Friday, March 28, 2014

Filsafat Ilmu


Rekonstruksi Latar Belakang Lahirnya dan Berkembangnya Filsafat


MAKALAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Syamsul Arifin, MA

Disusun Oleh:
RORA RIZKY WANDINI

 








PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober 2012



















DAFTAR ISI

                                                                                                         
KATA PENGANTAR                                                                             
DAFTAR ISI                                                                                                  
BAB I PENDAHULUAN                                                                            
1.      Latar Belakang                                                                                    
2.      Tujuan Pembahasan                                                                             
3.      Rumusan Masalah                                                                               
BAB II Latar Belakang Lahirnya Filsafat dan Perkembangannya              
1.      Pengertian Filsafat                                                                             
a.    Pengertian Filsafat yang berkembang dari masa ke masa              
b.   Pengertian filsafat menurut beberapa ahli yang terkadang membawa perbedaan           
c.    Kata filsafat yang digunakan untuk menunjuk objek yang berbeda                   
2.      Sebab Timbulnya Filsafat                                                                    
3.      Sejarah Perkembangan Filsafat                                                           
BAB III PENUTUP                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA                                                                                    

KATA PENGANTAR

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الانبياء والمرسلين سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين. أما بعد                                                                                                       
Alhamdulillah saya haturkan kehadirat Allah Swt, sebab atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyusun makalah yang sederhana ini, salawat dan salam juga tak lupa senantiasa saya curahkan keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu serta untuk mengetahui pembahasan tentang Rekonstruksi Latar Belakang Lahir dan Berkembangnya Filsafat, kemudian saya mengucapkan pula terimakasih atas segala transfer ilmu pengetahuan dan atas bimbingan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat penyusunan makalah yang sangat sederhana ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah membantu sampai makalah ini dapat saya sajikan di forum diskusi yang ilmiah ini.
         Saya juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini.
            Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Malang, 21 oktober 2012                   
Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Sehingga seorang filsuf berkata, ada orang yang tahu di tahunya, ada orang yang tahu di tidaktahunya, ada orang yang tidak tahu di tahunya, ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya. Pengetahuan dimulai dari rasa tidak tahunya, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya .[1]
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi, selain dia tertengadah ke bintang- bintang dia juga membongkar tempat berpijak secara fundamental dan dia mampu berspekulasi dengan itu. Sehingga filsafat memiliki karakteristik berfikir yang  menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
Filsafat timbul karena adanya khayalan dan imajinasi, kebimbangan atau keraguan yang menimbulkan pertanyaan, masalah dan kemudian rasa ingin tahu akan sesuatu yang bermuara pada sebuah  renungan kebijakan sesuatu kebenaran. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Objek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
2.      Rumusan Masalah
  1. Apa itu filsafat.....?
  2. Apa yang mendorong timbulnya filsafat....?
  3. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat dari zaman yunani kuno sampai pasca modern........?
3.      Tujuan Pembahasan
  1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
  2. Untuk mengetahui apa yang mendorong timbulnya filsafat
  3. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan filsafat dari zaman yunani kuno sampai pasca modern









BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Filsafat
a.    Pengertian Filsafat yang berkembang dari masa ke masa
Mula-mula filsafat diartikan sebagai the love of wisdom atau love of wisdom. Pada fase ini filsafat berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi orang bijak atau sifat orang yang ingin atu cinta kepada kebijakan. Pada fase ini filsafat juga berarti kerja seseorang yang ingin menjadi orang yang bijak. Jadi, yang pertama fisafat sebagai sifat dan yang kedua filsafat sebagai kerja.[2]
Menurut  Hasbullah Bakry  yang di kutip oleh  Prof. Dr.  Ahmad Tafsir dalam bukunya filsafat umum  masih pada fase ini, yaitu pada Aritoteles misalnya pengertian filsafat sangat umum dan luas sekali. Waktu  itu usaha dalam mencari kebenaran dinamakan filsafat, begitu pula hasil dari usaha tersebut. Dikatakan luas sekali karena semua pengetahuan, termasuk special science, tercakup dalam filsafat. Akibatnya defenisi Aritoteles tidak dapat dipahami oleh pelajar pada zaman sekarang ini karena special science telah dikotomi dengan filsafat.
Defenisi filsafat dalam kamus Runes yang dikutip oleh Prof. Dr. Ahmad Tafsir adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang merupakan prinsip umum yang disana seluruh kenyataan dapat dijelaskan, telah membedakan pengetahuan rasional dengan pengetahuan empiris. Perkembangan selanjutnya pengertian filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berfikir untuk memenuhi kesenangan intelektual. Pada fase ini pengertian filsafat jauh lebih sempit dari pada pengertian Aritoteles tadi. Tugas filsafat pada masa ini menurut Russel itu ialah menjawab pertanyaan yang tinggi, yaitu pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh sains. Argumen ini berbeda dengan W. James yang menyatakan bahwa filsafat ialah kumpulan pertanyaan yang belum pernah terjawab secara memuaskan.[3]

