Mahasiswa PascaSarjana UIN Maliki Malang
Mei 2014
Media -seperti halnya
tampak dari namanya dan dari pengertiannya tadi- difungsikan untuk memahami
pelajaran, membantu dalam realisasi tujuan (pembelajaran), bukan tujuan atau
batas semata-mata media berdiri pada dirinya sendiri, dengan kata lain media
tidak bisa terpisah dengan tujuan dan metode pembelajaran. Bahkan dengan kita
menggunakan media maka akan menyempurnakan (sebuah) tujuan dan metode
pembelajaran. Agar berfungsi secara maksimal maka perlu memerhatikan hal-hal
berikut ini:
1.
Persiapan
penggunaan media; wajib bagi guru pada saat hadir (di kelas) untuk memilih
media yang dipandang cocok. Sehingga mampu untuk meminimalisir permasalahan
atau juga mengatasi problematika dengan tampilan media tersebut. Tentunya setelah
menentukan batasan tujuan pembelajaran.
2.
Media sepatutnya
menjangkau pada tingkat kemampuan siswa. Media harus disesuaikan dengan tingkat
intelektual, tradisi budaya dan tingkat pendidikan siswa. Layar/sajian yang
sesuai dengan kelas-kelas tinggi di tingkatan SD, tentu tidak layak
diperuntukkan kelas-kelas rendah. Begitupun media film yang efektif dipakai
untuk tingkatan SLTA pastinya akan susah dipahami jika dipergunakan untuk
tingkatan SD, begitu juga berlaku sebaliknya.
3.
Media hendaknya
disesuaikan dengan topik pelajaran, dan menghubungkan dengan poin-poin yang
diharapkan untuk dipahami, agar bisa memudahkan pemahaman poin-poin dan
pelajaran tersebut, bukan malah mengecoh siswa, sehingga mengalihkan perhatian
terhadap media tersebut dan melupakan maksud yang terkandung dalam materi itu.
4.
Hendaknya
tidak menyiapkan lebih dari dua tujuan yang berdekatan, untuk berdesakan dan
pengisi,
akan tetapi bisa dibuat lebih praktis dan mudah digunakan
5.
Ukuran media
harus disesuaikan dengan jumlah siswa, agar tampak jelas dan mudah
dimanfaatkan. Maka media yang tampilannya disetting untuk 20 orang tentu tidak
patut bila digunakan dengan jumlah siswa yang lebih dari itu. Karena ukurannya
yang kecil sehingga tidak akan mungkin setiap siswa mendapat kesempatan melihat
media secara detail
6.
Media harus
menarik dan disiapkan secara sempurna baik di sisi inti materi maupun inovasinya.
Media harus dibuat secara detail dan bebas dari kesalahan-kesalahan ilmiah
sehingga tidak menimbulkan keraguan-raguan atau membuat kesalahpahaman siswa
dalam menangkap materi. Isi materi harus mengikuti pengembangan-pengembangan
terbaru.
7.
Sebaiknya guru
menggunakan lebih dari satu media dalam menjelaskan suatu topik jika
memungkinkan, dengan tetap memperhatikan keanekaragaman dalam pelibatan
pancaindera. Untuk berhati-hati dari memperbanyak media dalam sekali pertemuan,
hendaknya menyelaraskan tentang pelajaran dan tujuan dasar dari media yang
ditampikan kepada siswa. Sebaiknya juga jangan sampai berlebihan dalam
menggunakan media-media mekanik, seperti komputer karena
mengurangi/menyedikitkan peran unsur manusia, melemahkan hubungan langsung
antara guru dan siswa. Dengan begitu pula akan mengurangi sikap kepedulian, bimbingan
dan tauladan yang baik.
8.
Menampilkan media
di waktu yang tepat saat guru mampu, sehingga tidak kehilangan unsur pengadukan/itsaroh, maka guru tidak menampakkan
penggunaan sedikit kecuali sebentar. Karena tampilan media di awal pelajaran
menyibukkan siswa untuk mengikuti dan partisipasi guru. Adapun ketika tampilan media
di waktu yang sesuai maka memberikan hasil. Maka menampilkan media di awal
pelajaran mendahului, atau di tengah pelajaran, dan terkadang setelah selesai.
Media menjadi pengulang dan ringkasan materi jika melihat hal tersebut dan
muncul sisi-sisi positif dari guru dan siswa saat media ditampilkan.
9.
Tidak merapikan
media yang ditampilkan di depan siswa sepanjang jam pelajaran, sehingga tidak mengganggu
pelajaran
10.
Guru tidak menghentikan
proses pembelajaran dengan tuntasnya tampilan media, tetapi mendorong dan mengarahkan
siswa pada aktivitas dan tujuan-tujuan tertentu, seperti menggali
kembali sebagian sumber-sumber dan referensi-referensi di perpustakaan dan
rumah, atau melaksanakan seminar, atau paling tidak mengevaluasi materi-materi
tadi.
