REVISI MAKALAH
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang dibimbing oleh Prof. DR. Syamsul Arifin M.Si
Kelompok III : JUMIATI
Kelas : B
NIM :
12760006
PROGRAM
STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Januari
2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang
sangat pantas penulis ucakan kepada Allah swt karena bimbingannyalah maka
penulis bisa menyelesaikan sebuah Makalah berjudul “Pengertian dan Ruang
Lingkup Filsafat Ilmu”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian
ini, khususnya kepada : Bapak Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si selaku dosen mata
kuliah filsafat ilmu yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa
memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Banjarmasin, Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pengertian Filsafat Ilmu ....................................................................................... 3
1. Pengertian Filsafat ........................................................................................... 3
2. Pengertian Ilmu ................................................................................................ 4
3. Pengertian Filsafat Ilmu ................................................................................... 5
4. Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu ................................................... 6
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu ............................................................................... 8
1. Komponen Filsafat Ilmu ................................................................................ 8
2. Objek Filsafat Ilmu ........................................................................................ 12
3. Tujuan Filsafat Ilmu ....................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15
A.
Kesimpulan
........................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Filsafat dan
ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara subtansial maupun
historis, hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas dari sebuah peranan
dari filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang memperkuat keberadaan
dari filsafat itu sendiri. Kelahiran filsafat di Yunani mengubah pola pikir
bangsa Yunani dari pandangan yang mitos menjadi rasio. Dengan filsafat pula
pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah menjadi pola pikir
yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari
pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama itu
ditakuti sekarang didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar
adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan
perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang berusaha mencerminkan segala
sesuatu secara dasar dengan berbagai persoalan mengenai ilmu
pengetahuan, landasan dan hubungan dari segala segi kehidupan manusia. Filsafat
ilmu merupakan penerus dalam pengembangan filsafat pengetahuan, itu disebabkan
pengetahuan tidak lain adalah tingkatan yang paling tinggi dalam perangkat
pengetahuan manusia.
Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela
ilmu pengetauan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu
untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt.
Berdasarkan hal di atas, maka
makalah ini akan menguraikan pengertian dari filsafat ilmu, dan ruang lingkup
dari filsafat ilmu tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apakah pengertian filsafat ilmu?
2.
Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
filsafat ilmu.
2.
Untuk mengetahui ruang lingkup
filsafat Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Ilmu
Pengertian filsafat ilmu dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan,
antara satu ahli filsafat dan yang lainnya selalu berbeda pendapat dan hampir
sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Oleh karena itu pengertian
filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan
terminologi. Akan tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan
lebih baiknya kita mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.
1.
Pengertian Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa
Yunani yaitu philosophia. Kata philosopia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang khusus dari seorang filsuf adalah pecinta atau
pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras
(496-582 SM).[1]
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-Farabi
mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang
perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant mengartikan
filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang
di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai suatu
sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai kelompok
persoalan, sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna, dan
sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau
fenomena akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut.
2.
Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima,
ya’lamu, ‚ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti,
memahami benar-benar, seperti ungkapan berikut علم اصموعى درس الفلسفة (Asmu’i telah memahami
pelajaran filsafat).[2] Dalam bahasa Inggris ilmu
disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui),
dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.[3]
Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah :
a)
Ralph Ross
dan Ernest Van Den Haag, mendefinisikan ilmu
adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik.
b)
Ashley
Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers
University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
c)
Harsojo, Guru
Besar Antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang sistematikan, suatu pendekatan atau metode terhadap
seluruh dunia empiris, dan suatu cara untuk menganalisis.
d)
Afanasyef, seorang
pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat dan pikiran.
Dari beberapa
pendapat tentang ilmu menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu
adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu yaitu
sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan
kumulatif.
3.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah
filsafat ilmu. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu
dalam arti luas dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung
permasalahan yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan
dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan
hubungan dalam yang terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna
serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R.
Semiawan, dkk mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu
mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat
ilmu dengan sosiologi, suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang
ilmu dianalisis dan diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat
dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana
ilmu harus dilakukan.
Adapun The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu
adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian
filsafat ilmu dapat dirangkum menjadi tiga yaitu :
a)
Suatu telaah
kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
b)
Upaya untuk
mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu dan upaya untuk
membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan, dan
c)
Studi
gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan
untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
4.