b.   Pengertian filsafat menurut beberapa ahli yang terkadang membawa perbedaan
Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat, dan terakhir ini dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri. Defenisi James melihat  konotasi filsafat pada  pemikiran tentang sesuatu yang tidak dapat lagi diusahakan oleh sains karena itu filsafat disimpulkan sebagai kumpulan dari pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains secara memuaskan. Russle melihat konotasi filsafat pada sifat dan objek filsafat. Keyakinan seorang tokoh filsafat, juga keadaan ia beragama, selalu tersalurkan kedalam kata- kata yang digunakannya untuk menjelaskan pengertian filsafat. Pengertian filsafat yang dikemukakan Pythagoras yang menunjukkan pandangan hidupnya. Ia mengutamakan sophia sebagai perenungan tentang ketuhanan.[4]
Defenisi filsafat dari paparan di atas bisa dinyatakan dengan sebuah masalah, masalah disini ya masalah falsafi yang memiliki arti pembelajaran yang mempelajari segala fenomena alam dan kajiannya dengan manusia  secara universal maupun radikal.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.[5]
Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis”.[6]
Banyak ahli yang mendefenisikan filsafat yang tentunya antara ahli filsafat satu dengan ahli filsafat yang lain memiliki argumen yang berbeda. Di dalam sistematika filsafat ”menurut Hasbullah Bakry yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Suhar AM, M.Ag dalam bukunya filsafat umum konsepsi, sejarah dan aliran  menyebutkan beberapa defenisi para ahli sebagai berikut : a. Plato (427- 348 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. b. Al- Farabi (870 M- 950 M) Filsafat adalah pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya. c.Descartes ( 1590 M- 16950 M) Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, manusia menjadi pokok penyelidikan, dll.”[7]
Dari beberapa defenisi yang diungkapkan oleh para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa filsafat adalah sebuah wacana pemikiran yang diawali dari khayalan, kebimbangan, problem dari sesuatu yang mana jawabanna tidak dapat dijawab oleh sains, melainkan diperlukan renungan- renungan, serta kebijakan intelektual untuk mencari kebenaran sesuatu yang sesungguhnya.


c.       Kata filsafat yang digunakan untuk menunjuk objek yang berbeda
Menurut Ahmad Tafsir dalam buku filsafat umum  mengklasifikasikan kata filsafat yang digunakan untuk menunjuk suatu objek, pertama, istilah filsafat digunakan sebagai nama bidang pengetahuan, yaitu pengetahuan filsafat, suatu bidang pengetahuan yang ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam. Kedua, istilah filsafat digunakan untuk menamakan hasil karya. Hasil karya yang mendalam dari plato disebut filsafat plato, pengetahuan mendalam ibnu rusyd disebut filsafat ibnu rusyd begitu selanjutnya. Ketiga, istilah filsafat telah digunakan juga untuk menunjukkan nama suatu keyakinan. Mulder misalnya, pernah mendefenisikan filsafat sebagai sikap terhadap pejuangan hidup. Keempat, istilah filsafat digunakan untuk memberi nama suatu usaha, contohnya defenisi dari Lengelveld, disini filsafat berarti berfilsafat. Kelima, istilah filsafat digunakan untuk menamakan orang yang cinta kepada kebijakan dan ia berusaha mencapainya. Disini kata ”ia filosof”  berarti ia pencinta dan pencari kebijakan.[8]

