MASALAH-MASALAH KETIKA PPL
Posted by guruIT at 6:58 PM Labels: Artikel Bahasa Indonesia, Edufiesta
Agar menghasilkan tenaga kependidikan yang kompeten, LPTK perlu akrab dengan praktik belajar- mengajar nyata dan tidak sekadar pada tataran teori (Suyanto, 2004). PPL merupakan kegiatan terpadu, yang terdiri atas (1) pelatihan keterampilan dasar mengajar, (2) pengenalan lapangan, (3) pelatihan mengajar dan tugas kependidikan lainnya secara mandiri, dan (5) ujian praktik mengajar (Tim UPPL FKIP Unsri, 2007). Dalam melaksankan kelima komponen tersebut permasalahan yang paling menonjol adalah :
a. Pengetahuan awal mahasiswa tentang keguruan.
Pengetahuan awal meliputi pengetahuan tentang persiapan perangkat pembelajaran dan amteri pembelajaran. Dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran kadangkala terdapat persebadaan secara teknis antara pembekalan yang dilakukan oleh kampus dengan sekolah. Adanya perkembangan kurikulum yang terjadi di sekolah menengah (Kurikulum 2000, KBK dan KTSP) seringkali tidak diikuti dengan seksama oleh pihak kampus. Akibatnya, pada saat mahasiswa akan melakukan PPL beberapa format perangkat pembelajaran dan sistem penilaian tidak sesuai dengan yang mereka pelajari. Menurut Suyanto (2004) memang ada perkuliahan dan seminar tentang silabus, kurikulum, pembuatan materi ajar (material design). Bahkan, sampai ke perkembangan mutakhir. Akan tetapi, pernahkah GBPP (Garis Besar Program Pengajaran-Red), KBK dikupas dan dibahas secara tuntas atau dikritik di mimbar perkuliahan. Padahal, hal itu bersentuhan langsung dengan kegiatan belajar-mengajar.
Dari segi materi, mahasiswa PPL merasa kesulitan melakukan sinkronisasi materi pelajaran yang diterima di kampus dengan materi pada sekolah menengah. Materi kuliah biasanya lebih tinggi dan mempunyai bahasa buku teks sehingga ada beberapa mahasiswa yang merasa kesulitan menyesuaikan materi ini dengan konteks “buku paket”
Adanya pengembangan KBK menjadi KTSP mensyaratkan adanya mata pelajaran Sains dan IPS pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Pada saat di kampus mahasiswa hanya mempelajari satu bidang IPA saja, misalnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi hanya mempelajari bidang studi Biologi. Padahal, mata pelajaran Sains di sekolah meliputi Fisika, Kimia dan Biologi.
b. Kedisiplinan
Mahasiswa PPL diwajibkan mengantor empat hari di dalam satu minggu. Ada dua hari waktu yang dapat dipergunakan untuk mengambil mata kuliah atau mengulangi mata kuliah yang lain. Ada beberapa mahasiswa yang meninggalkan sekolah (PPL) untuk mengikuti perkuliahan di kampus pada hari PPL meskipun tidak diizinkan oleh pihak sekolah. Mahasiswa tersebut merasakan kewajiban empat hari mengantor di sekolah terlalu berat mengingat besarnya beban studi yang harus diselesaikan. Oleh karena itu sebaiknya PPL dilaksanakan dengan jumlah hari per minggu yang lebih sedikit dengan konsekuensi masa PPL diperpanjang.
c. Praktik Mengajar
Sebagai calon guru yang baru mulai mengajar banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi. Berdasarkan pengamatan Maadab (2004:122-1213) selama membimbing mahasiswa PGSD yang melakukan PPL kompetensi sebagai “guru pemula” belum seperti yang diharapkan. Laporan dari guru pamong tempat mereka PPL mengatakan masih banyak kelemahan antara lain, metode penyampaian bahan yang kurang menarik, penguasaan materi yang belum mantap, dan pengelolaan kelas yang kurang baik.
Tentunya kelemahan-kelemahan seperti ini dapat diatasi dengan banyak berlatih. Berlatih mengajar dalam kaurun dua bulan akan menambah kematangan penyampaiam materi, penguasaan materi, dan pengelolaan kelas.
d. Guru Pamong belum memiliki kompetensi sebagai guru pamong
Pola PPL Gaya baru masih dilaksanakan sampai sekarang walaupun ada sedikit modifikasi. Sejak pelatihan tahun 1998, sejumlah guru yang sudah dilatih telah dimutasikan ke daerah atau sekolah lain sehingga komposisi dan jumlah guru pamong sudah berubah dari perencanaan dan proyeksi semula. Hal ini menyebabkan tidak seluruhnya pembimbingan mahasiswa PPL dilakukan oleh guru pamong yang sudah dilatih.
