Nama : Moh. Zefri Syaebani
Nimko
: 2009.4.077.0001.1.00106
Judul : PEMBELAJARAN
MEMBACA AL-QUR’AN di MADRASAH MUROTTILIL QUR’AN (MMQ) PADAKATON KETANGGUNGAN
BREBES
STAIMA Al-Hikam Malang
A. Latar Belakang
Al-Qur’an
merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan malaikat Jibril. Selain sebagai hujjah bagi kerasulan Muhammad
Al-Qur’an juga menjadi pelajaran bagi manusia, pedoman hidup umat Islam dan
petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Karena Al-Qur’an mempunyai satu sendi utama
yang esensial yang berfungsi memberi petunjuk yang sebaik-baiknya.[1]
Keberadaan Al-Qur’an yang menjadi petunjuk ke jalan yang baik ini tercantum
dalam firman Allah surat al-Isra’ ayat 9:
إنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا (9)
(الاسراء:9)
Artinya:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar”. (Q.S. al-Isra’:9)[2]
Dilihat
dari sejarah diturunkannya, Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu;
sebagai petunjuk dalam permasalan akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh
manusia, sebagai petunjuk mengenai akhlak, dan sebagai petunjuk mengenal
syariat dan hukum. Secara singkatnya Al-Qur’an merupakan petuntuk bagi manusia
ke jalan mana yang harus ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia
dan di ahkhirat.[3]
Al-Qur’an
merupakan pedoman utama bagi Umat Islam, sebagai umat yang dianugrahi oleh
Allah SWT kitab suci Al-Qur’an sudah semestinya membaca, memahami dan
menghayati Al-Qur’an untuk kemudian diamalkan menjadi suatu keharusan. Sebagai
langkah pertama untuk bisa memahami dan mengamalkan Al-Qur’an adalah dengan
belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan ayat yang pertama turun kepada
Nabi Muhammad yaitu ayat 1-5 dari surat al-Alaq:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) (العلق:
1-5)
Artinya:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qolam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq: 1-5)[4]
Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa arab dan dalam membaca Al-Qur’an terdapat kaidah-kaidah tertentu yang harus diketahui, seperti makhorij
al-huruf, sifat-sifat huruf, hukum-hukum bacaan dan lain-lain. Sehingga
perlu pembelajaran intensif agar bisa membacanya dengan benar. Walaupun
sekarang teknologi sudah maju dan aplikasi belajar membaca Al-Qur’an sudah
banyak, akan tetapi hal tersebut tidak menjamin seseorang bisa membaca
Al-Qur’an dengan benar. Disamping kemajuan teknologi hanya bisa digunakan
terbatas pada kalangan tertentu, penggunaan aplikasi tersebut juga membutuhkan
bimbingan. Karena dalam belajar membaca Al-Qur’an perlu adanya Talaqqi (pertemuan
guru dan murid secara langsung) antara peserta didik dengan gurunya. Dengan
bertatap muka peserta didik bisa mendengar dan melihat secara langsung
bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, bagaimana cara membaca
hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidahnya.[5]
Allah
SWT memerintahkan agar Al-Qur’an dibaca dengan tartil. Sebagaimana firman-Nya:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ
تَرْتِيلًا (4) (المزمل:4)
Artinya:
“dan bacalah Al-Qur’an dengan
perlahan-lahan” (Q.S. al-Muzammil: 4)[6]
Nabi
muhammad sendiri menegaskan kewajiban untuk mendidik Al-Qur’an kepada
generasi-generasi penerus dalam haditsnya,
فقد روي عن علي رضي
الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( أدبوا أولادكم على ثلاث خصال : حُب
نبيكم ، وحب أهل بيته ، وقراءة القرآن ) أورده السيوطي[7]
“ Sungguh
telah diriwayatkan dari Ali R.A sesungguhnya Nabi SAW. berkata: “Didiklah
anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan
membaca Al-Qur’an” (diriwayatkan oleh Suyuti)
Pemerintah
juga menganjurkan kepada umat Islam di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an, hal tersebut tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Agama RI nomor 128 tahun 1982/44 A tahun 1982 menyatakan,
“Perlunya usaha peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an bagi umat Islam
dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.” Keputusan bersama ini ditegaskan pula oleh Instruksi Menteri
Agama RI nomor 3 tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan
baca tulis huruf Al-Qur’an.[8]
Pentingnya
mempelajari Al-Qur’an bagi kaum muslimin melahirkan berbagai lembaga pendidikan
Islam. Salah satunya adalah lembaga pendidikan Islam yang bergerak dibidang
pembelajaran baca Al-Qur’an.
