Rekonstruksi Latar Belakang Lahirnya dan Berkembangnya
Filsafat
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Syamsul Arifin, MA
Disusun Oleh:
RORA RIZKY WANDINI
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan Pembahasan
3.
Rumusan Masalah
BAB II Latar Belakang Lahirnya
Filsafat dan Perkembangannya
1.
Pengertian
Filsafat
a. Pengertian Filsafat
yang berkembang dari masa ke masa
b. Pengertian filsafat
menurut beberapa ahli yang terkadang membawa perbedaan
c. Kata filsafat yang
digunakan untuk menunjuk objek yang berbeda
2.
Sebab Timbulnya Filsafat
3.
Sejarah Perkembangan Filsafat
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الانبياء
والمرسلين سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين. أما بعد
Alhamdulillah
saya haturkan kehadirat Allah Swt, sebab atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya
dapat menyusun makalah yang sederhana ini, salawat dan salam juga tak lupa
senantiasa saya curahkan keharibaan junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw
Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu serta
untuk mengetahui pembahasan tentang Rekonstruksi Latar Belakang Lahir dan
Berkembangnya Filsafat, kemudian saya mengucapkan pula terimakasih atas segala
transfer ilmu pengetahuan dan atas bimbingan yang diberikan kepada saya
sehingga saya dapat penyusunan makalah yang sangat sederhana ini.
Dalam proses
penyusunan makalah ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
rekan-rekan yang telah membantu sampai makalah ini dapat saya sajikan di forum
diskusi yang ilmiah ini.
Saya
juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Malang, 21 oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan
dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia
ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari
keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau
kepercayaan Ilahiah.
Sehingga seorang filsuf berkata, ada
orang yang tahu di tahunya, ada orang yang tahu di tidaktahunya, ada orang yang
tidak tahu di tahunya, ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya. Pengetahuan
dimulai dari rasa tidak tahunya, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan keduanya .[1]
Seorang yang berfilsafat dapat
diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.
Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi, selain dia
tertengadah ke bintang- bintang dia juga membongkar tempat berpijak secara
fundamental dan dia mampu berspekulasi dengan itu. Sehingga filsafat memiliki karakteristik berfikir yang menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
Filsafat timbul
karena adanya khayalan dan imajinasi, kebimbangan atau keraguan yang
menimbulkan pertanyaan, masalah dan kemudian rasa ingin tahu akan sesuatu yang
bermuara pada sebuah renungan kebijakan
sesuatu kebenaran. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal
filsafat adalah ratio yang bertanya. Objek materinya semua yang ada.
Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai
akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
2.
Rumusan Masalah
- Apa itu filsafat.....?
- Apa yang mendorong timbulnya
filsafat....?
- Bagaimana sejarah perkembangan
filsafat dari zaman yunani kuno sampai pasca modern........?
3.
Tujuan Pembahasan
- Untuk mengetahui pengertian filsafat
- Untuk mengetahui apa yang mendorong
timbulnya filsafat
- Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan
filsafat dari zaman yunani kuno sampai pasca modern
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Filsafat
a. Pengertian Filsafat yang berkembang dari masa ke
masa
Mula-mula filsafat diartikan sebagai the love of wisdom atau love of wisdom. Pada fase ini filsafat
berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi orang bijak atau sifat orang yang
ingin atu cinta kepada kebijakan. Pada fase ini filsafat juga berarti kerja
seseorang yang ingin menjadi orang yang bijak. Jadi, yang pertama fisafat
sebagai sifat dan yang kedua filsafat sebagai kerja.[2]
Menurut Hasbullah
Bakry yang di kutip oleh Prof. Dr.
Ahmad Tafsir dalam bukunya filsafat umum
masih pada fase ini, yaitu pada Aritoteles misalnya pengertian filsafat
sangat umum dan luas sekali. Waktu itu
usaha dalam mencari kebenaran dinamakan filsafat, begitu pula hasil dari usaha
tersebut. Dikatakan luas sekali karena semua pengetahuan, termasuk special science, tercakup dalam
filsafat. Akibatnya defenisi Aritoteles tidak dapat dipahami oleh pelajar pada
zaman sekarang ini karena special science
telah dikotomi dengan filsafat.
