Friday, September 9, 2011

Contoh Khutbah 'Idul Fitri Terbaru

الخطبة الأولى
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ / وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ / وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. الحمد لله حمداً كثيراً، والله أكبر كبيراً، وسبحان الله بكرة وأصيلاً، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر. الحمد لله وفّق المؤمنين لطاعته، وجعل سعيهم مشكوراً، ومنّ عليهم بفضله ومِنّتِه، وجعل جزاءهم جزاءً موفوراً. الله أكبر خَلَقَ الخلق وأحصاهم عدداً، الله أكبر وكلُّهم آتيه يوم القيامة فرداً، الله أكبر خلق كلَّ شيء بقدر الله، لله أكبر عَنَتِ الوجوه لعُظْمَته، الله أكبر خَضَعَتِ الرقاب لقدرته. الله أكبر كبيراً. والحمد لله كثيرا، له الحمد جلَّ وعلا على نَعْمَائه، وله الشكر على سرَّائه، وله الصبر على ما قضى من بلائه، الحمد لله كثيراً والله أكبر كبيراً، وسبحان الله بكرةً وأصيلاً، له الحمد كما يُحِبُّ ويرضى على آلائه ونِعَمِه التي لا تُعَدُّ ولا تحصى، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو على كل شيء قدير، وأشهد أن نبينا وقائدَنا وقُدْوَتَنا وسيَّدَنا محمد عبدُ الله ورسوُله، نبيُّه المصطفى، ورسوله المجتبى، صلى الله عليه وعلى آله وصحابته أجمعين وعلى من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وعلينا وعلى عباد الله الصالحين. اللهم صل على سيدنا محمد على أل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى أل سيدنا إبراهيم. وبارك على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى أل سيدنا إبراهيم. في العالمين إنك حميد مجيد. أما بعد. أيها الأخوة المؤمنون الصائمون الخالدون من شهر رمضان. أيها المؤمنون الفرحون بعيد الفطر وبطاعة الله سبحانه وتعالى! اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.

Para jama’ah Idul Fitri rahimakumullah!
    Kami awali khutbah ini dengan wasiat kepada diri kami sendiri dan juga kepada para jama'ah sekalian; marilah kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
    Lebih dari pada itu, mari kita bersama-sama mengucapkan Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kesehatan jasmani dan rohani kepada kita semua, sehingga kita berhasil melaksanakan puasa, shalat Tarawih, Tadarrus Al-Qur’an, shalat malam, dan ibadah-ibadah lainnya sepanjang bulan Ramadhan kemarin; semoga seluruh amal shalih tersebut diterima oleh Allah SWT dan menaikkan derajat kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Amin.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Para jama’ah Idul Fitri rahimakumullah!
    Al-Hamdulillah, pada pagi hari yang sejuk ini, kita sedang menikmati indahnya hari raya Idul Fitri dengan perasaan yang penuh kegembiraan; agar lebih sempurna lagi, sebaiknya kita memahami hikmah-hikmah yang terkandung dalam perayaan hari raya Idul Fitri.
    Orang Jawa biasa menyebut Idul Fitri dengan istilah "Riyoyo", yang berarti singkatan dari "Hari Raya"; ada yang menyebutnya dengan istilah "Bhodho". Kata "Bhodho" ini berasal dari bahasa Arab, yaitu "Ba'da" yang artinya setelah atau selesai. Sedangkan istilah yang populer dipakai oleh umat Islam di seluruh Indonesia adalah "Lebaran". Lebaran berasal dari bahasa Jawa, yaitu "Lebar" yang artinya selesai. Dengan demikian, ketiga istilah di atas – yaitu riyoyo, bhodho, & lebaran – bermakna: selesainya pelaksaan ibadah puasa Ramadhan; sehingga kita berhak merayakan hari raya Idul Fitri.  
    Mengapa hari raya kita disebut Idul Fitri? Dalam bahasa Arab, 'Id artinya kembali, sedangkan Fitri artinya suci. Hadhirin-Hadhirat yang berbahagia, itulah makna Idul Fitri yang sebenarnya; yaitu kita kembali bersih dan suci sebagaimana yang dinyatakan dalam Hadits riwayat Ibnu Majah:
فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Hadits di atas dapat kita pahami bahwa siapa saja yang berpuasa dan meramaikan bulan Ramadhan dengan amal-amal shalih; yang didasari oleh keimanan dan mengharap ridho Allah SWT, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah; sehingga pada saat Idul Fitri ini, kita kembali suci layaknya bayi yang baru dilahirkan.
    Oleh karena itu, sungguh menyesal dan merugi orang tidak berpuasa dan beribadah pada bulan Ramadhan; ibaratnya, dia sudah diberi kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, namun dia menyia-nyiakannya. Semoga kita tidak termasuk golongan ini.


