Rahmat Semester VI
To: Ustd Teguh
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan setiap prosses di mana seseorang memperoleh
pengetahuan (Knowledge acquistion), mengembangkan kemampuan/keterampilan
(skill developments) sikap atau mengubah sikap (atitute change). Pendidikan
adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam pendidikan formal dan non
formal, dan informal di kampus, dan di luar kampus yang seumur hidup yang
bertujuan optimalisasi pertimbanga kemampuan-kemampuan individu, agar di
kemudia hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.[1]
Penyelenggaraan
pedidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2),
disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun
institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berakar pada masyarakat bangsa
Indonesia. Dengan dimikian jelas bahwa pendidikan Islam merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan nasional.[2]
Kebutuhan akan
pendidikan merupakan hal yang tidak bisadipungkiri bahkan semua itu merupakan
hak semua warga Negara, bernaan dengan ini, di dalam UUD 45 Pasal 31 ayat (1)
secara tegas disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat
pengajaran”. 93 Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 Pasal (3) bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negar yang demokratis
serta bertanggung jawab.[3]
Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan berarti usaha yang dijaankan oleh seseorang
atau sekelompok oran guntuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar
menjadi dewasa. Dengan dimikian endidikan berarti, segala usaha orang dewasa
dalam pergaulan denan mahasiswa
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[4]
Dalam firman Allah SWT, berfirman:
والله أخرجكم من بطون أمّهاتكم لاتعلمون شيئا وجعل لكم السّمع و
الأبصار والأفئدة لعلّكم تشكرون
(النحل:
78.16)
Artinya: Dan Allah mengelurkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl. 16-78)[5]
Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai
macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah
dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama,
yakni mendidik anak.[6]
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam
proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam
hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu
sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan
di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang
telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam
jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan
agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari
aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus
berlangsung bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.[7]
Dari
pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, dan rohan berdasarkan Al-Qur’an
terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang
sempurna.
Pada
proposal skripsi ini, penulis akan mengungkap peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
Judul
tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1) Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dan
masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.
2) Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus
sebagai Rosulullah.
إنّمابعثت لأتمّم مكارم الأخلاق (رواه البخاري)
Artinya:
“Sesungguhnay aku diutus oleh Allah, hanya untuk menyempurnakan akhlak.” HR.
Bukhori.
3) Penulis ingin mengetahui bagaiman peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a) Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan
pendidikan agama Islam dan kegiatan keagamaan di Roudlotul Athfal atau
disingkat RA Al-Hikam Malang
b) Akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kepribadian dan tingkah
laku anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana peranan pengidikan agama Islam
terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang
C. Tujuan Penelitian
1)
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam
terhadapat akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
2) Untuk
mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam mengingkatkan
akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan berguna untuk:
a) Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS)
semester 5 jurusan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had
Aly Al-Hikam Malang.
b) RA Al-Hikam Malang, dalam mengetahui peranan pendidikan agama Islam
terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
c) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi
peranan terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
BAB II
Kajian PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Agama Islam
a)
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan
terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan
berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akiran “kan”
mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berartikan
bimbingan yang diberkan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau
bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah,
yang berarti pendidikan.[8]
Ahmad D. Marimba
mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[9]
Sedangkan menurut
Ki Hajar Desantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.[10]
Dari semua defiisi
itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki
ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Menurut hasil
seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung
Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadapat
pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[11]
b)
Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam
Singkat dan tegas
dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan sunnah Rasulnya Muhammad SAW.[12]
Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan haditslah yang
menjadi pondasinya.
Yang dimaksud
dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat
hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup.[13]
Berbicara
pendidikan agama Islam, baik makna maupn tujuannya haruslah mengacu kepada
penananman hilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan
moralitas sosial. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengingkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).[14]
2. Hakekat Akhlak
a) Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak
secara emtimologi, perkataan “akhlak” berakar dari bahasa Arab jama’
dari mufradnya “khuluq” yang menurut bahasa Indonesia diartikan: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan “khalkun”
yang berarti kejadian sserta erat hubungan “Khaliq” yang berarti
Pencipta dan “makhluq” yang berarti diciptakan.[15]
Baik kata akhlaq
atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an, sebagai
berikut:
وإنّك لعلّى خلق عظيم
Artinya: Dan
sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S.
Al-Qur’an, 68:4).[16]
Sedangkan menurut
pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan
pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[17]
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah
suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbutan
dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika
sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi
akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya
perbutan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.[18]
Jika diperhtaikan
dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di
atas tidak ada yang saling bertenganan, melaikan salaing melengkapi, yaitu
sifat yang tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbutan lahiriah yang
dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi
kebiasaan.
b) Sumber dan Macam-macam Akhlak
1. Sumber Akhlak
Akhlak Islam,
sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan terhadap
Allah, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri.
Dengan demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.[19]
Pribadi Nabi
Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam
membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabatnya yang selalu berdoman
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berprilaku keseharian.
2. Macam-macam
Akhlak
a) Akhlak
Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah
atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
Aklak terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik
terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan
menjaga diri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan
sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga
kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan menhindari perbutan yang
tercela.
3.