Defenisi filsafat dalam kamus Runes yang dikutip oleh
Prof. Dr. Ahmad Tafsir adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang
merupakan prinsip umum yang disana seluruh kenyataan dapat dijelaskan, telah
membedakan pengetahuan rasional dengan pengetahuan empiris. Perkembangan
selanjutnya pengertian filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada
latihan berfikir untuk memenuhi kesenangan intelektual. Pada fase ini pengertian
filsafat jauh lebih sempit dari pada pengertian Aritoteles tadi. Tugas filsafat
pada masa ini menurut Russel itu ialah menjawab pertanyaan yang tinggi, yaitu
pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh sains. Argumen ini berbeda dengan W.
James yang menyatakan bahwa filsafat ialah kumpulan pertanyaan yang belum pernah
terjawab secara memuaskan.[3]
b. Pengertian filsafat menurut beberapa ahli yang
terkadang membawa perbedaan
Perbedaan itu disebabkan oleh
perbedaan konotasi filsafat, dan terakhir ini dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat
itu sendiri. Defenisi James melihat
konotasi filsafat pada pemikiran
tentang sesuatu yang tidak dapat lagi diusahakan oleh sains karena itu filsafat
disimpulkan sebagai kumpulan dari pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh
sains secara memuaskan. Russle melihat konotasi filsafat pada sifat dan objek
filsafat. Keyakinan seorang tokoh filsafat, juga keadaan ia beragama, selalu
tersalurkan kedalam kata- kata yang digunakannya untuk menjelaskan pengertian
filsafat. Pengertian filsafat yang dikemukakan Pythagoras yang menunjukkan
pandangan hidupnya. Ia mengutamakan sophia sebagai perenungan tentang
ketuhanan.[4]
Defenisi filsafat dari paparan
di atas bisa dinyatakan dengan sebuah masalah, masalah disini ya masalah
falsafi yang memiliki arti pembelajaran yang mempelajari segala fenomena alam dan
kajiannya dengan manusia secara
universal maupun radikal.
Kata falsafah
atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga
diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut
merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta
dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang
“pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa
Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan
aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah
disebut “filsuf”.[5]
Dalam istilah
Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata
Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta
kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu,
filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula
itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis”.[6]
Banyak ahli yang
mendefenisikan filsafat yang tentunya antara ahli filsafat satu dengan ahli
filsafat yang lain memiliki argumen yang berbeda. Di dalam sistematika filsafat
”menurut Hasbullah Bakry yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Suhar AM, M.Ag dalam
bukunya filsafat umum konsepsi, sejarah dan aliran menyebutkan beberapa defenisi para ahli
sebagai berikut : a. Plato (427- 348 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli. b. Al- Farabi (870 M- 950 M) Filsafat
adalah pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekatnya yang sebenarnya. c.Descartes
( 1590 M- 16950 M) Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan,
alam, manusia menjadi pokok penyelidikan, dll.”[7]
Dari beberapa defenisi yang
diungkapkan oleh para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa filsafat adalah
sebuah wacana pemikiran yang diawali dari khayalan, kebimbangan, problem dari
sesuatu yang mana jawabanna tidak dapat dijawab oleh sains, melainkan
diperlukan renungan- renungan, serta kebijakan intelektual untuk mencari
kebenaran sesuatu yang sesungguhnya.
c. Kata filsafat yang digunakan untuk menunjuk objek
yang berbeda
Menurut Ahmad Tafsir dalam
buku filsafat umum mengklasifikasikan
kata filsafat yang digunakan untuk menunjuk suatu objek, pertama, istilah
filsafat digunakan sebagai nama bidang pengetahuan, yaitu pengetahuan filsafat,
suatu bidang pengetahuan yang ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
Kedua, istilah filsafat digunakan untuk menamakan hasil karya. Hasil karya yang
mendalam dari plato disebut filsafat plato, pengetahuan mendalam ibnu rusyd
disebut filsafat ibnu rusyd begitu selanjutnya. Ketiga, istilah filsafat telah
digunakan juga untuk menunjukkan nama suatu keyakinan. Mulder misalnya, pernah
mendefenisikan filsafat sebagai sikap terhadap pejuangan hidup. Keempat,
istilah filsafat digunakan untuk memberi nama suatu usaha, contohnya defenisi
dari Lengelveld, disini filsafat berarti berfilsafat. Kelima, istilah filsafat digunakan
untuk menamakan orang yang cinta kepada kebijakan dan ia berusaha mencapainya.
Disini kata ”ia filosof” berarti ia
pencinta dan pencari kebijakan.[8]
2.