Persamaan dan
Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan
filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a)
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
b)
Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang
kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
c)
Keduanya
hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
d)
Keduanya
mempunyai metode dan sistem.
e)
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan keseluruhan timbul dari hasrat
manusia, akan pengetahuan yang lebih mendasar.[4]
Adapun
perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a) Objek material filsafat bersifat universal, sedangkan
objek material ilmu bersifat khusus dan empiris.
b) Objek formal filsafat bersifat nonfragmentaris, sedangkan
objek formal ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.
c) Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan
yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu
haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
d) Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat
diskursif yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu.
e) Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, mutlak, dan
mendalam sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, lebih dekat dan sekunder.
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
1. Komponen Filsafat Ilmu
Bidang garapan Filsafat ilmu
terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.[5]
1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti logic. Jadi
ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan).[6]
Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata ontos yang berarti
sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu
tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada
alam nyata tetapi berdasarkan pada logika semata.[7]
Noeng
Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak
terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan jujun mengatakan bahwa ontologi
membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata
lain suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada. Sidi Gazalba mengatakan
bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena
itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan.
Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.[8]
Jadi dapat
disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada
yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret
maupun rohani atau abstrak.
Ontologi
pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai
istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah cabang
filsafat yang membicarakann prinsip yang paling dasar atau dalam dari segala
sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi tiga yaitu
kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi (membicarakan tentang
jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
2. Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai
pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandaliakan
begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di
antara mereka menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat
lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya.
Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai
metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
a)
Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang
menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum.
b)
Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang
menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem
pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan bentuk logis itu
bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c)
Metode Positivisme
Metode ini
dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang
telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan
di luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala
yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja.
d)
Metode
Kontemplatif
Metode ini
mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
e)
Metode
Dialektis
Dalam filsafat,
dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan
kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang
ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3.
Aksiologi
Aksiologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos
yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut
Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct
(tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan), dan sosio-political
life (kehidupan sosial politik).[9]
Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of Philosophy
dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda
abstrak, nilai sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja
dalam ekspresi menilai, member nilai dan dinilai.
Dari definisi
di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu
pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika“
dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi
baik dan tidak baik dalam suatu kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan
nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
2. Objek Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang
ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek
formal.
a) Objek Material Filsafat ilmu
Objek Material
filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri
bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang
ada itu di bagi dua, yaitu :
1)
Ada yang
bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2)
Ada yang
bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak yang
terdiri dari manusia dan alam.[10]
b)
Objek Formal
Filsafat Ilmu
Objek formal
adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap
ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis.
3.
Tujuan Filsafat
Ilmu
Di tengah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak
terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan
adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama.
Filsafat ilmu
sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang mengandung
manfaat sebagai berikut :
a.
Filsafat ilmu
sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi,
menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan
sebaliknya.
c. Filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia
dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut
membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan
teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi.
Filsafat ilmu
adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual.
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang
menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus
semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala
ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Dan objek dari filsafat ilmu dapat
terbagi menjadi dua yaitu objek material dan objek formal.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012, Cet 11.
Feibleman,
James K, Ontologi dalam Dagobert D. Runes, Dictinary Philoshopy, Totowa
New Jersey , Little Adam, 1976.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat Pengantar kepada
Teori Pengetahuan, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan,
Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, cet-1.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab – Indonesia,
Al-Munawwir, Yogyakarta, 1984.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu, Pustaka
Sinar harapan, Jakarta, 1998, cet 1.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Bina
Aksara, Jakarta, 1988.
[1] Surajiyo,
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Bumi Aksara, Jakarta : 2010),
hal. 3
[2] Ahmad
Warson Munawwir, Kamus Arab – Indonesia, (Al-Munawwir, Yogyakarta :
1984), hal. 1036.
[3] Jujun
S.Suriasumatri, Filsafat Ilmu, (Pustaka Sinar harapan, Jakarta : 1998), cet 1, hal 324.
[4]
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Bina Aksara, Jakarta : 1988),
hal. 41
[6]
Lih. James K. Feibleman, Ontologi dalam Dagobert D. Runes, Dictinary
Philoshopy, (Totowa New Jersey , Little Adam : 1976), hal. 219
[7]Amsal
Bakhtiar,M.A, Filsafat Ilmu, (RajaGrafindo Persada, Jakarta : 2012), Cet
11, hal. 134
[8] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat Pengantar kepada Teori Pengetahuan,
(Bulan Bintang, Jakarta : 1973), hal : 106
[9] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Gaya Media
Pratama, Jakarta : 1997), cet-1, hal. 106
[11] Surajio,
Op Cit, hal. 51-51
Mantap Sangat Bermanfaat.
ReplyDeleteTambahan Referensi
Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
DeleteAlhamdulillah
ReplyDelete