الحمد
لله – الحمد لله الذى يمد من اطاعه بالنصر المبين . ويجازى من جاهد فى سبيله
بالفوز العظيم . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له . و اشهد ان محمدا عبده
و رسوله . اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين.
اما
بعد : فياايها المسلمون رحمكم الله , اوصيكم و نفسى بتقوى الله . اتقوا الله
واعملوا بشريعته لعلكم تفلحون.
Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Untuk menyambut seruan Allah swt dalam menunaikan ibadah sholat
jumat ini, marilah kita bersama-sama berusaha meningkat kadar iman kita untuk
semakin memantapkan taqwa dan bakti kita kepada Allah swt. Karena pada
hakekatnya, disisinya nanti hanyalah taqwa seseorang yang menjadi ukuran
mulianya.
Untuk landasan khutbah pada hari ini akan saya
ketengahkan firman Allah dalam Al-Quran
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal,
191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Kata kunci yang terdapat dalam QS Ali Imran ini
adalah selalu berfikir tentang Allah. Penggalan kalimat ini juga sangatlah
mendalam. Lagi-lagi Allah ingin mengajak kita untuk berinteraksi dengannya.
Bayangkan firman yang disampaikan Allah dalam ayat
tersebut:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi
Seakan-akan Dia ingin mengatakan kepada kita bahwa
kunci kedekatan seorang hamba dengan tuhannya, salah satunya adalah selalu
berfikir tentang Allah, melalui ayat-ayatnya yang terserak di seluruh penjuru
alam ini.
Berfikir adalah salah satu kunci kedekatan kita
dengan Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai pikiran kita. Orang
yang tidak berfikir dan tidak menggunakan akalnya, termasuk golongan yang
dimurkai Allah. Dalam surah Yunus: Allah berfirman.
100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali
dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.
269. Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).
Kita juga tahu, bahwa agama ini memang
diperuntukkan bagi makhluk yang berakal. Sebagai contoh tumbuhan dan binatang,
yang tidak berakal tidak dikenai kewajiban beragama. Demikian pula, manusia yang
dalam keadaan pingsan, mabuk, gila juga tidak dikenai kewajiban beragama.
Sangat jelas bahwa agama hanya cocok untuk makhluk yang berakal.
Karena itu, Allah juga secara tersirat maupun
tersurat, menegaskan bahwa kita harus berfikir untuk menjalani agama ini.
Apalagi untuk bertemu Allah.
Nah, dalam ayat tersebut bahkan dikatakan tidak
cukup berfikir hanya kadang-kadang saja. Berfikir harus total, sepanjang waktu
kita. Baik dalam keadaan berdiri, duduk, tidur-tiduran, dan apapun aktifitas
kita. Semuanya harus diorientasikan kepada Allah. Itu kalau kita ingin bertemu
dengan-Nya.
Apakah esensi dari aktifitas berfikir yang seperti
itu? Intinya, kita harus menghubungkan setiap aktifitas kita apapun bentuknya,
semata-mata lillahi taala. Tidak ada lain dalam hidup kita kecuali
untuk-Nya. Mulai dari bangun tidur, sholat subuh, olah raga pagi, sarapan,
bekerja, istirahat, dan seterusnya sampai kita tidur kembali, harus
berorientasi kepada Allah. Bahkan tidur itu harus berorientasi kepada Allah.
Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Kenapa berfikir menjadi kunci dari keberhasilan
proses pendekatan kita kepada Allah? Tidak bisakah kita tanpa berfikir lantas
bisa dekat dengan Allah?
Rasanya sulit untuk mengatakan bahwa tanpa
berfikir manusia bisa mendekatkan diri kepada Allah. Allah sendiri
berulang-ulang mengatakan di dalam Al Quran bahwa manusia harus berfikir, dan
Dia sangat menghargai orang-orang yang berfikir dengan baik. Berfikir
menunjukkan bahwa kita hidup. Orang yang sudah tidak bisa berfikir, pada hakikatnya
dia sudah mati. Dan orang yang sudah mati, tidak dikenai lagi kewajiban
beragama. Allah mengatakan di dalam QS Al-Israa : 36
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Artinya kita tidak boleh ikut-ikutan saja dalam
mengerjakan sesuatu. Itu bisa berbahaya, dan lantas kita sulit untuk
mempertanggung jawabkannya. Harus punya ilmunya, kata Allah. Itu artinya kita
harus banyak-banyak berfikir.
Dan kalau kita membaca Al-Quran, betapa banyaknya
Allah menyindir kitadengan kalimat-kalimat: afalaa ta’qiluun (apakah
kalian tidak berakal) afalaa yandzuruun (apakah kalian tidak melakukan
observasi), afalaa yatafakkaruun (apakah kalian tidak berfikir), dan
lain sebagainya.
Berfikir
menjadi entry point (pintu masuk) bagi proses pendekatan kita kepada
Allah. Seseorang tidak akan memiliki keimanan yang kuat kalau tidak melalui
proses berfikir. Hal ini sudah ditunjukkan oleh para nabi besar, seperti nabi
Ibrahim, Musa dan Muhammad.
Memang para nabi itu memperoleh ilmunya tidak
lewat berguru, tetapi lewat wahyu dari Allah, yang langsung masuk ke kalbunya.
Akan tetapi, semua itu selalu didahului dengan sebuah proses berfikir secara
total yang cukup panjang.