    Kami mau bertanya, seandainya bapak-bapak atau ibu-ibu baru pulang dari kerja, entah dari sawah, pasar, pabrik, dsb. Sedangkan badan atau pakaian bapak-ibu terlihat kotor sekaligus bau keringat, apa yang akan njenengan lakukan? Sudah pasti mandi. Untuk apa? tentu saja biar bersih.
    Jika diibaratkan, sebelum bulan Ramadhan, kita sudah berkotor-kotor, yaitu banyak dosa sehingga menumpuk-numpuk; Al-Hamdulillah, Allah SWT telah menganugerahkan bulan Ramadhan untuk memberikan kesempatan kita agar mandi, dalam arti membersihkan diri dari segala bentuk dosa. Sehingga pada hari ini, kita berdo'a semoga kita tergolong orang-orang yang kembali suci. Hadhirin-Hadhirat yang berbahagia, itulah makna Idul Fitri yang sebenarnya; yaitu kita kembali bersih dan suci sebagaimana yang dinyatakan dalam Hadits riwayat Ibnu Majah:
فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
    Oleh karena itu, sungguh menyesal orang tidak berpuasa dan beribadah pada bulan Ramadhan; ibaratnya dia sudah diberi kesempatan untuk mandi (membersihkan diri dari dosa), namun dia menyia-nyiakannya, sehingga bisa jadi hingga sekarang dia masih terkotori oleh dosa-dosa. Kita berdo'a, semoga kita semua tidak tergolong orang-orang yang seperti ini. 
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Para jama’ah Idul Fitri rahimakumullah!
    Dengan demikian, Idul Fitri merupakan tanda atau symbol bahwa Allah SWT telah memafkan kesalahan dan dosa-dosa kita; namun masih perlu disempurnakan lagi dengan pemberian maaf dan sesama manusia. Dari sinilah muncul istilah silaturrahim atau halal bi halal.
    Pertanyaan kedua yang kami ajukan, untuk apa kita melakukan halal bi halal? Seorang tokoh ahli tafsir Al-Qur'an dari Indonesia, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa tujuan halal bi halal adalah seseorang mau memaafkan orang lain sekaligus berbuat ihsan kepadanya. Pengertian ihsan di sini meliputi 2 hal, yaitu: (a) memperlakukan orang lain lebih baik daripada perlakuan dia kepada kita; (b) berbuat baik kepada orang yang yang bersalah kepada kita. Contoh sikap ihsan adalah ada orang menyakiti hati kita, kemudian kita mau memaafkan dia bahkan kita ajak makan bersama di rumah kita. Ini adalah salah satu contoh kecil sikap ihsan, memang berat, namun tidak ada salahnya jika kita mau mencoba mempraktekkannya.
    Jika kita mampu meredam marah dan senang hati memberi maaf kepada orang lain yang pernah berbuat salah kepada kita, berarti kita telah memiliki beberapa sifat orang-orang yang bertaqwa (muttaqin), yaitu: 

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Para jama’ah Idul Fitri rahimakumullah!
    Ada saja orang yang tidak mau bersilaturrahim kepada kerabatnya maupun tetangganya, sebelum kerabatnya atau tetangganya tersebut bersilaturrahim terlebih dahulu ke rumahnya. Akhirnya yang terjadi adalah saling tunggu-menunggu. Sikap seperti ini tidak sesuai dengan ayat di atas; pada ayat di atas, Allah menyeru kita semua agar bergegas, berarti kita harus bertindak lebih cepat daripada orang lain. Bukankah pada ayat lain juga dinyatakan: berlomba-lombalah dalam hal amal kebaikan. 
    Memang benar, ada aturan siapa yang terlebih dahulu kita mintai maaf. Misalnya: anak silaturrahim pada orang tua terlebih dahulu; istri kepada suami; adik kepada kakak; murid kepada guru; dst. Salah satu aturan silaturrahim dapat kita peroleh dari sebuah ayat:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ
Jika kita mengamalkan ayat di atas, maka urutan silaturrahim kita adalah: a) kedua orang tua, termasuk guru; b) kaum kerabat atau keluarga; c) anak-anak yatim dan orang-orang miskin; d) tetangga dekat; e) tetangga jauh; f) teman-teman atau shahabat. Kecuali ada alasan tertentu misalnya, rumah keluarga kita jauh, maka lebih baik silaturrahim pada tetangga terdekat. Hal yang patut kita perhatikan terkait ayat di atas adalah walaupun kita menikmati indahnya Idul Fitri, jangan sampai kita mengabaikan atau melupakan anak-anak yatim dan orang-orang fakir miskin; karena mereka juga berhak untuk mendapatkan kebahagiaan pada hari raya ini, apalagi jika anak yatim atau orang miskin tersebut adalah keluarga, tetangga maupun teman kita. Jadi, setelah shalat Idul Fitri dan khutbah ini selesai, mohon bapak dan ibu memikirkan siapa saja keluarga, saudara, tetangga maupun teman-teman panjenengan sekalian yang kira-kira tergolong anak yatim atau fakir miskin, segeralah beri mereka shadaqah, agar seluruh masyarakat di sini dapat menikmati indahnya dan bahagianya hari kemenangan ini, tanpa terkecuali.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Para jama’ah Idul Fitri rahimakumullah!
   