Sebab Timbulnya Filsafat
Hatta dalam bukunya Alam Pikiran Yunani, di kutip oleh
Ahmad tafsir menulis sebagai berikut : “
Tiap bangsa betapapun biadabnya, mempunyai dongeng takhayul. Ada yang terjadi dari kisah perintang
hari, keluar dari mulut orang yang suka bercerita. Ada yang terjadi dari
muslihat menakut- nakuti anak supaya ia tidak nakal. Ada pula yang timbul dari
keajaiban alam yang menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu orang menyangka
alam itu penuh dengan dewa- dewa. Lama kelamaan timbul berbagai fantasi. Dengan
fantasi itu manusia dapat menyatukan ruhnya dengan alam sekitarnya. Orang yang
membuat fantasi itu tidak ingin membuktikan kebenaran fantasinya karena
kesenangan ruhnya terletak pada fantasinya itu. Tetapi kemudian ada orang yang
ingin mengetahuinya lebih jauh. Diantaranya ada orang yang tidak percaya, ada
yang bersifat kritis, lama kelamaan timbul keinginan kepada kebenaran”. [9]
Dari kutipan di atas dapat
ditarik sebuah kesimpulan yaitu dongeng dan takhayul, serta rasa takjub atau
kesenangan akan sesuatu dapat menimbulkan filsafat, karena diantara orang-orang
ada orang yang tidak percaya, kritis dan ingin mencari kebenaranna.
3. Perkembangan Filsafat dari Masa ke Masa
- Zaman Yunani Kuno ( 600 SM- 200 M)
Pada zaman yunani kuno terdapat 3 priode masa sejarah
filsafat yaitu awal, keemasan serta masa Helenitas dan Romawi[10].
- Masa awal filsafat yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama fisafat yang berasal dari daerah miletos yaitu, Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Selain tiga nama tersebut, beberapa nama dari daerah lain, seperti Herakleitos dari Ephesos, Ptyhagoras di Italia Selatan, Parmeindes dari Elea dan Demokritos dari Abdera
Thales diberi
gelar bapak filsafat karena dialah orang yang mula- mula berfilsafat. Dengan mengajukan pertanyaan yang paling mendasar yaitu what is the nature of the world stuff?
Ia menjawab bahwa alam itu terdiri dari air, air sesuatu yang sangat penting
dan diperlukan dalam kehidupan, dan bumi itu terapung diatas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis
berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang
lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang
mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam
semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia,
karena udara merupakan sumber dari kehidupan[11].
- Masa keemasan yunani kuno ditandai oleh sejumlah nama
besar yang sampai sekarang tidak pernah dilupakan oleh kalangan pemikir,
termasuk pemikir masa kini yang berbeda pendapat sekalipun. Nama besar
yang pertama dipimpin Perikles yang tinggal di Athena. Athena menjadi
pusat penganut berbagai aliran filsafat yang ada pada masa itu. Pada masa
itu terdapat pula pemikiran sofistik yang penganutnya disebut kaum sodis
yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian utama
pada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studyna, dan
tokohnya adala Protogoras dengan pemahamannya memperlihatkan sifat- sifat
relativisme atau kebenaran bersifat relatif.
- Masa Helenitas dan Romawi adalah suatu masa yang tidak
dapat dilepaskan dari peranan raja Alexander Agung. Raja ini telah mampu
mendirikan negara besar yang tidak sekedar meliputi seluruh yunani, tetapi
daerah- daerah sebelah timurnya. Kebudayaan yunani menjadi kebudayaan
supranasional. Kebudayaan yunani ini disebut kebudayaan helenitas. Dalam
bidang kebudayaan selain academica lykeion dibuka juga sekolah- sekolah
baru yang menjadi tekanan pembelajarannya ialah masalah etika, yaitu
bagaimana sebaiknya orang mengatur tingkahlakunya agar dapat hidup bahagia dalam kehidupan
bersama. Ada
sejulah aliran pada masa ini seperti, stoisisme, epikurisme, skepitisme,
elektisisme dan neoplatonisme.
b.
Zaman Patristik dan Pertengahan ( 200 M- 1600 M)
Zaman ini sering dianggap sebagai zaman dimana filsafat
begitu erat, bahkan berada dibawah naungan agama. Zaman ini dibagi ke dalam 4
priode yaitu zama patristic, zaman awal skolastik, zaman keemasan skolastik dan
zaman akhir abad pertengahan[12].
