Rahmat Ma'had Aly Al-Hikam
To: DR. Mutamakin S. Fil, MA
I. Pendahuluan
Begitu banyak
ulama Islam yang menjadi rujukan sebut saja Al-Ghazali di kalangan kamu
Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan orang-orang ahli Ketimuran
(Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin berpangkal
pada konsepsi al-Ghazali. Bukan hanya jago kandang, ulama sekaligus ilmuan kita
juga mendapat acungan dua jempol dan menjadi sorotan ilmuan dunia seperti yang
sudah penulis kemukakan Imam al-Ghazali, Ibnu Sina yang mereka sebut Avicenna,
Ibnu Gaberol (Avicebron), Ibnu Thufail (Abubacer), dan Ibnu Rusyd (Averroes).
Dalam makalah
super mini ini penulis akan mempersembahkan beberapa buah pikiran ulama atau
ilmuan Muslim dalam kajian filsafat. Titik pembahasan ini hanya terkait
pemikiran dalam ranah Epistemologi saja.
Adapun sub-sub di
dalamnya.
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
A.
Pengertian
Epistemologi
B.
Mengenal
Ilmuan Epistemologi Muslim
C.
Bagan
Kontribusi/Pengembangan Epistemologi
III. Kesimpulan
IV. Daftar Pustaka
.
II. Pembahasan
A.
Pengertian
Epistemologi
Menurut bahasa,
Epistemologi termabil dari bahasa Yunani Epistem (Pengetahuan) logos
(Penjelasan dan Ilmu). Dalam bukunya, Drs. M. Zainuddin, MA[1],
menngemukakan, Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa,
epistemologi menjelaskan pertanyaan bagaimana dan aksiologi menjelaskan
pertanyaan untuk apa. Lebih lanjut, Drs. M. Zainuddin menerangkan
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode
dan sahnya ilmu pengetahuan[2].
Amin Abdullah
(1992:7) dalam mencermati epistemologi Islam lebih melihat pada adanya
kecenderungan para pemikir Muslim yang idealis dan rasionalis, sebagaimana yang
ia kaji dalam pemikiran As-Shadar dan Ghulsyani. Penulis sangat setuju pada
pendapat Amin tentang berpadunya kajian metafisika dan epistemologi dalam Islam
yang ideal-holistik kelemahannya menurutnya kurang tajam dalam melakukan kajian
dalam segi-segi khusus, karena dominasi kalam dan sufisme terlalu
kuat, sehingga epistemologi tidak bisa berkembang secara alami.
Amin (1992: 16)
menambahkan, selama ini ruang lingkup filsafat Islam lebih cenderung
menitikberatkan pada aspek ontologis dan aksiologis daripada epistemologis. Dan
eistemologi yang dibangunnya memenangkan epistemologi Plato/Platonisme
yang rasionalistik-normatif seperti yang
nampak dalam dominasi kalam dan sufisme, daripada empirisme-historis
Aristoteles. Menurut Amin (1992: 12) lagi, persoalan ini dianggap mereduksi (dalam
kamus ilmiyah populer Hlm 658 baris pertama dari terakhir: Menganalisis sesuatu
secara keseluruhan.) keutuhan ajaran Al-Qur’an.[3]
Maka menurut penulis, Amin ingin menginformasikan bahwa memandang sesuatu itu
berawal dari Al-Qur’an kemudian objek kajian, bukan berakhir dengan Al-Qur’an
yakni, setelah sesuatu itu terungkap baru menilik ke Al-Qur’an, atau
dicocok-cocokkan terhadap kitab Allah itu.
B.
Mengenal
Ilmuan Epistemologi Muslim
Dalam makalah
sempit ini, penulis mencoba mengulas Epistemologi yang luas. Namun demikian,
penulis tidak memperbanyak lembaran makalah dari segi tulisan melainkan
langsung kepada inti dari ulasan tersebut. Dalam artian, penulis ingin
menyajikan kontribusi lima filusuf (tentang epistemologi) sekaligus
tanpa basa-basi mengutip seluruh pemaparan para penulis yang tertuang dalam
banyak buku.
No
|
Nama[4]
|
TTL
|
Pemikiran
|
Pembahasan
kami
|
1
|
Abu Hamid ibn
Muhammad (Al-Ghazali)
|
Thus bagian
dari kota Khurasan, Iran thn 450 H/1058 M. Wafat Thus 505 H/111 M
|
Epistemologi-Metafisika-Moral-Jiwa
|
Epistemologi
|
2
|
Abu Bakar
Muhammad ibn Yahya (Ibn Bajjah)
|
Saragossa,
Andalus thn 475 H/1082 M. Wafat diduga kena racun oleh seorang dokter Abu
al-‘Ala ibn Zuhri karena iri hati terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenaran.
Kota Fez dimakamkan samping makam Ibn ‘Arabi thn 533 H/1138 M
|
Epistemologi-Metafisika-Moral-Politik
|
Epistemologi
|
3
|
Abu Bakar
Muhammad ibn Abd al-Malik (Ibn Thufail)
|
Guadix, 40
mil di Timur Laut Granada thn 506 H/1110 M. Wafat kota Marraqesh, Marokko thn
581 H/1185 M. Wafat Marraqesh, Marokko thn 581 H/1185 M
|
Filsafat dan Agama-Metafisika-Epistemologi-Jiwa
|
Epistemologi
|
4
|
Syaikh Syihab
al-Din (Suhrawardi Al-Maqtul)
|
Suhrawardi
Iran Barat Laut dekat Zanjan thn 548 H/1153 M. Wafat diseret ke penjara dan
menghantarkan kematiannya di usia 38 thn.
|
-Metafisika
dan cahaya-Epistemologi-Kosmologi-Psikologi
|
Epistemologi
|
5
|
Muhammad ibn
Ibrahim yahya Qawami Syirazi (Mulla Shadra)
|
Syiraz thn
979/980 H/1571/1572 M. Wafat karena sakit, Basrah thn 1050 H/1641 M.
|
Epistemologi-Metafisika-Moral
|
Epistemologi
|
C. Bagan
Kontribusi/Pengembangan Epistemologi[5]
III. Kesimpulan
Demikianlah Islam
tidak berkubang hanya pada rasionalisme dan empirisme, tetapi juga mengakui
intuisi dan wahyu. Intuisi sebagai fakultas kebenaran langsung dari Tuhan dalam
bentuk ilham, kasyaf yang deduksi, sikulasi dan observasi. Pengetahuan
seperti ini dalam mistisisme Islam disebut dengan ‘ilm al-Dharury atau ‘ilm
al-laduny yang kedudukannya sedikit di bawah wahyu.
IV. Daftar Pustaka
Drs.
M. Zainuddin, MA, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2006.
Hanafi,
M.A ,Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
1990.
Nasution,
M.A ,Dr. Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama. 1999.
Pius
A artanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.
No comments:
Post a Comment