ليس الواصل بالمكافئ
bahkan menurut beliau, silaturrahim juga perlu dilakukan kepada orang yang telah memutus hubungan silaturrahim dengan kita, sebagaimana dalam Hadits Shahih Bukhari – Muslim :
« ليس الواصل بالمكافئ، ولكن الواصل إذا قُطِعَتْ رَحِمَهُ، وَصَلَها »، متفق عليه
    Salah satu teladan yang paling baik dalam memaafkan kesalahan orang lain adalah kisah Nabi Yusuf AS yang mau memaafkan saudara-saudara beliau yang dahulu pernah bermaksud membunuh beliau. Ketika dimintai maaf, Nabi Yusuf AS berkata sebagaimana dalam Surat Yusuf : 92
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang".
1.    Madharat yang paling agung adalah: orang yang memutus tali silaturrahim tidak diperbolehkan masuk ke dalam surga. Keterangan ini berdasarkan Hadits Shahih Bukhari – Muslim :
وعن جبير بن مطعم رضي الله عنه أن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال : « لا يدخل الجنة قاطع »، يعنى قاطع رحم . متفق عليه.



إنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلاَمُ اللهَِ اَلْمَلِكِ الْعَلاَّمِ. وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. وَإِذَاقُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ لِىْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ.

الخطبة الثابية
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ / وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ / وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
الحمد لله ثُم الحمد لله، الحمد لله كثيراً والله أكبر كبيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، الله أكبر ما ذكره الذاكرون الأبرار، الله أكبر ما تعاقُب الليل والنهار، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيراً، له الحمد - سبحانه وتعالى - كما يحب ويرضى حمدا نلقى به أجرى ويمحوا به الله عنا وِزراً ويجعله له عندنا ذُخراً، والصلاة والسلام التامان الأكملان على المبعوث رحمة للعالمين، سيد الأولين والآخرين إمام المتقين وقائد الغرّ المحجلين إلى جنات نعيم، نبينا محمد الصادق الوعد الأمين وعلى آله وصحابته أجمعين وعلى من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اشهد ان لا إله إلا الله واشهد ان سيدنا ونبينا محمدا صلى الله عليه وسلم عبدُه ورسوله. واعلموا ان الله سبحانه وتعالى صلَّى على نبيه قديما، واُمِرْنا بذلك ارشادا لنا وتعليما، فقال تعالى ولم يزل قائلا عليما: إن الله وملائكته يصلون على النبي، ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد كما صليت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم. وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد. كما بركت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم فى العالمين انك حميد مجيد.  وترضّوا على الصحابة الكرام من خص منهم بالذكر ذوي القدر العلي والمقام الجليل أبا بكر وعمر وعثمان وعلي وعلى سائر الصحابة والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. عباد الله : اتقوا الله تعالى حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. وصلوا أرحامكم واحذروا من قطيعتهم واستحضروا دائمًا ما أعد الله تعالى للواصلين من الثواب وللقاطعين من العقاب. أما بعد.
أيها الأخوة المؤمنون : تذكيرا لا بد منه! فالله أكبر، الله أكبر، الله أكبر على من طغى وتجبّر، والله أكبر على من نسي ما كان من طاعته وعبث، فانتبهوا لا ترجعوا بعد الذكر إلى الغفلة، ولا بعد الطاعة إلى المعصية، ولا بعد شهود المساجد إلى غيبة ولهو الملاعب، ولا ينبغي لمؤمن صام شهراً كاملاً، وكان ليله قائماً ونهاره صائماً، وفي كل حاله ذاكراً، وإلى الله - سبحانه وتعالى - ومرضاته ساعياً لا ينبغي له أن يرجع بعد ذلك عابثا أو غافلاً، فضلاً أن يكون لاهياً أو عاصيا، فالله الله في هذا التذكر والاعتبار والانتفاع والاستمرار على الطاعات { إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة أن لا تخافوا ولا تحزنوا وابشروا بالجنة التي كنتم توعدون }.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات انك قريب مجيب الدعوات. اللهم انصر امةَ محمد، اللهم اصلِحْ امة محمد، اللهم انصر مَنْ نَصَرَ الدين واخْذُلْ مَنْ خذل الدين، واجعل بَلْدَتَنا اندونسيا بلدةً طيبة، تجري فيها احكامُك وسنةُ رسولك، ياحي ياقيوم، يا الهَنا واِلهَ كلِّ شيئ. هذا حالنا لايخفى عليك. اللهم ادفع عنا الغلاء والبلاء والفحشاء والمنكر والبغي والسيوف المختلفة والشدائد والمِحن ماظهر منها وما بطن، من بلدنا هذا خاصة، ومن بُلدان المسلمين عامة، انك على كل شيئ قدير. ربنا اغفرلنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولاتجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رؤوف الرحيم.
عبادالله .ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون، فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروا على نِعمه يَزِدْكم، واسئلوه من فضله يُعطكم ،ولذكرالله اكبر.


   





No comments:

Post a Comment