Madrasah
Murottilil Qur’an (MMQ) Padakaton merupakan sebuah institusi non-formal yang
mengelola pembelajaran baca Al-Qur’an. Walaupun di desa padakaton terdapat beberapa
lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat pelajaran tajwid atau
tatacara baca Al-Qur’an akan tetapi alokasi waktu yang diperuntukkan untuk
pelajaran tajwid ini masih belum mencukupi.[9]
Sedangkan untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan benar sebagaimana dijelaskan
sebelumnya membutuhkan pembelajaran yang intensif tidak hanya penjelasan teori
tetapi juga praktek bacaannya.
Keunikan
dari MMQ Padakaton adalah penggunaan Al-Qur’an Rasm Utmani. Rasm Utsmani merupakan mekanisme
penulisan (kaidah-kaidah standar) yang disepakati penggunaannya untuk penulisan
Al-Qur’an pada masa Utsman bin ‘Affan. Diketahui bahwa penulisan Al-Qur’an
tidak hanya dilakukan pada masa Usman bin ‘Affan, pada masa Nabi Muhammad dan
pada masa Abu Bakar juga telah dilakukan penulisan Al-Qur’an. Tetapi pada masa
itu tidak hanya satu orang yang menulis dan ada beberapa dari tulisan Al-Qur’an
tersebut. Supaya perbedaan tersebut tidak berlanjut dan mengakibatkan adanya
beberapa versi Al-Qur’an akhirnya Utsman bin ‘Affan melakukan pemushafan
agar bacaan Al-Qur’an tetap terjaga. Ia memerintahkan supaya mengambil mushaf
yang ada di rumah Hafshoh dan memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam untuk
menyalinnya, kemudian dikirimkan ke wilayah-wilayah Islam pada masa itu. [10]
Dengan
penggunaan Al-Qur’an rasm utsmani dalam pembelajarannya MMQ Padakaton
berusaha untuk memperkenalkan terhadap masyarakat luas agar mengerti tulisan
Al-Qur’an yang masih terjaga keorisinilannya. Dan hal ini menjadi tantangan
bagi para pengajar karena masyarakat tidak terbiasa menggunakan Al-Qur’an rasm
utsmani atau bisa dikatakan tidak mengenalnya. Sedangkan peserta didik di
MMQ rata-rata anak-anak SD/MI kelas V sampai SMA kelas XII yang biasanya menggunakan
Al-Qur’an biasa. Sehingga memerlukan waktu untuk membiasakan menggunakan
Al-Qur’an rasm Utsmani.
Hal-hal
tersebut yang menyebabkan peneliti termotivasi untuk meneliti bagaimana
pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton tersebut dalam usahanya mengantarkan
peserta didik agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta
memperkenalkan, membiasakan peserta didiknya menggunakan Al-Qur’an rasm
Utsmani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pembelajaran membaca
Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran membaca
Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana strategi
pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
3. Mengetahui bagaimana evaluasi
pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton?
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup dari penelitian ini adalah latar belakang berdirinya MMQ Padakaton,
tujuan pembelajarannya, penyelenggaranya, peserta didik dan perekrutannya,
tempat pembelajaran, waktu pembelajaran, format materi ajar, tingkatan kelas,
evaluasi, masa pendidikan, pendekatan dan strategi pembelajaran yang digunakan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan rujukan bagi guru ataupun
calon guru terutama guru PAI dalam mengajar materi baca Qur’an.
2. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagaimana pembelajaran
membaca al-Qur’an yang efektif agar bisa meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan benar.
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran
Menurut
Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.[11]
Dalam pembelajaran terjadi komunikasi dua arah yaitu mengajar yang dilakukan
oleh pihak guru dan belajar yang dilakukan oleh pihak peserta didik. Dalam
penelitian ini pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an
di MMQ Padakaton.
2. Membaca Al-Qur’an
Membaca
merupakan proses interaksi antara pembaca, informasi yang dituangkan dalam
teks, dan karakteristik isi.[12]
Membaca Al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca
Al-Qur’an dalam kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton.
