TAKHRIJ AL-HADIS
Pembimbing :
Drs. Damanhuri, MA
Disusun oleh :
Sahroni
I.
Definisi Takhrij al-Hadis
Takhrij secara kebahasaan memiliki akar kata kharaja
(keluar), kharraja, yukharriju, takhrij. Istilah ini juga berarti : istinbath
(menggali, megeluarkan), tadrib (pembiasaan, latihan) taujih
(penjelasan), ibraz (mengeluarkan), dan idzhar (melahirkan).[1]
Pada dasarnya takhrij berarti berkumpulnya
dua perkara yang berbeda dalam satu kesatuan.[2]
Dalam Eksiklopedi Islam disebutkan bahwa takhrij adalah menyatukan dua perkara yang
berbeda dalam satu kesatuan.[3]
Menurut ulama hadis tahkrij memiliki
beberapa arti : [4]
- Takhrij adalah mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad, yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh
b. Takhrij adalah pengungkapan ulama
hadis terhadap berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau
berbagai kitab, atau lainnya. Kemudian susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya
sendiri, guru, temannya atau orang lain dengan menerangkan siapa periwayat dari
para penyusun kitab yang karyanya dijadikan sumber rujukan.
c. Takhrij berarti menunjukkan
asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab
hadis yang disusun oleh para mukharrijnya langsung (yakni para periwayat yang
juga menghimpun hadis yang mereka riwayatkan).
Sedangkan menurut
istilah takhrij berarti upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu hadis,
menelusuri dan menilai rangkaian silsilah (sanad) para periwayat (rijal) hadis
tersebut, menjelaskan tingkatannya, serta mempertimbangakan apakah hadis
tersebut dapat dijadikan dalili suatau hukum (hujjah) atau tidak.[5]
Mahmud Thahhan
dalam bukunya Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid mendefinisikan bahwa
takhrij adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya
yang asli, yakni berbagai kitab yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara
lengkap dengan sanadnya masing-masing. Kemudian untuk
kepentingan penelitian dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.[6]
Dalam versi lain takhrij adalah
penyebutan penulis (muallif) terhadap hadis lengkap dengan sanad dalam
kitabnya. Seperti ungkapan“ Hadits ini dikeluarkan oleh fulan” yaitu dia
menyebutkan hadis tersebut dalam kitabnya lengkap dengan sanadnya.[7]
Menurut Hatim ibn Arif as-Syarif
dalam at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, takhrij adalah menisbatkan letak asal hadis pada sumbernya yang
asal, atau kemudian pada sumber sekunder (pendukung) atau dan kitab yang memuat
hadis tersebut dengan sanad-sanadnya, serta menjelaskan kualitas hadis tersebut.[8]
Yang dimaksud sumber kitab utama hadis
adalah sebagai berikut :[9]
1. Kitab-kitab hadis yang
disusun oleh para ulama, yang mereka terima langsung dari guru-gurunya dengan
sanad sampai Rasulullah. Seperti Kutub as-Sittah, Muwattha Malik, Musnad
Ahmad, Mustadrak Al-Hakim, dan lain-lain.[10]
2. Kitab-kitab yang disusun dengan
mengikuti kitab-kitab yang tersebut di atas. Seperti Al-Jam’u Baina
as-Shahiahin karya al-Humaidi.
3.
Kitab-kitab yang disusun dalam fan-fan tertentu - seperti tafsir, fiqh dan
tarikh - yang disertai hadis-hadis.
Termasuk dalam golongan kitab adalah Tafsir at-Thabari, Al-Umm karya
Imam as-Syafii.
II.
Cara Menelusuri Hadis
Untuk mencari suatu
teks matan hadis tidaklah semudah kita mencari ayat al-Quran hal ini disebabkan
karena teks matan hadis bertebaran dalam beberapa kitab yang memiliki versi
yang berbeda-beda, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan
Nasai, Sunan Abu Sunan Dawud, Sunan Ibnu Majah dan lain-lain. Berbeda dengan
al-Quran yang hanya memiliki satu versi yang ditulis dalam satu mushaf yaitu
Mushaf Utsmani. Maka apa bila kita hendak mencari dalil ayat al-Quran tentang
suatu penjelasan keagamaan dalam surat dan ayat tertentu, maka cukup membuka
al-Quran manapun asalkan kita hafal al-Quran dan tahu dimana tempat surat dan
ayatnya. Namun apabila kita tidak hafal, untuk mengatasi kesulitan itu, kita
bisa mencari dengan kitab Fathurrahman li Thalab al-Ayat al-Quran karya
Ilmi Zadah Faidlullah atau Mu’jam Al-Mufahras li Alfadz al-Quran al-Karim.
