Monday, August 8, 2011

contoh skripsi "Bahtsul masa’il"

A.    Latar Belakang
Bahtsul masa’il adalah forum yang membahas masalah-masalah yang belum ada dalilnya atau belum ketemu solusinya. Masalah tersebut meliputi masalah keagamaan, politik, budaya dan masalah-masalah lain yang tengah berkembang di masyarakat. Masalah tersebut dicarikan solusinya yang diambil dari Al-Qur’an, Hadits Nabi, dan kitab-kitab ulama yang muktabarah.
Sebagai tradisi intelektual Islam, bahtsul masa’il diselenggarakan hampir oleh selluruh pondok pesantren. Ada yang menjadi program harian, mingguan, dan bulanan, tergantung dari jadwal yang dibuat oleh pengurus pondok setempat.
Al-Hikam sebagai salah satu pesantren yang ada di Kota Malang mengadakan program bahtsul masa’il yang dilaksanakan setiap seminggu sekali atau tepatnya setiap malam sabtu setelah sholat Isya’. Bahtsul masa’il ini dimotori oleh Departemen Kajian Kitab Badan Eksekutif Mahasiswa STAI Ma’had Aly Al-Hikam. Selain untuk melestarikan warisan khazanah keilmuan Islam, juga untuk menumbuhkan gairah belajar para santri.
Program bahtsul masa’il yang ada di pesantren Al-Hikam ini merupakan salah satu program unggulan Departemen Kjian Kitab. Dengan diadakan bahtul masa’il ini diharapkan para santri mampu untuk menganalisa masalah dengan sudut pandang fikih Islami juga mampu memberikan solusi yang sesuai dengan kemaslahatan umum.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana upaya meningkatkan antusiasme santri Al-Hikam mengikuti bahtsul masa’il?
2.    Apa pengaruh bahtsul masail terhadap gairah belajar santri Al-Hikam?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah:
1.    Mengetahui bagaimanakah upaya meningkatkan antusiasme santri Al-Hikam mengikuti program bahtsul masa’il?
2.    Mengetahui apa pengaruh bahtsul masa’il terhadap gairah belajar santri Al-Hikam?

D.    Kajian Teori
1.    Santri

Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Sedangkan menurut KBBI santri adalah orang yang mendalami agama, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang saleh. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa santri adalah seseorang sedang mendalami ilmu agama Islam di pesantren yang perilaku kesehariaanya mencerminkan ketaatannya kepada Allah SWT.

Pesantren sebagai tempat belajar santri merupakan salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang presentasi ajarannya lebih banyak tentang ilmu pendidikan Islam. Seperti Ilmu tauhid, fikih, tasawuf, dan ilmu tata bahasa arab sebagai dasar mempelajari kitab-kitab rujukan dalam pesantren. Pesantren itu sendiri terdiri dari Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren, sosok panutan para santri. Dewan asatidz sebagai pengajar para santri membantu sang pengasuh. Dan biasanya di pesantren ini ada pondokan sebagai tempat mukim para santri yang berasal dari daerah yang jauh, dan juga ada masjid.

Santri sebagai salah satu unsur pokok dari suatu pesantren biasanya terdiri dari santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren tersebut. Sedangkan santri kalong adalah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Tetapi tidak semua pesantren yang memiliki santri mukim dan santri kalong kedua-duanya. Ada juga pesantren yang hanya memiliki santri mukim saja.


2.    Pendidikan Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman. Sehingga sekarang di Indonesia ada tipe pesantren tradisional dan pesantren modern. Pesantren tradisional merupakan pesantren yang masih mempertahankan bentuk aslinya yang hanya mengajar kitab-kitab karangan ulama zaman dahulu yang berbahasa arab. Pola pendidikannya menerapkan sistem halaqoh yang bertempat di masjid atau surau-surau. Hakekat dari sistem pendidikan ini adalah penghafalan yang titik akhirnya dari segi metodologi adalah santri menerima dan memiliki ilmu. Ilmu ini tidak berkembang kearah sempurnanya ilmu tersebut. Melainkan hanya terbatas pada apa yang telah disampaikan oleh Kyainya.

 Pesantren modern merupkan perkembangan dari tipe pesantren yang orientasi pendidikannya mengadopsi pada pesantren tradisional tapi sistem pendidikannya berbeda. Penerapan sistem pendidikannya terlihat pada berdirinya tempat belajar yang baik dalam bentuk madrasah atau sekolah. Kurikulumnya menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional. Perbedaan dengan sekolah yang lain adalah porsi pendidikan agama pada madrasah ini lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.