3. MMQ Padakaton
MMQ
Padakaton adalah singkatan dari Madrasah Murottilil Qur’an, sebuah institusi
non-formal yang bergerak dibidang pembelajaran membaca Al-Qur’an yang berlokasi di Musholla Sidorame JL. Kyai
Mimbar desa Padakaton kecamatan ketanggungan kabupaten Brebes Jawa Tengah.
G. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Arti Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
pembelajaran diartikan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.[13]
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.
Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi
tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan
mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Menurut
sadiman pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
Dengan kata lain upaya untuk menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.[14]
Sedangkan
menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang
terlibat dalam pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnyaseperti
tenaga laboratorium, materil meliputi
buku-buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio dan video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio
visual dan juga komputer. Prosedur-prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.[15]
Dengan demikian
dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses
perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku) yang menuntut
keaktifan guru untuk memodifikasi berbagai kondisi, melibatkan unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Proses Pembelajaran
Suatu
proses pembelajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan
kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukuran suksesnya mengajar syarat
utamanya adalah hasilnya, tetapi harus diingat bahwa dalam menilai itu pun
secara cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya.
Winarno
memaparkan bahwa proses pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar
mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di pendidikan. Jadi,
pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.[16]
Suryosubroto
dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah memaparkan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuka
pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode mengajar,
menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran.[17]
Langkah
lain yang tidak dapat dilewatkan dalam proses pembelajaran adalah proses
monitoring dan evaluasi sebagai langkah untuk memperoleh kejelasan tentang
output yang akan dicapai. Monitoring dilakukan sebagai upaya sekolah untuk
mengetahui pelaksanaan proses, apakah berjalan sesuai dengan rencana atau telah
menyimpang sebagai bahan evaluasi atau penilaian terhadap aspek-aspek yang
terjadi dalam pelaksanaan program.[18]
Mengenai
evaluasi, para ahli mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana
tujuan yang sudah tercapai.[19]
Proses
pembelajaran dalam pendidikan Islam tidak jauh beda dengan proses pembelajaran
pada umumnya, cuma dalam pendidikan Islam proses maupun hasil belajar selalu
berhubungan erat dengan keislaman, nilai-nilai islami selalu melandasi
aktifitas belajar, memberi nafas perubahan-perubahan yang terjadi serta
menjiwai aktifitas berikutnya. Secara sistematis hakikat belajar dalam kerangka
pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai berikut:[20]
Gambar Proses Pembelajaran Islami[21]
Keseluruhan
proses pembelajaran selalu berpegang pada prisnsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah
serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif. Perubahan yang dikehendaki
Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu dengan masyarakat dan
dengan khalik (habl min Allah wa habl min al-Nas), tujuan akhirnya
berupa pembentukan orientasi hidup secara menyeluruh sesuai dengan kehendak
Tuhan yaitu mengabdi kepada Tuhan (ubudiyah) dan konsisten dengan
kekhalifahannya (khalifahtullah fi al-Ardi).[22]
2. Membaca Al-Qur’an
Membaca
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).[23]
Menurut
Hari membaca merupakan interprestasi yang bermakna dari simbol verbal yang
tertulis atau tercetak. Adapun menurut Tampubolon menjelaskan bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan.[24]
Berdasarkan
beberapa pengertian membaca yang telah diungkapkan diatas maka jelaslah bahwa
membaca adalah proses yang bersangkut paut dengan bahasa untuk mengenal dan
memahami lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Kegiatan membaca ini
terkait dengan; pengenalan huruf atau aksara, bunyi dari huruf atau rangkaian
huruf-huruf, dan makna atau maksud terhadap suatu bacaan.
Oleh
karena itu, untuk dapat membaca seseorang harus mengenal lambang-lambang dan
bunyi huruf yang digunakan untuk mengartikan bahasa secara lisan. Berkenaan
dengan penelitian, kegiatan membaca ini tidak mencakup secara keseluruhan dari
aspek membaca yang telah dirumuskan di atas, melainkan terbatas pada pemahaman
terhadap lambang dan bunyi huruf hijaiyah.
