Rafa dan Ainul Yaqin
Januari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Turki adalah negara dimana kekhalifahan
terbesar Islam pernah ada disana, yakni Turki Ustmani. Oleh karena itu,
keterikatan bangsa Turki terhadap Islam sangat kuat. Islam sudah menyatu dalam
kehidupan nasional rakyat Turki. Namun, kejayaan Turki Ustmani ada masanya, dan
setelah runtuhnya kejayaan Turki Ustmani, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, muncullah
gerakan-gerakan pembaharuan di Turki. Pembaharuan-pembaharuan tersebut
bertujuan membawa umat Islam Turki kepada kemajuan. Kontak dengan dunia barat
melalui perkembangan IPTEK menginspirasi seorang Mustafa Kemal untuk melakukan
pembaharuan secara besar-besaran di Turki dengan memproklamirkan Republik Turki
pada tanggal 29 Oktober 1923. Dengan demikian seorang Mustafa Kemal telah
merubah sistem kekhalifahan yang telah ada ratusan tahun.
Dari penjelasan di atas penulis mencoba
memaparkan salah satu tokoh yakni Mustafa Kemal Attaturk yang melakukan
eksperimen sejarah dengan gerakan pembaharuan di Turki. Selain itu penulis juga
menjelaskan bagaimanakah prinsip sekulerisme yang dilakukan Mustafa Kemal
Attaturk di turki dan bagaimanakah gerakan (revivalisme) pembaharuan pasca
Mustafa Kemal Attaturk di turki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI MUSTAFA KEMAL ATTATURK
Turki memang nyaris tidak pernah
dipisahkan dengan nama Mustafa Kemal Attaturk. Mustafa Kemal lahir pada 1881 di
suatu daerah di Salonika. Sering dikenal dengan nama Mustafa Kemal Pasya[1].
Dan dikenal juga dengan Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Bangsa Turki)[2].
Beliau juga mendapat julukan Ghazi, artinya sang pembela keyakinan.
Julukan ini diberikan ketika beliau dengan gemilang membawa Turki kepada
kemenangan dalam perang kemerdekaan melawan Yunani, Mustafa Kemal dielu-elukan
dan dipanggil dengan gelar kehormatan Ghazi.
Ayahnya bernama Ali Riza Efendi,
seorang pegawai rendahan di salah satu kantor pemerintahan di kota itu[3].
Beliau sempat mencoba lari dari kemalangan hidupnya dengan cara menegak racun.
Sedangkan Ibunya bernama Zubayde, seorang wanita sholihah[4].
Ali Riza meninggal saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun sehingga ia kemudian
diasuh oleh ibunya.
Sejak kecil, Mustafa Kemal memiliki
bakat untuk selalu memberontak terhadap segala keadaan yang tidak berkenan di
hatinya. Ia secara brutal menentang peraturan apapun. Bahkan, tanpa malu-malu
ia sering memaki-maki gurunya saat bersekolah. Sehingga suatu hari pernah
ditampar salah satu gurunya karena sang guru sudah kehilangan kesabaran
menghadapi perilaku Mustafa Kemal. Dan akibatnya, Mustafa Kemal kecil lari dan
tidak mau masuk sekolah lagi. Mustafa kecil juga terkenal arogan dalam bergaul.
Ia tidak mau sembarangan dalam memilih kawan. Akhirnya, ibunya mengirim dia ke
sekolah militer, sehingga riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai tahun 1893
ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (Sekolah Menengah Militer Turki). Tahun
1895 ia masuk ke akademi militer di Kota Monastir dan pada tanggal 13 maret
1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul. Tahun 1902 ia ditunjuk
sebagai salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan
pangkat Kapten. Perjuangan Mustafa Kemal mewujudkan pembaharuan untuk kemajuan
Turki penuh liku, dan mencapai klimaksnya ketika ia menjadi Presiden Republik
Turki. Bangsa Eropa mengakui Republik Turki yang ditandai oleh Perjanjian
Lausanne pada tahun 1923. Mustafa Kemal meninggal dunia tahun 1938.
B. SEKULERISME MUSTAFA KEMAL ATTATURK DI TURKI
Dalam “sejarah dan kebudayaan Islam
imperium Turki Usmani”, sekuler diartikan sebagai berikut, bahwa tidak ada
campur tangan agama atau mazhab agama seseorang dalam bentuk apapun atau agama
(Mazhab agama) seseorang itu tidak boleh menjadi perintang untuk memperoleh hak
kemanusiaannya[5].