Membahas tentang  pendidikan di pesantren, ada dua metode pendidikan yang mecadi ciri khas dari pesantren, terutama pesantren tradisional. Yaitu sorogan dan bandongan atau wetonan. Dengan metode sorogan setiap santri mendapat kesempatan belajar secara langsung kepada kyai atau asatidz yang membantu kyai. Sedangkan dalam metode bandongan atau disebut juga wetonan, sekelompok santri mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan kitab-kitab berbahasa arab.


3.    Bahtsul Masa’il

Di pesantren juga ada  kegiatan ekstra atau kegiatan rutinan seperti istighosah, tahlilan, muhadloroh, dan bahtsul masa’il. Kegiatan istighosah dan tahlilan untuk menguatkan rohani dan kedisiplinan dalam beribadah. Sedangkan muhadloroh dan bahtsul masa’il untuk mengembangkan keilmuan santri, dan melatih santri untuk menganalisa dan menyelesaikan masalah. Kegiatan ini juga menjadi ciri khas pesantren yang ada di Indonesia.

Bahtsul masa’il merupakan forum yang membahas masalah-masalah yang belum ada dalilnya atau belum ditemukan. Bahtsu sendiri diambil dari bahasa arab yang berarti membahas, dan mencari. Sedangkan masa’il berarti kumpulan atau beberapa masalah. Masalah tersebut meliputi masalah keagamaan, politik, budaya dan masalah-masalah lain yang terjadi di masyarakat. Permasalahan tersebut dicarikan solusi yang diambil dari al-Qur’an, hadits, dan kitab-kitab karya ulama klasik yang muktabaroh.

Komponen penting dalam bahtsul masa’il adalah perumus atau pentashhih, moderator, dan santri sebagai anggota forum yang mencari dalil. Perumus  atau pentashhih adalah orang yang sudah mumpuni ilmu agamanya dan ahli dalam menganalisa masalah, ia bertugas untuk mengarahkan forum pembahasan dan membimbing santri dalam bahtsul masa’il dan merumuskan hasil bahtsul masa’il tersebut. Biasanya perumus atau pentashhih ini adalah sang kyai sendiri atau santri senior di pesantren tersebut. Moderator berfungsi sebagai pengatur jalannya bahtsul masa’il dan menyaring jawaban.

Bahtul masa’il sebagai forum yang bertujuan mencari solusi, dengan mengambil referensi dari kitab-kitab kuning berhasa arab yang merupakan karya ulama yang kebanyakan berasal dari Timur Tengah. Kitab kuning dikelompokkan menjadi tiga, yakni matan, syarah, dan hasyiyah. Matan adalah kitab yang berisi uraian singkat dan padat, syarah adalah kitab penjelasan secara lebih panjang dari apa yang ditulis dalam kitab matan. Dan hasyiyah adalah kitab yang berisi kritik, komentar, revisi dan berbagai pendapat ahli tentang hal-hal yang ditulis dalam matan maupun syarah. Kitab-kitab ini disebut sebagai al-kitab al-muktabaroh dalam lingkungan pesantren.

Dalam mencari solusi melalui kitab kuning, digunakan metode istimbathi, istiqra’I, takwini, dan jaddali. Istimbati adalah metode deduktif yang digunakan untuk menjabarkan dalil-dalil keagamaan menjadi masalah fikihiyah. Istiqra’I adalah metode induktif yang digunakan menetapkan hukum. Takwini adalah metode genetika, yakni cara berpikir mencari kejelasan suatu masalah dengan melihat sebab-sebab terjadinya. Jaddal adalah metode dialektika yakni cara berpikir yang diangkat dari pertanyaan atau pernyataan seseorang yang diperdebatkan.

















E.    Metode Penelitian
1.    Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kuantitatif memiliki keuntungan bagi penilitian ini, yaitu subyek dan sampel sudah diketahui, instrument pengumpul data sudah dipersiapkan, fleksibel, hemat waktu dan lebih praktis. Selain itu juga pendekatan kuantitatif dapat menguji korelasi yang signifikan dengan cara menggunakan metode statistik.
Menurut Syaifuddin Azwar, penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan anallisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistik, pada dasarnya pendekatan kuantitatif ini dilakukan dengan penelitian inferial dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang teliti.

2.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di gedung STAI Ma’had Aly lantai 1 Pondok pesantren l-Hikam Jl. Cengger Ayam No. 25 Malang. Obyek dari penelitian ini adalah santri yang mondok di tempat tersebut yang studi di STAIMA mulai dari semester satu sampai semester delapan. Penelitian tersebut dilakukan kepada para santri karena rata-rata mereka yang kuliah di STAIMA Al-Hikam adalah lulusan dari pondok pesantren yang berbeda-beda.

