan dalam membaca Al-Qur’an, antara lain:[25]
a.       Tahqiq, yaitu membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan tenang sekaligus menghayati maknanya dan menjaga hukum-hukum bacaan. Tingkatan ini baik dilakukan oleh pemula atau orang yang sedang belajar membaca Al-Qur’an untuk membiasakan lidah mereka dan memantapkan hukum-hukum bacaan
b.      Hadru, yaitu membaca cepat namun tetap menjaga kaidah-kaidah tajwidnya
c.       Tadwir, yaitu membaca antara tahqiq dan hadru tidak terlalu cepat tetapi tidak pelan juga dengan tetap menjaga kaidah-kaidah tajwid

H.  Metode Penelitian

1.      Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.[26]Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Menurut Bodgan dan Taylor metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[27] Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.[28]
Penelitian ini juga berdasarkan tingkat penjelasannya akan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang[29].

2.      Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti, yaitu sumber data primer dan sekunder.
a.       Data Primer
Data primer ini diambil dari informan kunci yaitu pengurus madrasah dan peserta didik
b.      Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber seperti wali dari peserta didik, tokoh-tokoh ulama setempat dan masyarakat sekitar

3.      Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan istrumen inti dalam penelitian ini, untuk memperoleh data peneliti menggunakan alat pengumpul data, antara lain:
a.       Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku subyek dalam situasi tertentu.[30]Observasi ini dilakukan agar peneliti bisa mengetahui dari dekat kondisi riil pembelajaran baca Al-Qur’an yang berlangsung di MMQ padakaton.
b.      Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam wawancara terjadi kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).[31]Peneliti akan melakukan wawancara secara langsung kepada informan yang terlibat dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton dan juga informan-informan lain yang terkait.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.[32]

4.      Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.[33]analisis data ini akan dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian.
Analisis data  di lapangan dilakukan dengan cara menggembangkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah untuk mempertajam data dan mereview data selama tahap pengumpulan, baik dengan memberikan tanda atau garis bawah terhadap kata-kata atau ungkapan penting yang disampaikan oleh subyek ketika wawancara dan juga membuat catatan-catatan singkat disamping catatan lapangan.
Analisis setelah semua data-data yang dibutuhkan terkumpul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Membaca kembali bahan-bahan yang dikumpulkan, kemudian dibuat rangkuman-rangkuman dari data tersebut
b.      Memberikan sandi atau kode data-data tersebut
c.       Mengelompokkan data, dengan cara menyusun data sesuai dengan kategori masing-masing
d.      Membaca kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
Metode pengolahan data yang dipakai adalah metode deskriptif analitik, yaitu setelah data terkumpul, kemudian diklasifikasikan, sesuai dengan masalah yang dibahas dan dianalisa isinya (content analysis). Atau membandingkan data yang satu dengan yang lainnya, kemudian diinterpretasikan dan akhirnya diberi kesimpulan.[34]

I.      Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan penyusunan penelitian skripsi nanti peneliti membuat sistematika penelitian sebagai berikut:
Bab I, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II, memuat kajian pustaka yang meliputi hakikat pembelajaran dan membaca Al-Qur’an
Bab III, memuat metode penelitian yang berisi desain dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV, laporan hasil penelitian, pada bab ini dibahas temuan-temuan penelitian disertai analisisnya.
Bab V, kesimpulan dan saran, berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran berkaitan dengan hasil penelitian tersebut.




Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2009, Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto , Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), 2002, Jakarta: PT Rineka Cipta
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 2008, Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002, Surabaya: Al-Hidayah
Julius C Rumpak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Jakarta: Balai Pustaka
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, 2010, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muhammad ‘Ishom, Al-Waadlih fi Ahkaam al-Tajwiid, TT, Daar al-Nafa’is
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2010, Jakarta: Kalam Mulia
Sholih, Shubkhy, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, 1988, Beirut: Daar al-Ilmi li al-Malayiin
Sudjana, Nana dan Ibrahim,  Penelitian dan Penilaian Pendidikan, 2009, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 2009, Jakarta: Rineka Cipta
Syarifuddin, Ahmad, Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai Al-Qur’an, 2004, Jakarta: Gema Insani Press
Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak, 1993, Bandung: Angkasa
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya), 2008, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wiyono, Bambang Budi, Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research) 2008, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Zainuddin, at-Taisir bi Syarkhi al-Jami' ash-Shoghir, 1988, Riyadh:Maktabah al-Imam asy-Syafi'I  (Maktabah Syamilah)
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, 2006, Jakarta: PT. Bumi Aksara


[1] Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat), 1994, Bandung: Mizan, hlm.33
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002, Surabaya: Al-Hidayah, hlm. 385
[3] Quraish Shihab, Op. Cit. hlm.40
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002, Surabaya: Al-Hidayah. hlm. 904
[5] Muhammad ‘Ishom, Al-Waadlih fi Ahkaam al-Tajwiid, TT, Daar al-Nafa’is, hlm.12-13
[6] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002, Surabaya: Al-Hidayah. hlm. 846
[7] Zainuddin, at-Taisir bi Syarkhi al-Jami' ash-Shoghir, 1988, Riyadh:Maktabah al-Imam asy-Syafi'i, hlm. 53 (Maktabah Syamilah)
[8] Syarifuddin, Ahmad, Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai Al-Qur’an, 2004, Jakarta: Gema Insani Press, hlm.41
[9]Tajwid adalah Ilmu yang membahas cara-cara membaca Al-Qur’an
[10] Sholih, Shubkhy, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, 1988, Beirut: Daar al-Ilmi li al-Malayiin, hlm.78
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2010, Jakarta: Kalam Mulia, hlm.239
[12] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan (Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu), 2007, Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, hlm.245
[13] Julius C Rumpak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Jakarta: Balai Pustaka, hlm.17
[14] Bambang, Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya), 2008, Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm.85
[15] Ramayulis, Loc. Cit.
[16] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 2009, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.29
[17] Ibid. hlm. 32
[18] Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, 2010, Bandung: Bumi Aksara, hlm. 6
[19] Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2009, Jakarta: Bumi Aksara, hlm.3
[20] Ramayulis, Op. Cit. hlm.241
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Julius C Rumpak, Op. Cit. hlm.83
[24] Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak, 1993, Bandung: Angkasa, hlm.62
[25] Muhammad ‘Ishom, Op. Cit, hlm.11
[26] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), 2002, Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 136
[27] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2010, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 4
[28] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 21
[29] Ibrahim, Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, 2009, Bandung: Sinar Baru Algensindo, hlm. 64
[30] Bambang, Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research), 2008, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, hlm.48
[31] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, 2006, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.179
[32] Ibid. hlm.191
[33] Ibid.  hlm.110
[34] Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, 1993, Jakarta: Rajawali Press, hlm. 87

No comments:

Post a Comment