2.      Sebab Timbulnya Filsafat
Hatta dalam bukunya Alam Pikiran Yunani, di kutip oleh Ahmad tafsir  menulis sebagai berikut : “ Tiap bangsa betapapun biadabnya, mempunyai dongeng takhayul. Ada yang terjadi dari kisah perintang hari, keluar dari mulut orang yang suka bercerita. Ada yang terjadi dari muslihat menakut- nakuti anak supaya ia tidak nakal. Ada pula yang timbul dari keajaiban alam yang menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu orang menyangka alam itu penuh dengan dewa- dewa. Lama kelamaan timbul berbagai fantasi. Dengan fantasi itu manusia dapat menyatukan ruhnya dengan alam sekitarnya. Orang yang membuat fantasi itu tidak ingin membuktikan kebenaran fantasinya karena kesenangan ruhnya terletak pada fantasinya itu. Tetapi kemudian ada orang yang ingin mengetahuinya lebih jauh. Diantaranya ada orang yang tidak percaya, ada yang bersifat kritis, lama kelamaan timbul keinginan kepada kebenaran”. [9]
Dari kutipan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu dongeng dan takhayul, serta rasa takjub atau kesenangan akan sesuatu dapat menimbulkan filsafat, karena diantara orang-orang ada orang yang tidak percaya, kritis dan ingin mencari kebenaranna.

3.      Perkembangan Filsafat dari Masa ke Masa
  1. Zaman Yunani Kuno ( 600 SM- 200 M)
Pada zaman yunani kuno terdapat 3 priode masa sejarah filsafat yaitu awal, keemasan serta masa Helenitas dan Romawi[10].
  1. Masa awal filsafat yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama fisafat yang berasal dari daerah miletos yaitu, Thales, Anaximandros, dan Anaximenes.  Selain tiga nama tersebut, beberapa nama dari daerah lain, seperti Herakleitos dari Ephesos, Ptyhagoras di Italia Selatan, Parmeindes dari Elea dan Demokritos dari Abdera
Thales diberi gelar bapak filsafat karena dialah orang yang mula- mula berfilsafat. Dengan mengajukan pertanyaan yang paling mendasar yaitu what is the nature of the world stuff? Ia menjawab bahwa alam itu terdiri dari air, air sesuatu yang sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan, dan bumi itu terapung diatas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia, karena udara merupakan sumber dari kehidupan[11].
  1. Masa keemasan yunani kuno ditandai oleh sejumlah nama besar yang sampai sekarang tidak pernah dilupakan oleh kalangan pemikir, termasuk pemikir masa kini yang berbeda pendapat sekalipun. Nama besar yang pertama dipimpin Perikles yang tinggal di Athena. Athena menjadi pusat penganut berbagai aliran filsafat yang ada pada masa itu. Pada masa itu terdapat pula pemikiran sofistik yang penganutnya disebut kaum sodis yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian utama pada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studyna, dan tokohnya adala Protogoras dengan pemahamannya memperlihatkan sifat- sifat relativisme atau kebenaran bersifat relatif.
  2. Masa Helenitas dan Romawi adalah suatu masa yang tidak dapat dilepaskan dari peranan raja Alexander Agung. Raja ini telah mampu mendirikan negara besar yang tidak sekedar meliputi seluruh yunani, tetapi daerah- daerah sebelah timurnya. Kebudayaan yunani menjadi kebudayaan supranasional. Kebudayaan yunani ini disebut kebudayaan helenitas. Dalam bidang kebudayaan selain academica lykeion dibuka juga sekolah- sekolah baru yang menjadi tekanan pembelajarannya ialah masalah etika, yaitu bagaimana sebaiknya orang mengatur tingkahlakunya  agar dapat hidup bahagia dalam kehidupan bersama. Ada sejulah aliran pada masa ini seperti, stoisisme, epikurisme, skepitisme, elektisisme dan neoplatonisme.

b.      Zaman Patristik dan Pertengahan ( 200 M- 1600 M)
Zaman ini sering dianggap sebagai zaman dimana filsafat begitu erat, bahkan berada dibawah naungan agama. Zaman ini dibagi ke dalam 4 priode yaitu zama patristic, zaman awal skolastik, zaman keemasan skolastik dan zaman akhir abad pertengahan[12].