Sedangkan sekularisasi menurut Muhammad
Arkoun adalah sikap spirit dan merupakan kompetisi untuk menguasai kebenaran
atau mencapai kebenaran. Menurut beliau adalah sikap terhadap pengetahuan yaitu
sikap yang berupaya menjadi terbuka dan bebas sampai sejauh mungkin, atau
sampai batas yang memungkinkannya tidak hanya syarat-syarat politis dan social,
tetapi juga kemajuan metodelogi, pengetahuan dan teknik yang mendominasi dalam
suatu masa dan tempat[6].
Akan tetapi menurut Ahmad Syalaby
pengertian sekuler yang lebih populer berbeda dengan pengertian sekuler diatas,
karena pengertian sekuler yang lebih populer itu hampir sama dengan pengertian
atheis. Pengertian sekuler yang populerlah yang digalakkan di Turki pada masa
Mustafa Kemal. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa peristiwa perubahan
pada beberapa bidang dan kemasyarakatan yang ditempuh oleh Mustafa Kemal
Ataturk (Bapak Turki) dalam sejarah Turki sesuai dengan program kelompok
persekutuan dan kemajuan (Al-Ijtihad wa at Faraqqi) yang telah mewarnai
lembaran baru sejarah Turki. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
- Menghapus jabatan khalifah dan jabatanMenteri Syari’at dan Waqaf.
- Menghapus seluruh institusi keagamaan yang ada dalam pemerintahan.
- Menghapus artikel dalam UUD yang berbunyi bahwa “agama Islam adalah agama Negara”.
- Menghapus Syariat Islam dan sebagai gantinya Syariat Aiqat (Hukum Adat) diberlakukan akan tetapi Syariat Aiqat juga kemudian diganti lagi dengan hukum positif model Swiss dan hukum pidana ala Itali.
- Hari libur resmi mingguan dirubah dari hari Jum’at menjadi hari minggu, di samping mengganti kalender Hijaiyyah dengan kalender Miladi.
- Dalam Hukum waris, beliau menyamakan bagian bagian laki-laki dan perempuan dan yang menjadi ahli waris adalah hanya keluarga mayat saja (anak istri) lain tidak.
- Jumlah Masjid dibatasi dan tidak dibenarkan luas halaman masjid lebih dari lima ratus meter. Kemudian para khatibnya pun yang diangkat oleh pemerintahan dikurangi hingga diseluruh wilayah Turki hanya tinggal tiga ratus saja. Yang sangat melukai perasaan umat Islam adalah tindakan menutup dua masjid raya yang ada di Istambul, yang pertama Mustafa Kemal hendak merubah masjid Abyah Sophia yang hendak dijadikan museum dan kedua menutup masjid raya Al faith yang hendak dijadikan gudang.
- Mustafa Kemal melarang poligami, sesuai dengan hukum model scoiss walaupun dalam prakteknya ada sedikit perubahan yaitu bagi mereka yang dianggap kaya dan mampu masih tetap diperbolehkan.
- Tidak memperkenankan masyarakat umum memakai jilbab dan cadar kecuali para agamawan dan sebagai gantinya masyarakat memakai baju dan topi ala Barat. Kemudian pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang mewajibkan warga negara Turki memakai marga dibelakang namanya yang tidak dikenal dikalangan masyarakat Turki sebelumnya. Kemudian pemerintah melarang mengadakan kegiatan spiritual yang bisa dilakukan pengikut tarekat dan menutup tempat-tempat tersebut. Pemerintah dengan kejam menindak siapa saja yang coba-coba mengkritik kebijaksanaannya, dalam masalah-masalah agama. Para wanita Turki seperti prianya diperbolehkan bekerja.
- Mengganti huruf Arab dengan huruf latin. Disetiap kota dan desa didirikan sekolah-sekolah untuk mengajarkan huruf latin ( yang telah diresmikan, menjadi huruf nasional). Percetakan-percetakan dilarang menerbitkan buku-buku yang berbahasa Turki yang menggunakan huruf Arab.
Sekulerisasi yang dijalankan oleh
Mustafa Kemal tidak serta merta menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun
hanya melakukan pembatasan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan
politik[7].
Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, institusi-institusi
negara, sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari
kekuasaan syari’ah. Menurut Mustafa Kemal, sekulerisme bukan saja memisahkan
masalah bernegara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dari pengaruh agama
melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai
suatu bangsa, karena menurut beliau bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban
terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat
mengalahkan peradaban-peradaban lain bukan hanya karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsurnya. Dan
sekulerisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Sehingga, Mustafa
Kemal berpendapat jika rakyat Turki ingin mempunyai peradaban tinggi harus melakukan
sekulerisasi.