Sekarang ini, penunjukan seorang guru sebagai guru pamong dilakukan oleh sekolah. Pada sekolah tertentu penunjukan seorang guru pamong dilakukan kepada mereka yang belum mengikuti pembekalan PPL pola baru. Padahal seharusnya seorang guru pamong harus menguasai hakikat PPL, Fungsi dan Tanggung Jawab Guru Pamong, Penggunaan Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1 (IPKG1), IPKG2, dsb.
Bagi sekolah yang memiliki guru pamong yang belum memenuhi kualifikasi sebagai guru pamong seringkali belum menjalankan pembimbingan dengan baik. Keadaaan ini terjadi karena ketidaktahuan mereka tentang fungsi dang tanggung jawab sebagai guru pamong.
Keadaaan mahasiswa PPL akan lebih berat bilamana seorang guru pamong bias dalam menerjemahkan tugasnya sebagai guru pamong. Proses pembimbingan dilakukan dengan cara menyerahkan seluruh tugas kesehariannya kepada mahasiswa yang dibimbingnya. Upaya pembimbingan disalahgunakan sebagai upaya pengalihan menjadi seorang asisten.
Ada lagi masalah lain yang dialami oleh mahasiswa PPL, yaitu Guru Pamong tidah mau memberi contoh cara mengajar yang baik dihadapan mahasiswa yang dibimbingnya. Sebagai seorang calon guru yang belum pernah melakukan praktik mengajar biasanya akan lebih mudah mempelajari keterampilan mengajar dengan melihat contoh yang dilakukan oleh guru pamong. Namun, kadangkala guru pamong tidak mau melakukan hal tersebut. Alasannya, guru pamong seolah-olah merasa diamati.
Upaya yang perlu dilakukan adalah, pendataan ulang jumlah dan komposisi guru pamong diperlukan, pembuatan atau revisi buku juklak PPL untuk mahasiswa, guru pamong, dan dosen pembimbing.
e. Fasilitas sekolah untuk penyelenggaraan PPL
Sekolah penyelenggara sudah sewjarnya jika menyediakan fasilitas seperti sekretariat mahasiswa PPL, laboratorium, komputer, media pembelajaran, dan sebagainya. Sekolah tertentu dengan keterbatasannya tidak memiliki fasilitas-fasilitas tersebut. Hal ini dirasakan dapat menghambat proses pembelajaran praktik mengajar.
Meskipun demikian, bagi sekolah-sekolah yang telah mempunyai fasilitas yang memadai kadang kala masih ada sekolah yang enggan meminjamkan fasilitas-fasilitas
tersebut kepada mahasiswa PPL. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan komputer, peralatan laboratorium dan media-media pembelajran tertentu.
f. Berakhirnya program Program Lapangan Sedini Mungkin (PLSM)
Pengenalan dengan lingkungan sekolah tidak hanya dimulai pada saat PPL, tetapi sudah dimulai pada Program Lapangan Sedini Mungkin (PLSM) pada mata kuliah Dasar Kependidikan dan mata kuliah Proses Belajar-Mengajar yang merupakan matakuliah prasyarat yang harus diambil mahasiswa sebelum mereka mengambil mata kuliah PPL. Namun, kegiatan PLSM ini berjalan dengan baik ketika ada Proyek Pendidikan Guru Sekolah Menengah (PGSM). Ketika proyek ini berakhir, kegiatan ini tidak berjalan lagi. Hal ini disebabkab oleh beberapa alasan, yaitu (1) tidak ada dana, (2) kegiatan PLSM dirasakan mengganggu pihak sekolah karena kedatangan mahasiswa ke sekolah tidak diatur dengan baik karena cenderung berbondong-bondong, (3) dosen tidak memasukkan kegiatan PLSM di silabinya. Padahal, dari hasil pemantauan PPL 2003, diperoleh data bahwa mahasiswa sangat memerlukan kegiatan PLSM supaya mereka tidak terkejut menghadapi siswa di dalam kelas saat ber-PPL.
No comments:
Post a Comment