Takhrij (menelusuri keberadaan suatu
teks matan hadis) dapat ditempuh melalui 5 (lima) cara, yaitu :[11]
1. Berdasarkan Periwayat
Sahabat
Cara ini digunakan apabila ada nama
sahabat yang disebutkan dalam hadis yang hendak ditelusuri. Cara ini tidak
dapat digunakan, apabila didalamnya tidak menyebutkan nama sahabat.
Penelusuran hadis dengan cara ini menggunakan
tiga (ada yang mengatakan dua) macam kitab hadis, yaitu :
1) Kitab Musnad (kitab yang
disusun secara hijaiyah berdasarkan nama dari kalangan sahabat), seperti Musnad
Ahmad ibnu Hanbal, Musnad Abu Bakar ibnu Zubair al-Humaidi dll.[12]
2) Kitab Mu’jam (kitab yang
disusun secara hijaiyah berdasarkan nama sahabat, guru-guru, atau negeri para
perawinya) seperti Mu’jam al-Kabir, Mu’jam al-Ausath, Mu’jam as-Shaghir
karya at-Thabrani, Mu’jam as-Shahabat karya Ahmad ibn Ali al-Hamdani dan
Abu Ya’la Ahmad Al-Mushili.[13]
3) Kitab Athraf (kitab yang
memuat bagian-bagian awal (athraf) matan hadis dari kitab-kitab tertentu secara
hijaiyah berdasarkan nama perawi paling atas), seperti Athraf As-Shahihaini
karya Abu Mas’ud ibn Ibrahim ibn Muhammad ad-Dimasyqi.[14]
2. Berdasarkan Kata Awal Dari
Matan Hadis[15]
Cara ini dapat digunakan bila awal
dari matan hadis. Kitab yang dapat digunakan dengan cara ini yaitu :
1) Kitab-kitab hadis yang memuat
hadis-hadis yang masyhur fi al-lisan. Seperti At-Tadzkirah fi al-Ahadis
al-Musytahirah karya Badruddin az-Zarkasyi, ad-Durr al-Muntatsirah fi
al-Ahadis al-Musytahirah karya Jalaluddin as-Suyuthi dll.
2) Kitab-kitab yang hadisnya
disusun mengikuti urutan abjad hijaiyah (alfabetis). Seperti kitab Al-Jami’ al-Azhar
min Hadis an-Nabi Al-Anwar, karya Abd. Rauf Al-Manawi.[16]
3)
Kitab-kitab Mafatih dan Faharis yang disusun untuk kitab-kitab tertentu.
Seperti kitab Miftah li Ahadis Muwattha’, Miftah as-Shahihain karya
at-Tawqadi, Fihris li Tartib Ahadis Shahih Muslim dan Fihris li
Tartib Ahadis Sunan Ibnu Majah karya Muhammad Fuad Abdul Baqi.
3. Berdasarkan Kata Yang Ada
Dalam Matan Hadis[17]
Metode ini
dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar pada
kata-kata yang ada pada matan hadit, isim (kata benda) maupun fi’il
(kata kerja).
Kitab yang
menggunakan metode ini adalah Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi (Indeks Hadis
Nabi) karya A.J. Wensick seorang Professor Bahasa Arab di Universitas Leiden dari
kalangan orientalis (w. 1939 M) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi (ahli hadis).
Kitab ini memuat hadis-hadis
yang terdapat matan hadis al-Kutub at-Tis’ah (kitab yang sembilan) yaitu
: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmizi, Sunan Abi Dawud, Sunan
An-Nasai, Sunan Ibn Majah, , Muwattha’ Malik, Musnad Ahmad Ibn Hanbal dan Musnad
Ad-Darimi.