3.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan seorang peneliti untuk mendekati sasaran penelitian dan mampu membantu peneliti mendapatkan data penelitian.  Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui antusiasme santri Al-Hikam dalam mengikuti program bahtsul masa’il akan digunakan angket dan metode dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan adalah buku data jumlah santri dan absensi kehadiran santri dalam program bahtsul masa’il.
Angket adalah suatu metode untuk  mendapatkan data, dengan data yang betisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang dibagikan kepada subyek atau sampel yang kita teliti dengan tujuan untuk mengungkapkan kondisi dalam diri subyek yang ingin diketahui.
Alasan peneliti menggunakan angket adalah:
1)    Subyek (santri) adalah orang yang paling tahu dan mengerti tentang dirinya sendiri.
2)    Jawaban yang diberikan oleh subyek kepada peneliti adalah benar.
3)    Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti.
Sedangkan alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi yang berupa data jumlah santri dan absensi kehadiran, karena data tersebut mudah didapat dan untuk menemukan perbandingan antara jumlah santri keseluruhan dengan santri yang aktif mengikuti kegiatan




Jabaran Variabel Penelitian, Komponen dan Indikator penelitian
No.    Variable    Komponen    Indikator
1.    Antusiasme Santri    1)    Mengikuti Kegiatan Bahtsul Masa’il    1.    Ketepatan waktu
2.    Keaktifan mengikuti diskusi.
3.    Keaktifan menjawab pertanyaan.
4.    Keaktifan menampilkan hasil diskusi atau pendapat sendiri.
2.     Bahtsul Masa’il    1)    Pengertian
2)    Media
3)    waktu    a.    Diskusi  mengenai permasalahan terkini dengan referensi kitab-kitab yang muktabar.
b.    -Kitab-kitab Fikih, Tafsir dan Hadits.
-komputer.
c.    Harian, Mingguan, Bulanan.
3.    Pesantren    1)    Pengertian
2)    Komponen    1.    Tempat mendalami ilmu agama Islam
2.    Kyai, Santri, Ustadz, Masjid, Madrasah, Pondokan.
4.     Santri    1)    Pengertian
2)    Macam-macam santri    1.    Orang yang mendalami ilmu agama di pesantren.
2.    Santri Menetap dan santri kalong.


4.    Tehnik Pengambilan Data
Obyek penelitian ini adalah antusiasme santri. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi dan angket. dokumentasi  yang berupa data jumlah santri dan absensi santri yang mengikuti kegiatan bahtsul masa’il tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah keseluruhan santri Al-Hikam dan jumlah santri yang aktif mengikuti kegiatan tersebut.
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respon) atas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan.  Responden pada penelitian ini adalah santri Al-Hikam sebagai anggota kegiatan Bahtsul Masa’il.






5.    Tehnik Analisis Data
Analisi data merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi makna dan arti yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian yang berupa meningkatkan antusiasme santri Al-Hikam dalam mengikuti kegiatan Bahtsul Masa’il yang diadakan oleh Departemen Kajian Kitab.
Penelitian ini menganalisis data yang berupa dokumentasi dan angket. Data dokumentasi yang berupa jumlah santri keseluruhan yang menetap di Pondok Pesantren Al-Hikam dengan absensi kehadiran digunakan untuk mengetahui berapa perbandingan antara santri yang aktif dan yang tidak aktif. Apabila jumlah santri yang aktif mengikuti kegiatan lebih dari 80% dari jumlah keseluruhan santri, berarti antusiasme santri Al-Hikam untuk mengikuti kegiatan bahtsul masa’il cukup besar, apabila jumlah santri yang aktif mengikuti kegiatan bahtsul masa’il kurang dari 50% berarti antusisme mereka sangat kecil. Dan apabila jumlah santri yang aktif kurang dari 80% dan lebih dari 50% berarti antusiasme mereka kurang besar.
Data yang diperoleh dari penyebaran angket yang berupa pertanyaan dan pernyataan yang diberikan kepada para santri Al-Hikam dianalisis untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai kegiatan bahtsul masa’il. Dan juga untuk mengetahui pengertian mereka mengenai kegiatan bahtsul masa’il.









Referensi
Musthofa, Chabib, Metode Penelitian Kuantitatif (PDF)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, 2000, Yogyakarta: Andi Offset
Soeharto, Irawan, Metode Penelitia Sosial, 1999, Bandung: PT. Rosda Karya

No comments:

Post a Comment