Wahyu
pertama yang turun yaitu Surah al-Alaq ayat 1-5 kata pertama adalah “Iqro’” yang
artinya bacalah walaupun maksud dari kata Iqro tersebut membaca
ayat-ayat Allah yang tertulis maupun yang tidak tertulis, tetapi tidak berarti
kemampuan membaca apa yang tertulis itu dikesampingkan .Al-Qur’an sendiri
artinya bacaan yang sudah semestinya umat Islam mempelajari kaidah-kaidah dalam
membaca kitab sucinya.
Dalam
kitab al-Wadlih fi Ahkaam al-Tajwid dijelaskan bahwa ada beberapa
tingkatan dalam membaca Al-Qur’an, antara lain:[25]
a. Tahqiq,
yaitu membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan tenang sekaligus menghayati
maknanya dan menjaga hukum-hukum bacaan. Tingkatan ini baik dilakukan oleh
pemula atau orang yang sedang belajar membaca Al-Qur’an untuk membiasakan lidah
mereka dan memantapkan hukum-hukum bacaan
b. Hadru,
yaitu membaca cepat namun tetap menjaga kaidah-kaidah tajwidnya
c. Tadwir,
yaitu membaca antara tahqiq dan hadru tidak terlalu cepat tetapi
tidak pelan juga dengan tetap menjaga kaidah-kaidah tajwid
H. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya.[26]Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Menurut Bodgan dan Taylor metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.[27]
Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan
peristilahannya.[28]
Penelitian
ini juga berdasarkan tingkat penjelasannya akan menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang[29].
2. Sumber Data
Ada
dua sumber data yang digunakan oleh peneliti, yaitu sumber data primer dan
sekunder.
a. Data Primer
Data
primer ini diambil dari informan kunci yaitu pengurus madrasah dan peserta
didik
b. Data Sekunder
Data
sekunder diperoleh dari beberapa sumber seperti wali dari peserta didik,
tokoh-tokoh ulama setempat dan masyarakat sekitar
3. Instrumen Penelitian
Peneliti
merupakan istrumen inti dalam penelitian ini, untuk memperoleh data peneliti
menggunakan alat pengumpul data, antara lain:
a. Observasi
Observasi
merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati
perilaku subyek dalam situasi tertentu.[30]Observasi
ini dilakukan agar peneliti bisa mengetahui dari dekat kondisi riil
pembelajaran baca Al-Qur’an yang berlangsung di MMQ padakaton.
b. Wawancara
Wawancara
adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam wawancara terjadi kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dengan
sumber informasi (interviewee).[31]Peneliti
akan melakukan wawancara secara langsung kepada informan yang terlibat dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an di MMQ Padakaton dan juga informan-informan lain
yang terkait.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip,
termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.[32]
4. Metode Analisis Data
Analisis
data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis
transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar
peneliti dapat menyajikan temuannya.[33]analisis
data ini akan dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari
awal sampai akhir penelitian.
Analisis
data di lapangan dilakukan dengan cara menggembangkan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah untuk mempertajam
data dan mereview data selama tahap pengumpulan, baik dengan memberikan tanda
atau garis bawah terhadap kata-kata atau ungkapan penting yang disampaikan oleh
subyek ketika wawancara dan juga membuat catatan-catatan singkat disamping
catatan lapangan.
Analisis
setelah semua data-data yang dibutuhkan terkumpul dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca kembali bahan-bahan yang
dikumpulkan, kemudian dibuat rangkuman-rangkuman dari data tersebut
b. Memberikan sandi atau kode data-data
tersebut
c. Mengelompokkan data, dengan cara
menyusun data sesuai dengan kategori masing-masing
d. Membaca kepustakaan yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian
Metode
pengolahan data yang dipakai adalah metode deskriptif analitik, yaitu
setelah data terkumpul, kemudian diklasifikasikan, sesuai dengan masalah yang
dibahas dan dianalisa isinya (content analysis). Atau membandingkan data
yang satu dengan yang lainnya, kemudian diinterpretasikan dan akhirnya diberi
kesimpulan.[34]
I. Sistematika Penelitian
Untuk
memudahkan penyusunan penelitian skripsi nanti peneliti membuat sistematika penelitian
sebagai berikut:
Bab
I, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab
II, memuat kajian pustaka yang meliputi hakikat pembelajaran dan membaca
Al-Qur’an
Bab
III, memuat metode penelitian yang berisi desain dan pendekatan penelitian,
lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
Bab
IV, laporan hasil penelitian, pada bab ini dibahas temuan-temuan penelitian
disertai analisisnya.