 1. Zaman Patristik
Istilah patristic berasal dari bahasa latin pater yang berarti bapak. Adapun yang dimaksud bapak disini adalah para pemimpin gereja yang diambilkan dari golongan atas atau ahli pikir. Ketika peradaban yunani sudah tersebar dikalangan mereka para ahli pikir dari pemimpin gereja berbeda pendapat mengenai perlu tidaknya filsafat yunani digunakan oleh kalangan pemimpin gereja untuk ikut mewarnai peraturan- peraturan atau kebijakan- kebijakan yang mereka keluarkan. Adapun pendapatnya yaitu:
1)        Segolongan orang menolak filsafat yunani dengan alasan karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman tuhan,, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti filsafat yunani.
2)        Segolongan orang yang menerima filsafat yunani sebagai kegijaksanaan yang diambil. Adapun argumen yang mereka kemukakan ialah bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat yunani hanya diambil metodenya saja( tata cara berfikir). Jadi, memakai/ menerima filsafat yunani diperbolehkan selama dalam hal- hal tertentu tidak bertentangan dengan agama. Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang- orang yang menerima filsafat yunani menuduh bahwa mereka itu munafik. Kemudian, orang- orang yang dituduh munafik itu menyangkal bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah, dan pembelaan dari orang- orang yang menolak filsafat yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar- benar hidup sejalan dengan tuhan.”[13]

Beberapa nama perlu ditampilkan dalam uraian singkat ini, yaitu, Yustinus Marty yang menyebut dirinya seorang filosof. Ia berpendapat bahwa filsafat yang digabung ide- ide keagamaan akan menguntungkan, esensi dari pengetahuan ialah pemahaman tentang tuhan.[14] Klemens ( 150- 215) menyatakan bahwa memahami tuhan bukanlah dengan keyakinan irasional, melainkan melalui disiplin pemikiran rasional. Selain itu ada juga Origenes yang merupakan murid dari Klemens menurutna tuhan adalah transendens yang berarti konsep tuhan berada diluar alam, tidak terjangkau oleh pemikiran rasional manusia.[15]
Sekitar abad ke 4, zaman keemasan patristik latin terjadi, tokoh yang paling dikenal adalah Augustinus (354-430), dia adalah pemikir besar untuk seluruh zaman patristik, adapun kekuatan dan kelemahan pemikirannya adalah bahwa pemikirannya merupakan integrasi dari teologi kristen dan pemikiran filsafatnya, namun dia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan filsafat itu otonom atau lepas dari iman kristiani.[16]
2.  Zaman Awal Skolastik
Zaman ini dimulai dari terjadinya perpindahan penduduk yaitu perpindahan bangsa Hun dari asia masuk ke eropa sehingga bangsa jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran romawi yang secara politik sudah mengalami kemerosotan. Karena situasi yang ricuh tidak banyak pemikir filsafat yang patut di tampilkan pada masa ini. Namun ada beberapa toko dan situasi penting yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini yaitu ahli pikir boethius yang dijuluki sebagai guru logika dengan karyanya menerjemahkan beberapa traktat logika aritoteles. Karena karyana itu dia dihukum mati dengan tuduhan berkomplot. Selain itu ada Karel Agung dan Thomas Aquinus yang menyatakan bahwa abad ke 13 ilmu pengetahuan adalah pembantu teologi, ini sejalan dengan pemikiran Augustinus.[17]
Abad ke 13 ini merupakan zaman keemasan skolastik, pada zaman ini filsafat dipelajari dalam hubungannya dengan teologi, tidak berarti bahwa wacana filsafat hilang. Pada abad ini dibangun sintesis filosofis yang pentig yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu, didirikannya universitas- universitas serta dibentuknya ordo baru, dan digunakannya karya filsafat yang sebelumnya tidak dikenal.[18]