1. Zaman Patristik
Istilah patristic berasal dari bahasa latin pater yang berarti bapak. Adapun yang
dimaksud bapak disini adalah para pemimpin gereja yang diambilkan dari golongan
atas atau ahli pikir. Ketika peradaban yunani sudah tersebar dikalangan mereka
para ahli pikir dari pemimpin gereja berbeda pendapat mengenai perlu tidaknya
filsafat yunani digunakan oleh kalangan pemimpin gereja untuk ikut mewarnai
peraturan- peraturan atau kebijakan- kebijakan yang mereka keluarkan. Adapun
pendapatnya yaitu:
1)
Segolongan
orang menolak filsafat yunani dengan alasan karena beranggapan bahwa sudah
mempunyai sumber kebenaran yaitu firman tuhan,, dan tidak dibenarkan apabila
mencari sumber kebenaran yang lain seperti filsafat yunani.
2)
Segolongan
orang yang menerima filsafat yunani sebagai kegijaksanaan yang diambil. Adapun
argumen yang mereka kemukakan ialah bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran
yaitu firman tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat yunani hanya
diambil metodenya saja( tata cara berfikir). Jadi, memakai/ menerima filsafat
yunani diperbolehkan selama dalam hal- hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang- orang yang menerima
filsafat yunani menuduh bahwa mereka itu munafik. Kemudian, orang- orang yang
dituduh munafik itu menyangkal bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah, dan
pembelaan dari orang- orang yang menolak filsafat yunani mengatakan bahwa
dirinyalah yang benar- benar hidup sejalan dengan tuhan.”[13]
Beberapa nama perlu ditampilkan dalam uraian singkat
ini, yaitu, Yustinus Marty yang menyebut dirinya seorang filosof. Ia
berpendapat bahwa filsafat yang digabung ide- ide keagamaan akan menguntungkan,
esensi dari pengetahuan ialah pemahaman tentang tuhan.[14] Klemens ( 150- 215) menyatakan bahwa memahami tuhan bukanlah dengan
keyakinan irasional, melainkan melalui disiplin pemikiran rasional. Selain itu
ada juga Origenes yang merupakan murid dari Klemens menurutna tuhan adalah
transendens yang berarti konsep tuhan berada diluar alam, tidak terjangkau oleh
pemikiran rasional manusia.[15]
Sekitar abad ke 4, zaman keemasan patristik latin
terjadi, tokoh yang paling dikenal adalah Augustinus (354-430), dia adalah
pemikir besar untuk seluruh zaman patristik, adapun kekuatan dan kelemahan
pemikirannya adalah bahwa pemikirannya merupakan integrasi dari teologi kristen
dan pemikiran filsafatnya, namun dia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang
mengatakan filsafat itu otonom atau lepas dari iman kristiani.[16]
2. Zaman Awal Skolastik
Zaman ini dimulai dari terjadinya perpindahan penduduk
yaitu perpindahan bangsa Hun dari asia masuk ke eropa sehingga bangsa jerman
pindah melewati perbatasan kekaisaran romawi yang secara politik sudah
mengalami kemerosotan. Karena situasi yang ricuh tidak banyak pemikir filsafat
yang patut di tampilkan pada masa ini. Namun ada beberapa toko dan situasi
penting yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini yaitu ahli
pikir boethius yang dijuluki sebagai guru logika dengan karyanya menerjemahkan
beberapa traktat logika aritoteles. Karena karyana itu dia dihukum mati dengan
tuduhan berkomplot. Selain itu ada Karel Agung dan Thomas Aquinus yang
menyatakan bahwa abad ke 13 ilmu pengetahuan adalah pembantu teologi, ini
sejalan dengan pemikiran Augustinus.[17]
Abad ke 13 ini merupakan zaman keemasan skolastik, pada
zaman ini filsafat dipelajari dalam hubungannya dengan teologi, tidak berarti
bahwa wacana filsafat hilang. Pada abad ini dibangun sintesis filosofis yang
pentig yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu, didirikannya universitas-
universitas serta dibentuknya ordo baru, dan digunakannya karya filsafat yang
sebelumnya tidak dikenal.[18]
3.
Zaman Akhir Abad Pertengahan
Pada akhir abad ke-14 terjadi
sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran yang mensintesiskan pemikiran
filsafat dengan teologi. Filsafat abad pertengahan ini diawali oleh boethius
dan diakhiri oleh nicolaous cusanus( 1401- 1464) yang membedakan tiga macam
pengenalan yaitu pancaindra, rasio dan intuisi.[19]
Pada abad pertengahan ini
filsafat berwatakkan agama( kristen), agama merupakan simbol dari sebuah
revolusi.
c. Zaman Modern ( 1600 M- 1800 M)
Pada masa ini filsafat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu :
1.