C. REVIVALISME PASCA MUSTAFA KEMAL ATTARTUK
Situasi pembaharuan yang dilakukan oleh
Mustafa Kemal, memang tidak berubah sepenuhnya kearah yang amat modern
sebagaimana yang dikehendakinya. Terutama dalam hal sekularisasi yang diproyeksikannya.
Dalam banyak hal semasa ia berkuasa, nampak dipermukaan bahwa pembaharuan
berjalan amat lancar, walaupun ada tantangan dari golongan Islam Tradisional,
namun tantangan itu tidak mempunyai arti yang besar. Tetapi setelah mustafa
kemal wafat, program sekularisasi yang memang belum sepenuhnya kuat itu lambat
laun kian menurun pamornya[8].
Agama Islam yang sudah melekat dihati
orang-orang Turki sulit dipengaruhi oleh ide-ide Barat. Bahkan mereka marah
kalau dikatakan mereka bukan dari golongan Islam/ orang Islam.
Selanjutnya, pada tahun 1940 semua
aktifitas keislaman dihidupkan kembali oleh mereka. Imam-imam Tentara pun sudah
diaktifkan lagi di dalam Angkatan Bersenjata Turki. Tahun 1949 pendidikan agama
yang tadinya dihapus dihidupkan kembali , bahkan dijadikan mata pelajaran wajib
di sekolah[9].
Beberapa hal lain yang tadinya sudah
dianggap tabu bangkit kembali. Lembaga penerbitan Islam juga sudah kembali
menyiarkan ide-ide tentang Islam. Sejumlah tokoh yang tadinya bergerak di
belakang layar mencoba membangun kembali citra Islam yang berbeda dari
sebelumnya. Sebut saja dalam hal ini adalah pengikut Badi’uz Zaman Said Nursi
yang ada di wilayah ini[10].
Itulah sedikit gambaran keadaan
masyarakat dan negara Turki yang dahulu pernah menjadi simbol Kerajaan umat
Islam, mengalami pergolakan yang sangat serius namun kemudian kembali kepada
Islam, dan sampai sekarang Islam mempunyai peran yang penting dalam mewarnai
masyarakat Turki.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik
beberapa kesimpulan, diantaranya :
- Turki telah melakukan eksperimen sejarah, dengan secara terang-terangan menyatakan sebagai negara sekuler serta mengambil barat sebagai model. Dan tokohnya adalah Mustafa Kemal Attaturk;
- Sekulerisme Mustafa Kemal tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki tetapi menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan;
- Konsep sekulerisme Mustafa Kemal tidak bertahan lama ada di tengah-tengah masyarakat Turki karena Islam telah mengakar kuat di hati masyarakat Turki;
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Siradjudin, 1983, 140 Masalah Agama, Jakarta : Pustaka
Tarbiya
Arkoun, Mohamed, 2003, Islam Agama Sekuler, Yogyakarta : Belukar
Nasution, Harun.1992. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah
Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : PT Bulan Bintang.
Sani, Abdul, 1998. Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan
Modern Dalam Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syaukani, Ahmad. 1997. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia
Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Thohir, Ajid.2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Tim Narasi,2006. Heroes of freedom and
Humanity, Yogyakarta: Perum Nogotirto Elok II
www.bacabuku.blogspot.com
[1] Gelar Pasya diberikan
kepada Mustafa Kemal karena kecakapannya di medan pertempuran terutama di
daerah Gallipoli dan daerah Kaukasus. Pangkatnya dinaikkan dari kolonel menjadi
Jenderal ditambah dengan gelar Pasya.
[2] Gelar Attaturk diilhami
oleh lahirnya UU yang disetujui pada tanggal 28 Juni 1934 yang mengharuskan
orang Turki punya nama keluarga. Sejak itu ia lebih di kenal dengan Mustafa
Kemal Attaturk
[3] Tim Narasi, Heroes of freedom and Humanity, (Yogyakarta: Perum Nogotirto Elok II,
2006), hal: 108
[4] Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta :
Bulan Bintanng, 2011),hal 134
[6] Mohamed Arkoun, Islam
Agama Sekuler, (Yogyakarta : Belukar,2003), hal 89
[7] Prof. Dr. Harun Nasution. Pembaharuan
Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. Jakarta : Bulan Bintang, 2011.
Cet XIV, hal 145.
[8] Drs. Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran
Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998. Cet
I, h 131.
[9] Drs. H. Ahmad Syaukani, MA. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia
Islam. Bandung : Pustaka
Setia, 1997. Cet I, hal 60.
[10] Drs. Abdul Sani,
Lintasan Sejarah
Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998. Cet I, h 132.
No comments:
Post a Comment