Bab
V, kesimpulan dan saran, berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran
berkaitan dengan hasil penelitian tersebut.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2009, Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto
, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), 2002,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Basrowi
dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 2008, Jakarta: Rineka Cipta
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002, Surabaya: Al-Hidayah
Julius C Rumpak, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002, Jakarta: Balai Pustaka
Moleong,
Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, 2010, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Muhammad ‘Ishom, Al-Waadlih
fi Ahkaam al-Tajwiid, TT, Daar al-Nafa’is
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, 2010, Jakarta: Kalam Mulia
Sholih,
Shubkhy, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, 1988, Beirut: Daar al-Ilmi li
al-Malayiin
Sudjana,
Nana dan Ibrahim, Penelitian dan
Penilaian Pendidikan, 2009, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suryosubroto,
Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 2009, Jakarta: Rineka Cipta
Syarifuddin,
Ahmad, Mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai Al-Qur’an, 2004,
Jakarta: Gema Insani Press
Tampubolon,
Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak, 1993, Bandung:
Angkasa
Warsita,
Bambang, Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya), 2008,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wiyono,
Bambang Budi, Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Action Research) 2008, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang
Zainuddin,
at-Taisir bi Syarkhi al-Jami' ash-Shoghir, 1988, Riyadh:Maktabah al-Imam
asy-Syafi'I (Maktabah Syamilah)
Zuriah, Nurul, Metodologi
Penelitian Sosial dan Pendidikan, 2006, Jakarta: PT. Bumi Aksara
[1] Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (fungsi dan peran wahyu
dalam kehidupan masyarakat), 1994, Bandung: Mizan, hlm.33
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002,
Surabaya: Al-Hidayah, hlm. 385
[3] Quraish Shihab, Op. Cit. hlm.40
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002,
Surabaya: Al-Hidayah. hlm. 904
[5] Muhammad ‘Ishom, Al-Waadlih fi Ahkaam al-Tajwiid, TT, Daar
al-Nafa’is, hlm.12-13
[6] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2002,
Surabaya: Al-Hidayah. hlm. 846
[7] Zainuddin, at-Taisir bi Syarkhi al-Jami' ash-Shoghir, 1988,
Riyadh:Maktabah al-Imam asy-Syafi'i, hlm. 53 (Maktabah Syamilah)
[8] Syarifuddin, Ahmad, Mendidik anak membaca, menulis, dan
mencintai Al-Qur’an, 2004, Jakarta: Gema Insani Press, hlm.41
[9]Tajwid adalah Ilmu yang membahas cara-cara membaca Al-Qur’an
[10] Sholih, Shubkhy, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, 1988, Beirut:
Daar al-Ilmi li al-Malayiin, hlm.78
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2010, Jakarta: Kalam
Mulia, hlm.239
[12] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi
Pendidikan (Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu), 2007, Bandung: PT. Imperial
Bhakti Utama, hlm.245
[13] Julius C Rumpak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002,
Jakarta: Balai Pustaka, hlm.17
[14] Bambang, Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya),
2008, Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm.85
[15] Ramayulis, Loc. Cit.
[16] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, 2009,
Jakarta: Rineka Cipta, hlm.29
[17] Ibid. hlm. 32
[18] Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju
Sekolah Efektif, 2010, Bandung: Bumi Aksara, hlm. 6
[19] Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2009,
Jakarta: Bumi Aksara, hlm.3
[20] Ramayulis, Op. Cit. hlm.241
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Julius C Rumpak, Op. Cit. hlm.83
[24] Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak,
1993, Bandung: Angkasa, hlm.62
[25] Muhammad ‘Ishom, Op. Cit, hlm.11
[26] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktek), 2002, Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 136
[27] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2010, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, hlm. 4
[28] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 2008,
Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 21
[29] Ibrahim, Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
2009, Bandung: Sinar Baru Algensindo, hlm. 64
[30] Bambang, Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan Action Research), 2008, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, hlm.48
[31] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
2006, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.179
[32] Ibid. hlm.191
[33] Ibid. hlm.110
[34] Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, 1993, Jakarta:
Rajawali Press, hlm. 87
No comments:
Post a Comment