Rasionalisme, empirisme dan kritisme dengan
beberapa tokohnya Descartes, Wolf dan Leibnitz menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan memiliki landasan yang jelas atau pengetahuan itu bersifat apriori,
dan secara empirisme denyatakan oleh john locke, berkeley dan hume bahwa dasar
pengetahuan itu adalah sensasi yang berasal dari stimulus dan pengalaman,
sedangkan menurut kant dengan kritismenya ilmu pengetahuan harus memiliki
kepastian sehingga rasionalisme adalah benar, ia juga menuntut bahwa ilmu
pengetahuan itu harus maju dan berkembang, oleh karena itu ia menganggap kaum
empirisme juga benar. Oleh karena itu dia mengajukan sintesis apriori sebagai
syarat untuk ilmu pengetahuan yang didasarkan oleh dua hal yaitu Ding an sich yang didapat dari luar dan
das Ding feur mich yaitu sintesis diri sendiri.[20]
2.
Dialetika idealisme dan dialetika matrealisme
merupakan hasil pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel ( 1770- 1831). Terdapat
beberapa hal penting dari pandangan hegel yang menyatakan realitas itu bersifat
rasional dan rasional bersifat nyata, selain itu yang dianggap penting olehnya
adalah dialetika yang merupakan usaha mendamaikan, mengompromikan dua pandangan
atau lebih. Pendapatnya ini sejalan dengan Heraklaeitos yang menyatakan
pertentangan adalah bapak dari segala hal, sehingga filsafat di bagi menjadi 3
bagian yaitu, 1. Logika ialah
bagian filsafat yang memandang roh dalam diri sendiri. 2. Filsafat alam
memandang roh yang sudah ada Filsafat alam menggambarkan bagaimana roh dapat
kembali pada diri sendiri.[21] Berdasarkan dialetika matrealisme dapat
dibedakan menjadi dua yaitu matrealisme ilmiah dan matrealisme yang bersifat
filsafat.[22]
Pada zaman modern
ini filsafat tidak lagi berwatakan agama ataupun penguasa tetapi lebih bersifat
individualitas.
d. Zaman Baru ( 1800 M- 1950 M)
Seorang ahli berpendapat bahwa
fenomenologi hanya sebuah gaya berfikir, bukan suatu mahzab filsafat atau suatu
metode dalam mengamati memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu dari pada
sebagian pendirian atau suatu aliran filsafat. Dalam pengertiannya sebagai
metode Kant dan Husserl berpendapat bahwa apa yang kita amati adalah sebuah
fenomena bukan neumenon, dengan demikian
apa yang kita amati menjadi tidak murni sehingga diperlukannya reduksi.[23]
Eksistensialisme merupakan
hasil pemikiran soren kierkegaard yang dikenal sebagai perlawanan atas
materialisme dan idealisme, yang memiliki ciri pribadi bahwa manusia mengerti
berkehendak dan berkarsa bebas, serta memiliki paham kesusilaan dan berupaya membangun
kebudayaannya sendiri.[24]
Pada zaman baru ini filsafat
merupakan sebuah metode untuk mencapai kebenaran yang dimana manusia tu bukan
hanya objek bukan pula kesadaran, tetapi manusia menyatu dalam stuktur sehingga
selalu mengkonstruksi.
e. Pasca Modern ( 1950-Sekarang)
Perkembangan pasca
moderenisasi merupakan aliran filsafat yang lahir pada awal abad ke 20 atau
pertengahan abad 20. Di pasca modern ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan
yaitu pasca moderinitas merupakan suatu era yang menampilkan ketidak percayaan
atas mempuninya pengetahuan dan penelitian ilmiah, yang mana terdapat
kecenderungan disentralisasi menuju konteks sosial yang heterogen dengan ciri
fleksibelitas dan perubahan.
Pasca modernisme, merupakan
ekspresi penjabaran antara realitas dan fiksi oleh media, dan pemikiran pasca
modern adalah pemikiran yang mengganti konsepsi ketidak bergantungan realitas
dari peneliti dari ide- ide tentang bahasa sebagai hal yang sebenarnya
mengandung stuktur realitas sosial presfektial. Namun pada dasarnya pasca modern
merupakan sangkalan atas beberapa abad modern, khususnya menyangkut filsafat,
ilmu pengetahuan dan nasionalitas.[25]
Tokoh pada abad ini adalah Newton, Bacon dan Descartes yang memperlihatkan
keterangan benalar yang tidak terbebani oleh kekuasaan dan bias.
Para pasca modernisasi ini
meyakini bahwa realitas diciptakan manusia dan kelompok orang dalam berbagai
konteks pribadi histori, dan kultural. Pasca moderenisasi ini memiliki banyak
kesamaan tidak hanya dengan romantisme, eksistensialisme, dan aspek- aspek
psikologi james tetapi dengan filsafat- filsafat dari kelompok sofis dan
skeptis[26].
Jadi perkembangan filsafat pada pasca modern ini mengacu kepada keyakinan yang
relevan bahwa tidak ada denominator, semua bersifat objektif dan semua sistem
manusia beroperasi.
BAB III
PENUTUP
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang
sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita
mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia
lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka
lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah
jawaban filsafati.
Kalau ilmu diibiratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki
berbagai cabang pemikiran, ranting pemahaman, serta buah solusi, maka filsafat
adalah tanah dasar tempat pohon tersebut berpijak dan tumbuh. Filsafat timbul karena adanya khayalan
dan imajinasi , kebimbangan atau keraguan yang menimbulkan pertanyaan, masalah
dan kemudian rasa ingin tahu akan sesuatu yang bermuara pada sebuah renungan kebijakan sesuatu kebenaran. Metode filsafat adalah metode bertanya.
Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Objek materinya semua
yang ada.
Maka menjadi
tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan
kebijaksanaan universal. Filsafat pertama kali muncul di yunani dikarenakan di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta
sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Pada abad pertengahan filsafat berwatakkan
teologis ( kristen), agama merupakan simbol dari sebuah revolusi.
Pada zaman modern filsafat
tidak lagi berwatakan agama ataupun penguasa tetapi lebih bersifat
individualitas. Pada zaman baru ini filsafat merupakan sebuah metode untuk mencapai
kebenaran yang dimana manusia tu bukan hanya objek bukan pula kesadaran, tetapi
manusia menyatu dalam stuktur sehingga selalu mengkonstruksi. Perkembangan
filsafat pada pasca modern ini mengacu kepada keyakinan yang relevan bahwa
tidak ada denominator, semua bersifat objektif dan semua sistem manusia
beroperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Suhar. Filsafat Umum Konsepsi , Sejarah dan Aliran,
Jakarta : Gaung Persada Press, 2009
Surialasumantri,
Jujun S.. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Bogor : Sinar Harapan, 19982
Tafsir,
Ahmad. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Bandung:
Rosda Karya, 2008.
Wiramihardja,
Sutardjo A.. Pengantar Filsafat.
Bandung: Refika Aditama, 2007
www. Sejarah
dan Perkembangan Filsafat. Diposkan oleh Sa'ada Dyah sabtu 02 agustus 2008.
[1] Jujun S. Surialasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
( Bogor : Sinar Harapan, 19982). h . 19.
[2] Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, ( Bandung:
Rosda Karya, 2008), h. 12
[4]
Ibid. h. 13.
[5] www. Sejarah dan Perkembangan Filsafat. Diposkan oleh Sa'ada Dyah sabtu 02 agustus 2008 08:44 Label: Filsafat Barat Kontemporer. Di ambil pada hari sabtu tanggal 20 oktober 2012
[6] Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika
Aditama, 2007). h.9
[7] Suhar. Filsafat Umum Konsepsi , Sejarah dan Aliran, ( Jakarta : Gaung
Persada Press, 2009). h . 9
[8]
Ibid. 13
[9] Ibid. h. 14
[10] Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika
Aditama, 2007). h. 46
[11]
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales
sampai Capra, ( Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 48
[12] . Sutardjo A. Wiramihardja. Pengantar Filsafat. ( Bandung: Refika
Aditama, 2007). h. 52.
[13] Suhar. Filsafat Umum Konsepsi ,
Sejarah dan Aliran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2009). h. 200.
[14] Ibid. h.53
[15] Ibid. h. 202
[16] Ibid. h.54
[17] Ibid. h.55
[18] Ibid. h.57
[19] Ibid. h. 59
[20] Ibid. h. 61
[21] Ibid. h. 63
[22] Op Cit
[23] Ibid. h. 66
[24] Ibid. h. 67
[25] Ibid . h.71
[26] Ibid. h. 73
assalamualaikum...dengan ibu rora rizky ini ya
ReplyDelete