Nabi Ibrahim misalnya lewat proses dialognya
dengan alam semesta. Nabi Musa dengan ’bertapa’ di gunung Sinai. Dan nabi
Muhammad lewat proses berkhalwat di gua Hira. Semua itu adalah proses awal
berupa perenungan-perenungan untuk memperoleh ilmu yang sangat tinggi dan
mendalam. Maka kalau kita ingin memperoleh kedekatan dengan Allah lakukanlah
apa-apa yang telah dialami oleh para nabi besar itu. Atau dalam konteks ini,
jalankanlah apa yang diisyaratkan Allah dalam QS Ali Imran tersebut, yaitu
selalu berfikir dalam menjalani agama ini dalam keadaan berdiri, duduk dan
berbaring, atau apapun aktifitas kita.
Orang yang disebut sebagai ’ulil albab’ di dalam
wahyu itu akhirnya memiliki kesimpulan : Rabbanaa maa kholaqtahaadzaa
baatila..., ya tuhanku, tidak sia-sia segala yang engkau ciptakan ini...
Kapankah seseorang bisa memiliki kesimpulan bahwa
segala sesuatu yang dia pelajari itu tidak sia-sia? Jawabnya hanya satu, yaitu
ketika dia sudah sangat memahami tentang apa yang dia pelajari. Barulah dia
bisa mengatakan bahwa ternyata segala yang dicipta oleh Allah semuanya ada
manfaatnya. Betapa mendalamnya kalimat ini...
Orang yang belum mengerti tentang apa yang dia
pelajari, dia tidak akan bisa mengatakan bahwa sesuatu itu bermanfaat alias
tidak sia-sia. Jadi, bisakah anda bayangkan bahwa wahyu Allah tersebut
seakan-akan mengambarkan sebuah kurun waktu yang sangat panjang dalam kehidupan
seseorang. Barangkali sepanjang usianya.
Hadirin jamaah sholat jumat yang berbahagia.
Di ayat itu, sang pemikir digambarkan selalu gelisah untuk bisa
selalu bertemu dengan Allah. Karena itu ia selalu berfikir tentang tanda-tanda
kebesaran-Nya sepanjang hidupnya. Baik, ia sedang berdiri, duduk, bahkan
tidur-tiduran. Ketika ia sedang susah maupun senag. Ketika sedang sendiri
maupun sedang beramai-ramai. Dan segala aktifitas kehidupannya.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian –sebagaimana nabi Ibrahim-
akhirnya ia mendapatkan kesimpulan bahwa Allah memang sang pencipta yang maha
pintar dan maha bijaksana. Tak ada satu bendapun yang tidak bermanfaat di alam
semesta ini. Barangkali, kalau aktifitas berfikirnya itu dibukukan, itu akan
menjadi sebuah informasi ilmu pengetahuan yang hebat dan dahsyat. Kenapa
demikian? Ya, karena kesimpulannya mengatakan bahwa ia sangat faham dengan
fakta yang terserak di alam semesta ini, dan bisa berkata : tidak sia-sia
segala yang ada…
Begitulah Allah memancing kita untuk mempelajari alam semesta
ciptaan-Nya. Hasil akhirnya, bukannya sekedar kita puas dengan ilmu yang kita
peroleh, melainkan kita mendapatkan satu kesimpulan esensial, yaitu lebih
mengenal zat sang penguasa semesta.
Saya yakin, bahwa kita masih sering menganggap sesuatu yang terjadi
di sekitar kehidupan kita adalah sia-sia. Atau setidak-tidaknya biasa-biasa
saja, tidak ada gunanya. Dan tidak memberikan tanda-tanda bagi eksistensi serta
keterlibatan Allah.
Ambil saja contoh. Allah mengatakan bahwa Dia tidak merasa malu
menciptakan nyamuk. Apakah kita pernah berfikir bahwa nyamuk adalah ciptaan
Allah yang luar biasa rumit dan memiliki peran dalam kehidupan kita?
QS Al Baqarah :26
26. Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu
sampai saat ini tidak ada seorang ahli robot pun yang bisa meniru
membuat nyamuk. Seluruh ilmu pengetahuan sepanjang peradaban manusia belum
cukup untuk digunakan untuk membuat nyamuk. Untuk meniru gerakan kakinya saja,
para ahli robot terkemuka di dunia tidak bisa menirunya. Apalagi meniru alat
penglihatannya, pencernaannya, sayapnya, instingnya dan seluruh proses
metabolisme yang menyebabkan dia hidup dan berkembang biak.
Atau pernahkah kita berfikir tentang lebah ? dari mana ia memperoleh
instink untuk memproduksi madu yang ternyata bisa menjadi obat itu? Berapa
banyak nilai ekonomi dan kesehatan yang telah dihasilkan oleh serangga yang
hidup bergerombol bersama sang ratu lebah itu.
Bahkan, bukan hanya makhluk berupa binatang atau tumbuhan saja yang
menarik untuk dipikirkan. Kejadian-kejadian yang melingkupi kehidupan kita pun
tidaklah ada yang sia-sia. Semuanya mengandung pelajaran dan hikmah untuk kita
ambil sebagai pelajaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Inilah kira-kira yang bisa kita petik dari
penggalan ayat dalam wahyu tersebut. Pemahaman yang komprehensif terhadap
segala yang ada justru akan membawa kita kepada suatu kesimpulan yang terfokus
pada kekuasaan Allah, sang maha perkasa.
بارك الله لى ولكم فى القران العظيم . ونفعنى و اياكم بما
فيه من الايات والذكر الحكيم . اقول قولى هذا واستغفروا الله العظيم الجليل لى
ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات من كل ذنب فاستغفروه انه هو
الغفور الرحيم.
No comments:
Post a Comment