Untuk
dapat menggunakan kitab ini, peneliti harus mengetahui kode-kode yang dipakai
dalam kitab tersebut. Kode-kode tersebut berfungsi untuk memudahkan peneliti
mengecek kitab di mana hadis tersebut terdapat. Kode-kode tersebut adalah
Shahih Bukhari (خ), Shahih Muslim( م ), Sunan Tirmizi(ت), Sunan Abi
Dawud( د), Sunan An-Nasai( ن) , Sunan Ibn Majah(جه), Muwattha’
Malik(ط), Musnad Ahmad Ibn Hanbal (حم), Musnad Ad-Darimi(دى).[18]
4. Berdasarkan Tema Hadis[19]
Cara ini dilakukan
dengan menelusuri hadis berdasarkan temanya, apakah bersifat umum atau tertentu
(fiqih, tafsir atau yang lain). Namun untuk menggunakan cara ini, peneliti dituntut
mampu memahami isi kandungan hadis yang akan ditelusuri, sehingga dapat
memperkirakan tema hadis tersebut.
Kitab-kitab yang diperlukan
untuk menelusuri hadis berdasarkan tema adalah kitab-kitab hadis yang disusun secara
tematik. Kitab-kitab tersebut dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
A. Kitab-kitab hadis tematik
yang tema dan bab-babnya mencakup seluruh topik-topik agama. Intinya kitab
model ini adalah kitab yang umum (mencakup semua topik agama).
Kitab-kitab yang dapat digunakan
antara lain :
1) Al-Jawami’ (kitab hadis yang
berisikan hadis yang mencakup seluruh topik yang dibutuhkan, Mulai topik
akidah, hukum, adab sampai tafsir dll. Seperti Kitab al-Jami as-Shahih karya
Imam Bukhari
2) Al-Mustakharajat ala
al-Jawami’ (kitab hadis yang diriwayatkan dari satu kitab, dengan sanad dia sendiri
tanpa mengambil sanad dari penyusun pertama, tapi sanadnya bertemu dengan
syaikh pengarang kitab itu atau orang yang berada di atas syaikh tersebut),
seperti kitab Mustakhraj al-Isma’ily yang ditakhrij dari kitab Shahih
Bukhari.
3) Al-Mustadrakat ala al-Jawami’
(kitab hadis yang disusun untuk melengkapi kitab hadis lain yang tidak memuat hadis
versi penyusunnya), seperti Al-Mustadrak Ala as-Shahihain karya Abu
Abdillah al-Hakim.
4) Al-Majami’ (kitab yang
disusun dengan mengumpulkan/menggabungkan dari beberapa kitab hadis), seperti al-Jam’u
Baina as-Shahihain karya as-Shaghani al-Hasan ibn Muhammad
5) az-Zawaid (kitab yang
mengumpulkan hadis-hadis tambahan yang dikutip dari kitab hadis lain), seperti kitab
Zawaid Ibnu Majah Ala al-Ushul al-Khamsah.
6)
Miftah Kunuz as-Sunnah karya A.J. Wensinck.
B. Kitab-kitab hadis tematik
yang tema dan bab-babnya mencakup sebagian besar topik-topik agama. Kitab yang
disusun seperti model ini, sebagian besar mengikuti tema-tema fiqh.
Kitab-kitab yang tergolong model ini
adalah :
1) Kitab Sunan (kitab yang
disusun berdasarkan bab-bab fiqih yang hanya berisi hadis-hadis marfu’ saja.
Seperti Sunan Abi Dawud, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majah, Sunan as-Syafii,
Sunan ad-Daruquthni.
2) Kitab Mushannafat (kitab yang
disusun berdasarkan bab-bab fiqh yang mencakup hadis-hadis marfu’, mawquf
dan maqthu’. Seperti kitab al-Mushannaf karya Baqi ibn Makhlad
al-Qurthubi
3) Kitab Muwattha’at, seperti
kitab Muwattha’ Malik. Definisi muwattha’ tidak jauh berbeda dengan
definisi kitab mushannafat hanya berbeda dalam segi penamaan saja. Dinamakan
kitab muwathha’ (yang disediakan atau dipersiapkan) karena kitab tersebut
disusun oleh penulisnya untuk memenuhi permintaan masyarakat.