3.    Zaman Akhir Abad Pertengahan
Pada akhir abad ke-14 terjadi sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran yang mensintesiskan pemikiran filsafat dengan teologi. Filsafat abad pertengahan ini diawali oleh boethius dan diakhiri oleh nicolaous cusanus( 1401- 1464) yang membedakan tiga macam pengenalan yaitu pancaindra, rasio dan intuisi.[19]
Pada abad pertengahan ini filsafat berwatakkan agama( kristen), agama merupakan simbol dari sebuah revolusi.
c.       Zaman Modern ( 1600 M- 1800 M)
Pada masa ini filsafat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu :
1.      Rasionalisme, empirisme dan kritisme dengan beberapa tokohnya Descartes, Wolf dan Leibnitz menyatakan bahwa ilmu pengetahuan memiliki landasan yang jelas atau pengetahuan itu bersifat apriori, dan secara empirisme denyatakan oleh john locke, berkeley dan hume bahwa dasar pengetahuan itu adalah sensasi yang berasal dari stimulus dan pengalaman, sedangkan menurut kant dengan kritismenya ilmu pengetahuan harus memiliki kepastian sehingga rasionalisme adalah benar, ia juga menuntut bahwa ilmu pengetahuan itu harus maju dan berkembang, oleh karena itu ia menganggap kaum empirisme juga benar. Oleh karena itu dia mengajukan sintesis apriori sebagai syarat untuk ilmu pengetahuan yang didasarkan oleh dua hal yaitu Ding an sich yang didapat dari luar dan das Ding feur mich yaitu sintesis diri sendiri.[20]
2.      Dialetika idealisme dan dialetika matrealisme merupakan hasil pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel ( 1770- 1831). Terdapat beberapa hal penting dari pandangan hegel yang menyatakan realitas itu bersifat rasional dan rasional bersifat nyata, selain itu yang dianggap penting olehnya adalah dialetika yang merupakan usaha mendamaikan, mengompromikan dua pandangan atau lebih. Pendapatnya ini sejalan dengan Heraklaeitos yang menyatakan pertentangan adalah bapak dari segala hal, sehingga filsafat di bagi menjadi 3 bagian yaitu, 1. Logika ialah bagian filsafat yang memandang roh dalam diri sendiri. 2. Filsafat alam memandang roh yang sudah ada Filsafat alam menggambarkan bagaimana roh dapat kembali pada diri sendiri.[21] Berdasarkan dialetika matrealisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu matrealisme ilmiah dan matrealisme yang bersifat filsafat.[22]
Pada zaman modern ini filsafat tidak lagi berwatakan agama ataupun penguasa tetapi lebih bersifat individualitas.
d.      Zaman Baru ( 1800 M- 1950 M)
Seorang ahli berpendapat bahwa fenomenologi hanya sebuah gaya berfikir, bukan suatu mahzab filsafat atau suatu metode dalam mengamati memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu dari pada sebagian pendirian atau suatu aliran filsafat. Dalam pengertiannya sebagai metode Kant dan Husserl berpendapat bahwa apa yang kita amati adalah sebuah fenomena bukan neumenon, dengan demikian  apa yang kita amati menjadi tidak murni sehingga diperlukannya reduksi.[23]
Eksistensialisme merupakan hasil pemikiran soren kierkegaard yang dikenal sebagai perlawanan atas materialisme dan idealisme, yang memiliki ciri pribadi bahwa manusia mengerti berkehendak dan berkarsa bebas, serta memiliki paham kesusilaan dan berupaya membangun kebudayaannya sendiri.[24]
Pada zaman baru ini filsafat merupakan sebuah metode untuk mencapai kebenaran yang dimana manusia tu bukan hanya objek bukan pula kesadaran, tetapi manusia menyatu dalam stuktur sehingga selalu mengkonstruksi.
e.       Pasca Modern ( 1950-Sekarang)
Perkembangan pasca moderenisasi merupakan aliran filsafat yang lahir pada awal abad ke 20 atau pertengahan abad 20. Di pasca modern ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu pasca moderinitas merupakan suatu era yang menampilkan ketidak percayaan atas mempuninya pengetahuan dan penelitian ilmiah, yang mana terdapat kecenderungan disentralisasi menuju konteks sosial yang heterogen dengan ciri fleksibelitas dan perubahan.
Pasca modernisme, merupakan ekspresi penjabaran antara realitas dan fiksi oleh media, dan pemikiran pasca modern adalah pemikiran yang mengganti konsepsi ketidak bergantungan realitas dari peneliti dari ide- ide tentang bahasa sebagai hal yang sebenarnya mengandung stuktur realitas sosial presfektial. Namun pada dasarnya pasca modern merupakan sangkalan atas beberapa abad modern, khususnya menyangkut filsafat, ilmu pengetahuan dan nasionalitas.[25] Tokoh pada abad ini adalah Newton, Bacon dan Descartes yang memperlihatkan keterangan benalar yang tidak terbebani oleh kekuasaan dan bias.
Para pasca modernisasi ini meyakini bahwa realitas diciptakan manusia dan kelompok orang dalam berbagai konteks pribadi histori, dan kultural. Pasca moderenisasi ini memiliki banyak kesamaan tidak hanya dengan romantisme, eksistensialisme, dan aspek- aspek psikologi james tetapi dengan filsafat- filsafat dari kelompok sofis dan skeptis[26]. Jadi perkembangan filsafat pada pasca modern ini mengacu kepada keyakinan yang relevan bahwa tidak ada denominator, semua bersifat objektif dan semua sistem manusia beroperasi.