MEDIA YANG DIGUNAKAN PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Media pembelajaran dalam pelajaran Al-Qur’an
Al-Karim:
Untuk mempelajari Al-Qur’an Al-Karim baik cara
membaca, tafsir maupun menghafalkannya butuh pada media-media yang membantu
proses belajar tersebut agar berjalan maksimal. Diantara media-media tersebut:
1.
Mushaf
Al-Qur’an
Sepatutnya
guru mengingatkan akan keharusan menghormati mushaf
2.
Perangkat LCD
Tampilan
di dalamnya berupa nash yang akan akan para siswa tafsiri atau yang akan siswa
hafal.
Mungkin
untuk membantu dengan lukisan, papan tulis, menulis diatasnya kaedah-kaedah
dasar atau rumusan masalah praktek dan evaluasi
3.
Buku-buku yang
berisi tentang kisah-kisah Al-Qur’an: berfungsi untuk memperbarui aktivitas/merefresh,
lalu pak guru menunjuk pada sebagian kisah-kisah tersebut. Guru menyuruh siswa
untuk mempelajari kisah-kisah tersebut dan mengeluarkan titik-titik poin kisah,
atau menceritakan sebagian kisah lalu menyuruh para siswa untuk menyempurnakan.
4.
Alat perekam:
untuk menyeragamkan bacaan, dari suara guru dan siswa menjadi bacaan yang layak
dengar dan tartil dalam perangkat. Mungkin merekam suara-suara sebagian siswa
yang saleh dan berani.
5.
Gambar-gambar
dan film-film yang mengekspresikan pikiran/ide dan pelajaran yang menjadi tujuan
dari ayat-ayat tertentu, seperti tampilan singkat dari hewan yang penya tafsir
firman Allah SWT : “Dan Allah telah menciptakan setiap yang merangkak dari
air”. Tampilan gambar-gambar dan pemandangan natural untuk menunjukkan pada
urutan alam semesta dan keakuratan untuk menunjukkan keesaan Allah dan
kuasa-Nya pada ayat-ayat yang dikemukakan.
6.
Peta-peta dan
model-model, hal itu tatkala berhubungan nash dengan cerita peristiwa dari
cerita peristiwa, seperti gamabar-gambar gunung uhud, tempat khandaq/parit, dan
beberapa tempat yang berlangsungnya perang. Sebaiknya, guru agama bertukar
pendapat dengan guru geografi dalam masalah ini.
Media pembelajaran dalam belajar Hadits:
1.
Perangkat LCD:
untuk menampilkan nash hadits pada siswa dengan menyingkat waktu. Mungkin bisa
dibantu dengan lukisan jika tidak tersedia peralatan.
2.
Koleksi
kitab-kitab hadits: wajib bagi guru untuk menghadirkan ke dalam kelas
kitab-kitab hadits pada beberapa waktu, seperti sohihain, kitab-kitab
sunan dan lain sebagainya, untuk latihan keilmuan untuk menggunakannya juga
melihat sanad-sanadnya, khususnya untuk tingkatan SLTA.
3.
Film-film dan
drama ketika topik hadits dipanggil seperti tata krama umum dan perilaku baik
di tipa jalan dan rumah. Disana film-film memproduksi secara khusus untuk
mengatasi problem-problem akhlak atau sosial, maka tatkala buaian guru untuk
hal itu sebelum tampilan pendahuluan bagus dapat dampak besar di jiwa siswa.
Guru
dapat menampilkan film sebelum pelajaran, lalu mendiskusikan awal pelajaran dan
menjadikan pendahuluan pelajaran, atau guru memberikan pertama kali lalu
menampilkan kepada mereka film dan mendiskusikannya untuk memberi dampak pada
jiwa siswa.
4.
Ulasan insiden
tertentu yang berlaku di sekolahan atau lingkungan yang punya keterkaitan
dengan topik hadits, maka guru harus menggalinya dan menjadikannya sebgai
pendahuluan belajar atau bukti bagi hadits sebagai isyarat pada dampak-dampak
peristiwa.
Media-media pembelajaran pada pelajaran Fiqih:
1.
Papan tulis:
wajib bagi siswa untuk menjaga kebersihan dan tat urutnya, guru menulis di
papan tulis unsur-unsur topik yang saling bersambung dan berhubungan, meringkas
dengan ringkasan yang baik untuk dikonsumsi siswa. Begitu juga menulis dengan
cara yang khusus masalah-masalah fiqih terapan
2.
Peta-peta dan
gambar-gambar yang berkaitan dengan topik: seperti gambar-gamabar tempat
dilaksanakannya manasik haji dan umroh, dan gambar-gambar yang menjelaskan
kedudukan/posisi dan keadaan bulan dalam kaitannya dengan puasa, atau dengan
sholat gerhana bulan dan matahari atau pembahasan terkait lainnya.
No comments:
Post a Comment