4) Al-Mustakhrajat, seperti
kitab al-Mustkharajat ala Sunan Abi Dawud karya Qasim Ibn Ashbagh
C. Kitab-kitab hadis tematik
yang hanya memuat bab-bab khusus dari beberapa bab agama. Berikut kitab-kitabnya
yang terkenal antara lain :
1) Kitab yang membahas Ajza’
seperti Juz’u Rafi’ Al-Yadain fi Shalatih karya Al-Bukhari
2) Kitab yang membahas
at-Targhib wa at-Tarhib seperti kitab at-Targhib wa at-Tarhib karya
Zakiyuddin Al-Mundziri
3) Kitab yang membahas Az-Zuhd
wa al-Fadhail wa al-Adab wa al-Akhlaq seperti Kitab Dzamm ad-Dunya karya
Ibnu Abi ad-Dunya al-Baghdadi
4) Kitab yang membahas Al-Ahkam
seperti Umdah al-Ahkam karya Abdul Ghani al-Maqdisi
5) Kitab yang membahas Maudlu’ah
Khashah seperti Kitab al-Ikhlas karya Ibn Abi ad-Dunya
6) Kitab yang membahas Funun
al-Ukhra seperti Tafsir at-Thabari karya Ibn Jarir at-Thabari
7) Kitab yang membahas Takhrij
al-Hadis seperti Manahil as-Shafa fi Takhrij Ahadis as-Syifa’ karya
as-Suyuthi
8)
Kitab syuruh al-Hadtisah wa at-Ta’liqat ‘Alaiha seperti kitab Fath
al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-Asqalani
5. Berdasarkan Sifat Hadis[20]
Yang dimaksud menelusuri hadis
berdasarkan sifatnya adalah meneliti keadaan dan sifat-sifat yang terdapat
dalam matan ataupun sanad hadis dengan merujuk pada kitab-kitab yang disusun
khusus menjelaskan tentang sifat-sifat hadis.
Berikut kitab-kitab yang bisa digunakan dengan
cara ini, yaitu :
1) Kitab yang mengoleksi hadis
Maudu’, seperti Al-Mashnu’ fi Ma’rifat al-Hadis al-Maudu’ karya Aly
al-Qari (w.1014 H).
2) Kitab yang mengoleksi hadis Qudsi,
seperti Misykat al-Anwar karya Muhyiddin Muhammad ibn Aly al-Andalusi
(w.638 H)
3) Kitab yang mengoleksi hadis
yang diriwayatkan seorang bapak dari anaknya, seperti kitab Riwayat al-Aba’
an al-Abna’ karya Abu Bakar Ahmad Aly al-Khatib al-Baghdadi
4) Kitab yang mengoleksi hadis Musalsal,
seperti kitab Al-Musalsalah Al-Kubra karya Jalaluddin as-Suyuthi.
5) Kitab yang mengoleksi hadis
mursal, seperti kitab Al-Marasil karya Ibnu Abi Hatim Abdurrahman Al-Handzali
al-Razi.
6) Kitab yang mengoleksi hadis
yang terdapat rawi yang lemah, seperti Mizan al-I’tidal karya ad-Dzahabi
7) Kitab yang mengoleksi hadis
yang mengandung illah, seperti kitab ‘Ilal al-Hadis karya Ibnu
Abi Hatim al-Razi.
8)
Kitab yang mengoleksi hadis yang mengandung nama-nama mubham, seperti kitab
Al-Asma’ al-Mubhamah karya Khatib al-Baghdadi.
Lima
cara tersebut diatas adalah cara manual yang dapat kita tempuh dalam menelusuri
hadis. Namun seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju,
sekarang kita dapat mengefesiensi waktu dengan menggunakan fasilitas teknologi
tersebut.
Oleh
karenanya, Dr. Hatim ibn Arif as-Syarif dalam bukunya At-Takhrij wa Dirasah
al-Asanid meringkasnya menjadi empat:
1. Berdasarkan sesuatu yang
terdapat dalam sanad, yang meliputi tiga unsur yaitu;[21]
a) Nama sahabat. Penjelasan
kitab yang digunakan sama seperti di atas.
b) Perawi tengah sanad. Kitab
yang menggunakan cara ini adalah sebagai berikut:[22]
1. Kitab-kitab yang ditulis oleh
perawi itu sendiri seperti Fadla’il as-Sahabat karya Imam Ahmad ibn
Hambal, as-Syamail Muhammadiyah Karya Imam Tirmidzi.