Akhlak
Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah
makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fingsional dan optimal
banyak bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling
tolong-menolong dengan orang lain tersebut. Islam menganjurkan berakhlak yang
baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam iut serta mendewasakan kita dan
merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukank dengan
memuliakannya memberikan bantuan, pertologan dan mengharainya.[20]
b) Akhlak
Al-Mazmumah
Aklak Al-Mazmumah
atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim dari akhlak yang baik
sebagaimana tertulis di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara
terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui
cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan
petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di
antaranya:
1. Berbohong
Berbohong adalah
memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
2. Takabur atau sombong
Takabur adalah
merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek
katanya yaitu merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki
Dengki adalah rasa
atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4.
Bakhil
atau kikir
Bakhil atau kikir
adalah sifat sukar mengurangi sebagian dari apa yang dimiliki untuk berbagi
dengan orang lain.[21]
c) Tujuan Akhlak
Tujuan dari
pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral
baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbutan, mulia dalam tingkah
laku perangai, bersifat bijasana, sempuna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur
serta suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan
manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat,
keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan saranan pendidikan akhlak. Dan setiap
pendidikan harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas
segala-galanya.[22]
Barmawie Umary
dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan
umat islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik
dan harmonis.[23]
Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk
mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan
dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai
makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan
kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami dengan jelas
betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi
pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat mengapikasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya
menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi
yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam bersosialisasi dengan
lingungannya.
Pendidikan agama
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an terhadap
anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna. Sedangakn lembaga
adalah tempat berlangsunya proses bimbingan jasmani dan rohan berdasarkan
Al-Quraa’an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia berkepribadian Muslim.
RA Al-Hikam Malang
sebagai salah satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan diharapkan dapat
memberikan motivasi bagi anak-anak didinya untuk menjadi bagian dari Sumber
Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan
kepribadian Muslim yang sempurna.
C. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan
tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka penelitian mengajukan
pertanyaan sebagai berikut: Apakah anak didik atau siswa memperoleh nilai
tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang
memperoleih nilai rendah.
Berdasarkan
pertanyaan di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
Ho: Tidak ada
perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran
agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.
Ha: Siswa yang
memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki akhlak yang lebih baik
jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitaan
Metode yang
digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode deskriftif analisis.
Deskritif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal skripsi ini. analitis
dipakai agar penulis dapat menyusun
proposal skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti
permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini
akan dilaksanakan di RA Al-Hikam Malang dan membutuhkan waktu
sekurang-kurangnya 3 bulan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan
dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
sebuah penelitan.[24]
Adapun populasi pada penelitian ini adalah murid-murid RA Al-Hikam Malang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah
sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik yang sama sehingga
betul-betul mewakili populasi.[25]
Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik random sampling, yakni
pengambilan secara acak dari jumlah populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek
penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Sebagai metode
ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ii mengadakan pengamatan dengan
mencatat data atau informasi yang diperlukan dan dibutuhkan sesuai dengan
masalah yang diikuti.
2. Dokumentasi
Suatu usaha aktif
baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen
yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan. Dokumen ini dilakukan
untuk memperoleh data sejarah didirikannya RA Al-Hikam Malang, keadaan sarana
dan prasarana dan juga data-data guru RA Al-Hikam Malang.
3. Angket
Dengan metode
angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu, kemudian
diseberkan kepada responen, untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan secara
langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk dijadikan sampel
dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap
pembentukan akhlak siswa. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup
yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan
jawaban yang sudah disediakan.
E.
Teknik Analisis Data
Setelah data
selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah analisa data,
yaitu:
1. Editing
Mengedit adalah
memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para responden. Jadi
setelah angket dan tes diisi oleh responden dan diserahkan kembali kepada
penulis, kemudian penulis memeriksa satu per satu angket dan tes tersebut. Bila
ada jawabanyang diragukan atau tidak dijawab maka penulis menghubungi responden
yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
Tujuan editing
yang penulis lakukan adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau
kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang diselesaikan.
2. Tabulating
Tabulating adalah
mengelolah data dengan memindahkan jawaban-jawaban yang terdapat dalam angket
dan telah dikelompokan ke dalam bentuk bable frekuensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D.
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif.
1981.
Al-Qur’an
Al-Karim.
AR,
Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.
Dra. Hj. Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.
Drs. Ahmad D.
Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.
Drs. Barnawie
Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.
Drs.
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.
Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Majid, Abdul,
A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarta. 2004.
Prof. DR. H.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.
Prof.
Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005.
Resito,
Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1992.
Sudjana, Nana
dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1989.
saya juga ada contoh...
ReplyDelete^_^...
Deletemonggo di share......... <_^
Minta izin copy,,,
ReplyDeleteAri firdaus
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMonggoz.... 😝
DeleteAlhamdulillah, postingan yang bermanfaat. Ijin copy untuk menambah tugas kuliah, semoga amal Anda menjadi amal jariyah. Amin. Matur nuwun.
ReplyDeleteAmin.... Sami-sami ... :-)
ReplyDeleteGood...
ReplyDeleteijin kopi ya gasy untuk tugas kuliah
ReplyDeletemonggo...
Deletealhamdulillah bermanfaat.
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteIjin copy Gus untuk referensi
ReplyDeletealhamdulillah bermanfaat sekali, izin copas u/ tugas kuliah
ReplyDeleteJudulnya apa ya
ReplyDeleteassalmualikum mas izin copy y. uat tugas kuliyah
ReplyDeleteSaya juga izin copas untuk uas kuliah hehe pangapunten
ReplyDeleteizin copy untuk tugas kuliah ya
ReplyDeleteBismillah.izin kopi ut referensi ya?
ReplyDelete