Tuesday, May 20, 2014

Tes Subjektif dalam Pendidikan Agama Islam


Mahasiswa PAI PascaSarjana UIN Maliki Malang
Mei 2014

Mata Kuliah
Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam



Rahmat                                       (13770019)
Khoirun Nisa’                             (13770020)
Faridilla ANisatus Sholikha       (13770027)






Tes Subjektif
Pendahuluan
Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.  Cronbach mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”.  Dengan demikian, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi maksimum). Tes hasil belajar adalah suatu prosedur sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa.  Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai.
Tes subjektif merupakan tes yang jawabannya berupa uraian, dan penyekorannya dilakuakan dengan mempertimbangkan benar salahnya uraian yang diberikan testi (peserta tes).
Ciri-ciri tes subjektif antara lain:
Jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak
Hasil yang diperoleh kurang mewadahi karena jangkuan bahannya tidak terlalu luas
Banyak dipengaruhi oleh faktor : bahasa yang digunakan oleh testi, kerapatan tulisan yang dibuat oleh testi, sikap penilai terhadap testi, penyekoran bersifat relatif, jawaban sangat panjang, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan yang diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatas.
Tes Subjektif dibedakan manjadi 3 macam yaitu :
a) Ingatan sederhana
Dengan ciri-cirinya, dapat dijawab dengan singkat, dapat dinilai secara objektif, dan umumnya menggunakan kata tanya yang berupa kata bagaimana, di mana, berapa banyak, dan kapan
b) Jawaban pendek (short answer )
Dengan ciri-cirinya meliputi : pertanyaan berisi perintah seperti berikan difinisi, susunlah, tuliskan (jawaban berupa pernyataan atau kalimat pendek dan dapat dinilai secara objektif.
c) Bentuk diskusi
Dengan ciri-cirinya : memerlukan jawaban panjang, tidak dapat dinilai secara objektif, menggunakan kata : jelaskan, gambarkan, bandingkan, terangkan, berikan alasan.
Tes subjektif umumnya digunakan untuk hal-hal berikut :
Membandingakan dua hal atau lebih. Misalnya : jelaskan perbedaan antara makna homonim dengan makna polisemi
Merumuskan suatu pendapat. Misalnya : bagaimanakah pendapat Anda tentang konsep kata majemuk dalam bahasa Indonesia? Jelaskan.
Menunjukkan hubungan sebab-akibat. Misalnya : mengapa dalam bahasa Indonesia perlu dilakukan pembakuan kosa kata? Jelaskan
Menjelaskan makna ungkapan. Misalnya : apakah yang dimaksud dengan ungkapan “berdarah dingin”
Membuat rangkuman atau ringkasan. Misalnya : ringkaslah teks bacaan di atas menjadi saru halaman !
Melakukan analisis. Misalnya : uraikan unsur-unsur yang membentuk kata mempertanggung jawabkan!
Menilai suatu pendapat atau peristiwa. Misalnya : bahasa bukan hanya merupakan alat berpikir, tetapi juga merupakan bagian dari proses berpikir. Bagaimanakah penilaian Anda terhadap pernyataan ini ? jelaskan.
Merumuskan persoalan. Misalnya : Persoalan kebahasaan apa saja yang saat ini banyak muncul di kalangan para pejabat ? jelaskan.
Menarik kesimpulan. Misalnya : Dari teks bacaan di atas,  Kesimpulan apa yang dapat anda ambil ? jelaskan
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam tes subjektif, saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1. Dari segi bahan
2. Tekanan utama terletak pada pikiran, penalaran dan aspek mental.
3. Rumusan rambu-rambu jawaban yang pasti guna menghindari ketidak pastian dalam penilaian.
4. Soal harus spesifik ruang lingkupnya, satu soal untuk satu permasalahan.
5. Harus ada petunjuk tentang waktu yang disediakan, jawaban yang dikehendaki serta bobot yang diterima untuk setiap butir pertanyaan.
6. Jangan membuat soal pilihan atau alternatif.
Pertimbangan dalam memeriksa hasil tes subjektif dapat dikemukakan seperti:
Fokus pada ide dan keterangannya bukan pada bahasa atau baik atau tidaknya tulisan.
Sebaiknya dinilai untuk membuat soal.
Untuk menghindari keterpengaruhan korektor terhadap diri testi sebaiknya diletakkan pada bagian akhir dan diganti dengan kode-kode tertentu.
Hendaknya setiap butir soal dinilai secara keseluruhan.
Bila memungkinkan, bacalah kembali pekerjaan testi yang telah diperiksa.
TES ESSAY (TES SUBJEKTIF)
A. Pengertian Tes Uraian (esai)
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif.  Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari 100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung ketepatan jawabannya.
Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri. Jawaban yang berupa uraian menyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.

B. Penggolongan dan contoh Tes Uraian
Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
      1. Tes uraian terbuka (Extended respons question)
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya.
Pada test uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh :“Allah telah melimpahkan nikmatnya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatuhnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT”.
Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allsah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!

      2. Tes uraian terbatas (Restricted respons question).
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Contoh:
Coba jelaskan tentang peringat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai :
a) Pengaturan tempat
b) Pejabat dan undangan yang hadir
c) Acara peringatan
d) Atraksi yang disuguhkan
e) Hidangan yang diberikan

      C.    Petunjuk Penyusunan Tes Uraian
Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok bahan yang akan diteskan
Soal tidak sama persis dengan contoh yang ada pada catatan
Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga dibuatkan kunci jawaban
Pertanyaan menggunakan kata tanya yang bervariasi
Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas dan mudah dipahami
Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum
Tentukan proses berpikir yang ingin diukur.
Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut.
Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan.
Tuangkan komponen-komponen tersebut dalam tabel perencanaan tes
Batasan pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan harus jelas
Rumusan kalimat butir soal harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada.
Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif.
Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian.
Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya.
Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan.
Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa.
Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal.
Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dulu.
      D.    Ketepatan penggunaan Tes Uraian
Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan
Ketentuan Pokok:
Bila jumlah murid dan peserta ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik.
Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka tipe soal uraian dapat digunakan.
Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes tipe uraian.
Bila guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung didalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat. Soal tipe uraian dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tidak langsung tersebut, tapi digunakan harus sangat hati-hati oleh guru.
Bila guru ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian lebih bervariasin maka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu bentuk pengalaman itu dapat diperoleh.

       E.     Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian
      1.      Kelebihan
Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya.
Mudah dalam penyusunannya, artinya penyusunan tes subjektif tidak terlalu banyak membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya.
Mudah disesuaikan dengan bahan pelajaran yang dikehendaki, maksudnya tes ini mudah di adaptasi, sesuai dengan bahan yang akan diteskan.
Baik untuk mengukur kemampuan kognisi tingkat yang membutuhkan proses berpikir atau bernalar tingkat tinggi.
Dapat memberikan rangsangan bagi testi untuk mempelajari bahan secara menyeluruh.

      2.      Kelemahan
Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif).
Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
Dari segi isi dan bahan : jumlah butir soal yang diturunkan biasanya terbatas jumlahnya, sehingga jangkauan bahannya juga terbatas.
Dari segi pemeriksa : sering kali terpengaruh oleh faktor subjekvitas, sehingga seringkali terjadi kesalahan – kesalahan, baik yang bersifat konstan, maupun kesalahan yang selalu berubah-ubah dan bahasa yang digunakan baik tidaknya tulisan maupun panjangnya jawaban.
Dari segi testi : sering kali testi mengelabui korektor dengan memberikan jawaban yang panjang. hal ini disebabkan testi tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh pertanyaan tersebut.

PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES  SUBJEKTIF (URAIAN)
Keterangan Tes Objektif Tes Uraian
Taksonomi yang diukur Baik untuk mengukur pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa dan evaluasi Kurang baik untuk mengukur ingatan, lebih baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, paling baik untuk mengukur sintesa dan evaluasi
Jumlah Sampel Dapat mengukur bayak sampel pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan
Menyusun Pertanyaan Menyusun pertanyaan yang baik sulit dilakukan dan memakan waktu yang panjang Menyusun pertanyaan yang baik sulit tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan sedikit
Pengolahan Pengolahan Objektif, sederhana dan ketepatannya (reliabilitas) tinggi. Pengolahan sangat subjektif, sukar dan ketepatannya (reliabilitas) rendah
Faktor-faktor yang Mengganggu Hasil Pengolahan Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka.
Mendorong siswa untuk lebih banyak mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain.
Penyelesaian tes oleh siswa dan pengolahan tes oleh  guru memerlukan waktu singkat Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan mendongeng.
Mendorong siswa untuk mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan ide sendiri secara tertulis.
Penyelesaian tes oleh siswadan pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu banyak.


 TEKNIK MENAFSIRKAN HASIL TES

       A. Teknik Pengolahan Hasil Tes
Banyak guru yang sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya, tetapi tidak atau belum tahu bagaimana mengolahnya sehingga data tersebut menjadi mubazir, data tanpa makna. Sebaliknya, jika hanya ada data yang relatif sedikit, tetapi sudah mengetahui cara pengolahannya, maka data tersebut akan mempunyai makna. Oleh sebab itu, seorang evaluator harus betul-betul menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar serta adil sehingga tidak merugikan berbagai pihak.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar jawaban peserta didik diperiksa kebenaran, kesalahan, dan kelengkapannya, selanjutnya menghitung skor mentah untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus-rumus tertentu dan bobot setiap soal. Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, guru harus menyusun pdoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berfikir tentang strategi pemberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir soal. Pedoman penskoran sangat penting disiapkan, terutama bentuk soal esai. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi subjectivitas penilai.
Cara memberi skor mentah untuk tes subjektif
Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan menggunakan sistem bobot.
1.      Bentuk soal uraian
Dalam soal bentuk uraian bebas, pembobotan soal bergantung pada soal yang lain. Pembobotan soal adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Rumus yang dipakai dalam penskoran bentuk tes soal uraian yaitu:
Rumus :    S =  ∑X
                        ∑S
Keterangan :
∑X  = jumlah skor
∑S  = jumlah soal


2 comments:

  1. Assalamu'alaikum,,,,
    terimakasih sudah bagi makalah ini,,,,,
    pengen belajar,,, tp gmn caranya yaa,,,,???

    ReplyDelete
  2. w'alaikumsalam...
    buku-buku evaluasi dan pengembangan evaluasi belajar banyak kok,,, :-)

    ReplyDelete