2. Kitab yang disusun
berdasarkan rawi tertentu saja, seperti Al-Ja’diyat karya
Al-Bahgahi
3. Kutub al-Fawaid wa al-Amaly,
seperti Al-Fawaid Al-Ghilaniyat Abu Bakar as-Syafii
4. Kitab Faharis al-A’lam wa
Rijal al-Asanid
5. Kitab Biografi al-Musnad
seperti at-Tarikh al-Kabir Imam Bukhari, Al-Kamil Ibnu Adiy, Ma’rifah
al-Majruhin Ibnu Hibban
6. Kitab-Kitab Athraf ad-Daqiqah
seperti Tuhfah al-Asyraf Imam al-Mazi
7. Kitab yang khusus menerangkan
sifat-sifat yang berkenaan dengan seorang perawi seperti Tahdzib al-Kaml
Imam al-Mazi, al-Mu’talaf wa al-Mukhtalaf karya Daruqutni
8. Kitab yang menjelaskan
hadis-hadis dari seorang perawi tertentu, seperti Ma’rifah as-Sunan wa
al-Atsar (hadis-hadis dari Imam Syafii) karya Imam Baihaqi
9. Kitab yang penulisnya
diketahui meriwayatkan hanya dari seorang guru tertentu. Seperti Musnad
al-Humaidi yang hanya meriwayatkan dari Sufyan ibn Uyainah
c) Sifat yang berkaitan dengan
isnad. Mengenai kitab yang digunakan cara telah dijelaskan diatas.
2. Berdasarkan sesuatu yang
terdapat dalam matan[23]
Metode
ini memiliki empat unsur yang meliputi; Pertama, kata pertama yang
terdapat dalam matan hadis. Kedua, Kata yang ada dalam matan hadis. Ketiga.
Tema hadis. Kelima, sifat yang hadis. Kitab yang dapat membantu metode
ini tidak ada perbedaan dengan penjelasan diatas.
3. Menggunakan fasilitas
komputer (al-Hasib al-Aly)[24]
Cara
ini sangat efektif untuk menelusuri hadis, karena dengan menggunakan komputer
kita tidak perlu repot-repot membuka kitab akan tetapi kita tinggal mengetik
apa saja yang terdapat dalam hadis yang hendak ditelusuri; nama sahabat, kata
yang terdapat alam hadis tersebut, perawi dan lain sebagainya. Maka secara
otomatis komputer akan menampilkan obyek yang kita cari secara detail dari seluruh
kitab (kitab hadis maupun yang lain) yang memuat kata yang kita masukkan,
halaman dan juz dll. Seperti Shoftware Maktabah as-Syamilah
yang memuat ribuan kitab-kitab dari berbagai cabang ilmu.
4. Menelaah kitab-kitab
sunnah.[25]
Adapun
caranya adalah dengan membaca dan menelaah kitab-kitab hadis dengan sempurna
sehingga hadis yang ditelusuri dapat ditemukan. Cara ini hanya mudah dan biasa
digunakan oleh para huffadz hadis, ulama dan mukharrij masa awal sebelum
ditemukannya percetakan.[26]
III. Manfaat
dan Urgensi Takhrij Hadis
Tidak diragukan
lagi bahwa takhrij hadis sangatlah penting untuk dikaji secara mendalam
terutama bagi orang yang bergelut dengan ilmu-ilmu syariah, dalam upaya untuk
membaca teks hadis yang layak dikonsumsi oleh umat Islam atau yang tidak layak.
Hal ini sebabkan karena teks hadis yang bertebaran dalam kitab-kitab hadis
tidak semuanya dapat dijadikan hujjah dalam istinbath hukum,
apalagi jika teks hadis tersebut berkaitan dengan masalah ibadah atau
praktek ajaran Islam.
Beberapa
manfaat yang diperoleh melalui takhrij al-hadis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sumber hadis
berdasarkan kitab utama (primer) hadis tersebut.
2. Mengetahui jalur riwayat
suatu hadis.
3. Mengetahui rangkaian silsilah
suatu hadis.
4. Mengetahui kualitas jalur lain
yang lebih baik di antara banyaknya jalur hadis.
5. Mengetahui penilaian para
ulama terdahulu tentang hadis tersebut.[27]
Selain manfaat tersebut diatas Hatim ibn Arif as-Syarif Dalam
karyanya at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid memaparkan beberapa faidah
takhrij hadis antara lain :[28]
1. Membedakan hadis shahih dan
bukan shahih
2. Mengetahui hadis yang patut
diamalkan maupun tidak
3. Mengetahui hadis yang dapat
dijadikan sandaran istimbath hukum dan yang tidak.
4. Mengetahui hadis-hadis yang wajib
diyakini maupun yang tidak boleh diyakini, jika berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat i’tiqadiah dikarenakan hadis daif atau hadis maudlu’.
5. Untuk menjaga kemurnian dan
melestarikan as-Sunnah hingga hari kiamat.
DAFTAR RUJUKAN :
·
Abu
Muhammad Al-Mahdi. Tt. Tahriq Takhrij Hadits Rasulillah saw. Kairo :Dar
al-I’tisham.
·
Ensiklopedi
Islam. 1999. Jakarta
: Ichtiar Baru van Hoeve.
·
Hatim ibn
Arif as-Syarif. tt. at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid. Shoftware CD Maktabah
as-Syamilah Ishdar Tsani
·
Mahmud
Thahhan. 1991. Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid. Riyad : Maktabah
al-Maarif.
·
Muhammad
ibn Abdillah ibn Khadir. Tt. Kaifa Tukharrij Haditsan. . CD Shoftware
Maktabah as-Syamilah. Ishdar at-Tsani
·
Totok
Jumantoro. 2002. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta
: Bumi Aksara.
[1] Mahmud Thahhan. 1991. Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid. Riyad
: Maktabah al-Maarif. hlm. 8.
[2] Ibid. hlm. 7 lihat juga
[3] Ensiklopedi Islam. 1999. Jakarta
: Ichtiar Baru van Hoeve. hlm. 213.
[4] Mahmud Thahhan. Op.cit. hlm. 9. Totok Jumantoro. 2002. Kamus
Ilmu Hadis. Jakarta
: Bumi Aksara. hlm.244-245
[6] Mahmud Thahhan. Op.cit. hlm. 09-10. Muhammad ibn Abdillah
ibn Khadir. Tt. Kaifa Tukharrij Haditsan. CD Shoftware Maktabah
as-Syamilah. Hlm. 1
[7] Abu Muhammad Al-Mahdi. Tt. Thariq Takhrij Hadits Rasulillah saw.
Kairo :Dar al-I’tisham. Hlm. 9
[8] Hatim ibn Arif as-Syarif. tt. at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid.
CD Shoftware Maktabah as-Syamilah. Hlm. 2
[9] Mahmud Thahhan. Op. Cit. hlm. 10-11. Abu Muhammad Al-Mahdi. op.cit.
hlm. 24
[10] Baca Juga Muhammad ibn Abdillah
ibn Khadir. Op.Cit. hlm. 1
[11] Mahmud Thahhan. Op. Cit. hlm. 35 lihat ibid. hlm. 2
[12] Ibid. hlm.39. Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit. hlm. 106
[13] Mahmud Thahhan. Ibid. hlm. 45
[14] Ibid. hlm.47. Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit. hlm. 107
[15] Ibid. hlm. 59-70 baca juga Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit.
hlm. 25-79
[16] Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit. hlm. 27
[17] Mahmud Thahhan. Op. Cit.. hlm. 81-82. baca Ibid. hlm.
83
[18] Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit. hlm. 89
[19] Ibid. hlm. 95-128 baca juga baca juga Abu Muhammad Al-Mahdi.
Op.cit. hlm. 149-239
[20] Ibid. hlm. 129-132 lihat juga Abu Muhammad Al-Mahdi. Op.cit.
hlm. 243
[21] Hatim ibn Arif as-Syarif.Op.cit.hlm. 20
[22] Ibid. hlm. 21-24
[23] Ibid, hlm.29-47
[24] Ibid. hlm. 49-50
[26] Ibid. hlm. 50
[27] Ensiklopedi Islam. Op.cit. hlm. 216
[28] Hatim ibn Arif as-Syarif. op.cit. hlm. 14
No comments:
Post a Comment