BAB III
PENUTUP

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kalau ilmu diibiratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki berbagai cabang pemikiran, ranting pemahaman, serta buah solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon tersebut berpijak dan tumbuh. Filsafat timbul karena adanya khayalan dan imajinasi , kebimbangan atau keraguan yang menimbulkan pertanyaan, masalah dan kemudian rasa ingin tahu akan sesuatu yang bermuara pada sebuah  renungan kebijakan sesuatu kebenaran. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Objek materinya semua yang ada.
Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal. Filsafat pertama kali muncul di yunani dikarenakan di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Pada abad pertengahan filsafat berwatakkan teologis ( kristen), agama merupakan simbol dari sebuah revolusi.
Pada zaman modern filsafat tidak lagi berwatakan agama ataupun penguasa tetapi lebih bersifat individualitas. Pada zaman baru ini filsafat merupakan sebuah metode untuk mencapai kebenaran yang dimana manusia tu bukan hanya objek bukan pula kesadaran, tetapi manusia menyatu dalam stuktur sehingga selalu mengkonstruksi. Perkembangan filsafat pada pasca modern ini mengacu kepada keyakinan yang relevan bahwa tidak ada denominator, semua bersifat objektif dan semua sistem manusia beroperasi.


DAFTAR PUSTAKA


Suhar. Filsafat Umum Konsepsi , Sejarah dan Aliran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2009
Surialasumantri, Jujun S.. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Bogor : Sinar Harapan, 19982
Tafsir, Ahmad.  Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Bandung: Rosda Karya, 2008.
Wiramihardja, Sutardjo A.. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2007
www. Sejarah dan Perkembangan Filsafat. Diposkan oleh Sa'ada Dyah sabtu 02 agustus 2008.


[1] Jujun S. Surialasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. ( Bogor : Sinar Harapan, 19982). h . 19.
[2] Ahmad Tafsir.  Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, ( Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 12
[3] Op Cit.
[4]  Ibid. h. 13.
[5] www. Sejarah dan Perkembangan Filsafat. Diposkan oleh Sa'ada Dyah sabtu 02 agustus 2008 08:44    Label: Filsafat Barat Kontemporer. Di ambil pada hari sabtu tanggal 20 oktober 2012
[6] Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika Aditama, 2007).  h.9
[7] Suhar. Filsafat Umum Konsepsi , Sejarah dan Aliran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2009). h . 9
[8]  Ibid. 13
[9] Ibid. h. 14
[10] Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika Aditama, 2007).  h. 46
[11]  Ahmad Tafsir.  Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, ( Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 48
[12] . Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika Aditama, 2007).  h. 52.
[13] Suhar. Filsafat Umum Konsepsi , Sejarah dan Aliran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2009). h. 200.
[14] Ibid. h.53
[15]  Ibid. h. 202
[16] Ibid. h.54
[17] Ibid. h.55
[18] Ibid. h.57
[19] Ibid. h. 59
[20] Ibid. h. 61
[21]  Ibid. h. 63
[22] Op Cit
[23] Ibid. h. 66
[24] Ibid. h. 67
[25] Ibid . h.71
[26] Ibid. h. 73

1 comment: