A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Pada zaman globalisasi ini,
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang semakin canggih terus menggelobal dan berdampak pada
hampir semua sistem kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini[1].
Lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua
aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat dipecahkan dengan
upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat
bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa
manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan
dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Menurut survey Human
Development Index sebagaimana diungkapkan oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur
Direktorat Perguruan Tinggi Swasta Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, kualitas
SDM Indonesia saat ini menduduki peringkat ke 105. Sebagai ilustrasi, perangkat
SDM di kawasan Asia Tenggara yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26,
Malaysia 56, Thailand 57 dan Pilipina 77.[2]
Era
Reformasi telah membawa
perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai kehidupan
termasuk kehidupan pendidikan.
Salah satu perubahan mendasar yang sedang digulirkan
saat ini adalah manajemen negara, yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah.
Secara resmi, perubahan manajemen
ini telah diwujudkan dalam
bentuk "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah" yang kemudian diikuti
pedoman pelaksanaannya berupa
"Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Konsekwensi logis dari Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah
bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi.[3]
Memasuki era
otonomi yang baru,
setiap sekolah baik swasta maupun
negeri diharapkan untuk bisa madiri dan mampu untuk menggali potensi yang ada
di dalam sekolahnya. Suatu tantangan
yang patut mendapat respon dari pihak penyelenggara sekolah negeri, agar di era otonomi mereka
harus dapat mengoptimalkan kinerja mereka tanpa ketergantungan pada pemerintah.
Pihak sekolah harus benar-benar
menata kembali lembaga
persekolahan dengan manajemen
modern dan profesional. Sekolah negeri harus benar-benar inovatif memberdayakan
potensi sekolah di tengah masyarakat menampilkan produktivitas yang tinggi,
sehingga ketergantungan tersebut bisa dikurangi.[4]
Perbaikan mutu yang diupayakan pendidikan
selama ini kurang atau tidak berhasil, ini disebabkan oleh tiga factor: Pertama
strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input
pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat
belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan
(sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan
oleh teori education production functi tidak berfungsi sepenuhnya di
lembaga pendidikan (sekolah/madrasah), melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini
lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.
Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak
terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro
(sekolah/madrasah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya
cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
dan akurat oleh birokrasi pusat, Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang
tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.[5]
Joseph M. Juran yang pernah mendapat anugerah Order of the Sacred Treasure oleh
Kaisar Jepang tahun 1981 mengatakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu
terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen
haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin.[6]
Dalam era globalisasi, masyarakat
banyak yang berbicara tentang “mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang
menghasilkan produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan.
Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir
sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk atau jasa
dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya
antara harapan dan kebutuhan pelanggaran dengan hasil produk dan/atau jasa
itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk atau
jasa adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pelanggan.[7]
Konsep Total Quality Manajement
(TQM) lahir beberapa dasawarsa yang lalu terutama untuk mengatasi beberapa
masalah di bidang bisnis dan industri. Konsep itu telah diimplementasikan
dengan sangat berhasil oleh dunia bisnis dan industri di Jepang, dan negara -
negara lain di dunia. Hal ini akan menarik jika konsep TQM ditelaah penerapannya
di dunia pendidikan terutama di lingkungan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan.[8]
Total Quality Manajement (TQM)
adalah sistem pengendalian mutu yang didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya merupakan hal yang utama dalam setiap
usaha yang dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut, budaya kerja
dalam lembaga harus dibina dan dikembangkan dengan baik.[9]
Dalam konsep Total Quality
Manajement (TQM) bahwa dalam pengelolaan lembaga pendidikan untuk meningkatan
mutu harus dilakukan oleh semua unsur lembaga yang dimulai sejak dini. Hal ini
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga pendidikan sebagai
pelayanan jasa dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun
masa yang akan datang. Dengan pendekatan TQM diharapkan pendidikan akan dapat
menghasilkan lulusan yang bermutu dan dapat meningkatkan mutu secara
berkesinambungan.[10]
Total Quality Manajement (TQM)
menganggap bahwa produk pendidikan sebagai industri jasa yang berbentuk
pelayanan, diberikan kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu.
Jasa pelayanan ini dapat dikatakan memuaskan jika sesuai dengan keiginan atau
melebihi kebutuhan pelanggan bersangkutan.[11]
Sekolah - sekolah terutama yang
ingin menuju sekolah yang berstandar internasional, penggunaan TQM menjadi
pilihan terbaik yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Hal ini dikarenakan
dengan menggunakan TQM, maka sekolah akan mempunyai pedoman yang jelas dalam
menuju kualitas yang diharapkan.[12]
Untuk mendapatkan kualitas sekolah
yang baik (bermutu) , maka yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi sarana
prasarana saja, tetapi juga sumber daya manusia yang ada di sekolah, yaitu
kepala sekolah, para guru dan karyawan. Selain itu siswa juga merupakan sumber
daya manusia yang dikenai kebijakan pendidikan. Siswa berperan sebagai konsumen
jasa pendidikan. Sebagai konsumen, kepuasan siswa merupakan indikator penting
dari keberhasilan TQM yang dilaksanakan sekolah.[13]
Selain siswa ada juga konsumen tidak
langsung dari jasa pendidikan, yaitu orang tua siswa. Kepuasan orang tua siswa
juga merupakan indikator yang sangat penting dalam menilai keberhasilan
penerapan TQM di sekolah. Dalam hal ini kepuasan siswa dan orang tua siswa akan
tepenuhi jika hasil dari penerapan TQM benar-benar mampu meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah.[14]
Mutu sudah menjadi keharusan yang
tidak terbantahkan dan merupakan konsep yang paling manjur menjawab berbagai
tantangan-tantangan yang semakin kompleks. Mutu menjadi indikator penting
efektivitas sekolah. Mutu sekolah harus memperhatikan dan konfirmasi dengan
kebutuhan pelanggan quality is conformance to customer requirement.[15]
Melihat fenomena diatas kiranya
upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif dalam mencapai tujuan pendidikan
adalah mutlak membutuhkan budaya manajemen kualitas. Dengan manajemen tersebut
efektivitas sekolah akan dapat terwujud secara sempurna.
Sekolah adalah salah satu tempat
untuk menciptakan manusia yang intelek tanpa melihat latar belakang budaya, ekonomi,
status social pada siswa yang ada di dalamnya. Sehingga sekolah mudah diterima
oleh semua kalangan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataan di Indonesia
sendiri, telah banyak terjadi pengelompokan sekolah, dengan criteria sekolah
favorit dan sekolah unggulan. Jika dibiarkan terus pengelompokkan sekolah, hal
tersebut akan menciptakan diskriminasi siswa. Memang keunggulan menjadi indikator
kemampuan kecerdasan siswa. Tetapi pada akhirnya tolak ukur kecerdasan siswa
terlihat dari hasil akhir kelulusan mereka.
Sampai kapan pengelompokkan sekolah terjadi dan bagaimana dengan sekolah yang
tidak masuk dalam kategori tersebut.
Munculnya sekolah favorit, unggulan,
elit pada dasarnya secara substansial sekolah-sekolah tersebut identik dengan
biaya yang mahal. Sehingga orang tua segan membiayai anaknya untuk sekolah.
Namun sekolah-sekolah tersebut memang dapat diandalkan untuk memenuhi harapan
masyarakat. Ada suatu contoh kasus yang terjadi dengan banyaknya pungutan liar
dari sekolah meskipun secara kebijakan telah diatur melalui komite sekolah,
kepala sekolah, dan pihak sekolah mengenai jumlah rincian biaya perbulan
ataupun persemesternya.
SMA NEGERI 3 Malang merupakan
lembaga pendidikan atau sekolah negeri yang masih tetap eksis sampai saat ini.
Di Indonesia banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan khususnya di daerah Kota
Malang. Akibatnya terjadi persaingan yang sangat ketat antar lembaga-lembaga
pendidikan. Apabila lembaga pendidikan tersebut tidak mampu bersaing untuk
meraih prestasi atau tidak mempunyai keunggulan, maka sekolah akan ditinggalkan
oleh masyarakat. Jika terjadi demikian, berakibatnya lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan SMA NEGERI 3 Malang sampai saat ini masih eksis dalam dunia
pendidikan.
Akan tetapi dalam hal ini menjadi keunikan
tersendiri bagi SMA Negeri 3 Malang dalam usahanya menjamin mutu pendidikan
yaitu dengan melalui berbagai cara dan proses yang dilalui selama ini,
diantaranya melalui sistem penjaminan mutu standar nasional pendidikan yaitu:
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan kependidikan,
standar proses, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan (biaya
investasi, biaya, personal, biaya operasional), standar pengelolaan, standar
penilaian pendidikan, fungsi dan tujuan standar.
Lalu sekarang
dalam konteks ini bagaimana PAI Pendidikan Agama Islam dapat meiliki peran
pendukung dalam mewujudkan sekolah yang sesuai dengan visi dan misinya ? potret
sumber daya manusia SDM terbagi menjadi 2 : pendidik dan peserta didik, dalam
hal ini SDM di sekolah tersebut mayoritas muslim. Adanya LAB PAI disuatu lembaga pendidikan terlebih
itu lembaga pendidikan umum merupakan
wujud dari nilai perhatian pihak sekolah dalam mengembangkan dan membumikan
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai sarana dan wacana mewujudkan sekolah yang
diakui ditingkat internasional.
Potret kurikulum
PAI di SMA Negeri 3 termasuk memiliki inovasi sendiri dalam menciptakan iklim
Agamis dan dinamis di lingkungan sekolah, sehingga lembaga tersebut mendapat
kepercayaan dari masyarakat dan sekolah-sekolah lain yang ada di luar kota
bahkan luar negeri untuk menjadi rujukan dalam keilmuan dan study banding antar
sekolah.
Peran kepala
sekolah terhadap kemajuan lembaga pendidikan sangatlah urgen karena yang
dapatmenggerakkan seluruh komponen yang ada itu tidak akan bias lepas dari
peran kepala sekolah, termasuk dalam mengembangkan Pendidikan Agama Islam (PAI)
di sekolah. Faktor pendukung lain adalah secara background pendidikan Islam
bahwa kepala sekolah SMA Negeri 3 saat ini memiliki kapabilitas penuh dalam hal
mewujudkan iklim lingkungan yang agamis di sekolah tersebut dapat di
implementasikan secara komprehensif.
Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di lembga tersebut, terutama mengenai manajemen yang
ada di lembaga pendidikan SMA NEGERI 3 Malang.
Realitas diatas memberikan inspirasi
bagi penulis untuk meneliti bagaimana Implementasi TQM (Total Quality
Manajemen) SMA Negeri 3 MALANG.
Sehingga topik yang di formulasikan adalah
IMPLEMENTASI TQM (TOTAL QUALITY MANAJEMEN) DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH GO INTERNASIONAL STUDI KASUS DI SMA NEGERI 3 MALANG.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka fokus permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a.
Bagaimana konsep dan proses implementasi TQM (Total Quality
Manajemen) yang dikembangkan di SMA Negeri 3 Malang?
b.
Bagaimana dampak dari
penerapan ISO 9001: 2000
terhadap
pengembangan
sekolah di SMA Negeri 3 Malang?
c.
Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan
komponen-komponen TQM di SMA Negeri 3 Malang?
3.
Tujuan
a.
Mendeskripsikan konsep dan mengkritisi proses implementasi TQM (Total
Quality Manajemen) yang dikembangkan di SMA Negeri 3 Malang
b.
Mendeskripsikan dampak dari implementasi ISO 9001: 2000
terhadap
pengembangan di SMA Negeri 3 Malang?
c.
Mendeskripsikan, faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
mengimplementasikan komponen TQM di SMA Negeri 3 Malang ?
4. Kegunaan Hasil Penelitian
A.
Secara Teoritis
a)
Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu manajemen.
b)
Sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi bagi para praktisi
pendidikan dalam memperbaiki kinerja manajemen di lembaga pendidikan.
B.
Secara praktis
a)
Sebagai masukan pada lembaga pendidikan sekolah dalam menerapkan
TQM sehingga memberikan efek yang positif terhadap kemajuan lembaga.
b)
Sebagai masukan dan pemahaman bagi kepala sekolah untuk membangun
efektifitas dan efisiensi dalam pendayagunaan sumber-sumber pendidikan.
c)
Pihak sekolah lain, sebagai bahan rujukan dalam menambah
pengetahuan yang sekaligus juga sebagai titik tolak dalam melakukan
pengembangan sekolah yang dimiliki.
d)
Masyarakat umum, sebagai ilmu pengetahuan yang berguna untuk
mengetahui dan memahami sistem pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
e)
Pribadi peneliti, sebagai pengalaman belajar, pengolahan kemampuan,
dan keterampilan dalam penelitian.
5.
Ruang Lingkup Penelitian
Sebagai
langkah dalam mencegah terjadinya perluasan terhadap bidang-bidang penelitian,
maka peneliti membatasi cakupan (scope) penelitian ini dengan harapan
penelitian ini dapat terarah dengan baik dan fokus pada tujuan. Beberapa hal
yang menjadi batasan dalam penelitian ini antara lain:
a.
komponen-komponen TQM di SMAN 3 Malang yang meliputi: 8 Standar Pendidikan Nasional: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan kependidikan, standar
proses, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan (biaya investasi,
biaya, personal, biaya operasional), standar pengelolaan, standar penilaian
pendidikan, fungsi dan tujuan standar selain itu ada juga komponen visi,misi,
costumer dan proses.
b.
Dampak dari implementasi ISO 9001: 2000
terhadap
pengembangan di SMA Negeri 3 Malang.
c.
faktor-faktor penunjang dan penghambat yang dialami oleh
pihak-pihak terlibat dalam pelaksanaan pengembangaan TQM di SMAN 3 Malang.
6.
Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang terdapat dalam judul yang peneliti tulis dan
masih memerlukan penegasan adalah:
a.
Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan
pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,
2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam
Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas
yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan
Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan
bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
b. Pengertian-pengertian
di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya
aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti
bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu
untuk mencapai tujuan kegiatan.[16]
c.
Total Quality Management adalah merupakan Integrasi segenap fungsi-fungsi dan
proses-proses dalam sebuah organisasi untuk mencapai peningkatan kualitas
barang dan pelayanan secara berkelanjutan. Tujuannya adalah kepuasan pelanggan
atau klien.
d.
Sekolah sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole,
scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang,
dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk
menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah
mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi
pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak
didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan
sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.[17]
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan
bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah
berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk
memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain.[18]
e.
ISO 9001:2000 adalah suatu standar international untuk sistem
manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi
untuk desain dan
penilaian dari suatu
sistem manajemen kualitas, yang
bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi
akan memberikan produk (barang dan/atau
jasa) yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan ini
dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi
yang di kontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari
produk-produk tertentu atau merupakan
kebutuhan dari pasar
tertentu, sebagaimana ditentukan
oleh organisasi.
7.
Penelitian terdahulu
a.
Pelaksanaan Total
Quality Management
(TQM) di
sekolah (studi kasus di SMK
PGRI 3 Tlogomas Kota Malang) . Oleh
Bambang Irawan dari UIN Maulana Malik Malang tahun 2009.
Data
temuan penelitian dalam skripsi ini
dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, kesesuaian antara implementasi
dengan dokumen Mutu tidak bisa sesuai secara keseluruhan, hal ini dikarena
permasalahan setiap semester berbeda walaupun sudah ada pencegahan tetapi ada
saja permasalahan yang tidak diduga. Kedua,
proses audit internal di SMK PGRI 3 Tlogomas Kota Malang dilakukan
setiap 6 bulan atau 1 semester dengan cara perencanaan dengan pembuatan jadwal,
mengerjakan sesuai jadwal, pelaksanaan audit
dengan mengunakan dokumen-dokumen, dilakukan, pengecekan dan
pencegahan. Dengan banyak
animo masyarakat menyekolahkan
putra putrinya di SMK PGRI 3 Tlogomas Kota malang, selain kinerja seluruh karyawan menjadi baik karena
pelayanan sekolah menjadi baik serta peraturan sekolah semakin ketat.
B.
Landasan Teori
1. Implementasi
Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan
pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,
2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam
Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas
yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan
Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan
bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme
suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan
sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan.[19]
2. Total Quality
Management
(TQM)
Dalam mendefinisikan kualitas produk, ada beberapa pakar utama
dalam manajemen mutu terpadu (Total quality Manajement) yang saling
berbeda pendapat, tetapi maksudnya sama. Diantara beberapa definisi tersebut
adalah :
1.
Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu
sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas
apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas
meliputi bahan baku, proses produksi dan produksi jadi.
2.
Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
costumer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat
memberi kapuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk.
3.
Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Selera
atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah sehingga kualitas produk
juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan kualitas produk tersebut,
diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan
proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat
memenuhi atau melebihi harapan konsumen[20].
Berangkat dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui
bahwa hal mendasar dalam mendefinisikan kualitas adalah quality assurance,
contract conformance and costumer driven[21].
Meskipun tidak ada definisi mengenai kaulitas yang diterima secara
universal, namun ketiga definisi kualitas tersebut di atas terdapat beberapa
persamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut :
a.
Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b.
Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan
Kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan
kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang).
Beberapa ahli managemen memberi definisi TQM (Total Quality
Management} sebagai berikut:
a)
Menurut Edward Sallis bahwa "Total Quality Management is a
philosophy and a methodologhy which assits institutions to manage change and to
set their oum agendas for dealing whit the pletbora of new external pressures[22]."
Pengertian ini menekankan bahwa Total
Quality Management merupakan suatu filsafatdan metodologi yang membantu
berbgai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun
agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
b)
Menurut Cafee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu
adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi
yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk
meningkatkan mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan[23].
c)
Hradesky; TQM is a philosophy, a set of tools, and a process
whose output yield customer satisfaction and continuous improvement[24]
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas yang diinginkan dengan
didasarkan pada kepuasan pelanggan, maka diperlukan manajemen yang tepat guna,
yaitu Total Quality Manajement (TQM). Istilah utama yang terkait dengan
kajian Total Quality Manajement (TQM) adalah continous improvement (perbaikan
terus menerus) dan quality improvement (perbaikan mutu).
Pada dasarnya
Managemen Kualitas (Quality Management) Manajemen Kulaitas Terpadu (Total
Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan
performansi secara terus-menerus (continuous formanceimprovement) pada
setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari organisasi,
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia[25].
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Total
Quality Manajement (TQM) memfokuskan pada suatu proses atau system
pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses perbaikan mutu, maka
TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam menghasilkan
produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi rancangan produk
diproses sesuai dengan prosedur dan tekhnik untuk mencapai harapan pelanggan.
Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk
menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai
digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam mencapai
tujuan kepusan pelanggan.
3.
Implementasi ISO 9001:2000 di Sekolah
Sejak diterbitkannya pada tahun 1987 sampai sekarang, standar ini
sudah dua kali mengalami perubahan,
yaitu pada tahun 1994 dan 2000. Perubahan utama antara tahun 1987 sampai dengan
tahun 1994 adalah berkaitan dengan manajement
representive (MR). pada
ISO versi tahun
1987 MR boleh dipegang dari luar organisasi, tetapi
untuk tahun 1994 MR harus orang dalam organisasi. Penambahan yang lain adalah
berkaitan dengan perbaikan kata- kata
yang membuat rancu standar,
penambahan klausul yang dipersyaratkan pada
ISO 9002 dan
ISO 9003, penyeragaman
penomoran ISO 9001,
ISO 9002, ISO 9003 dan penambahan beberapa definisi serta perluasan
persyaratan beberapa klausial ISO 9001:2000 merupakan ISO versi baru yang
diluncurkan pada bulan Oktober 2000. Bagi semua organisasi yang telah
memperoleh sertifikasi ISO maka,
memiliki kewajiban untuk
melakukan modifikasi sesuai
dengan persyaratan-persyaratan
yang diterapkan dalam
ISO 9001:2000, walaupun tidak terdapat perbedaan yang sangat bertolak belakang. ISO tentang sistem
mutu merupakan sistem ISO dengan seri ISO 9000 yang mulai dikeluarkan pada tahun
1987, ISO 9000 terdapat
berbagai varian yaitu ISO
9000, ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003 dan
ISO 9004 ISO menguraikan filosofi umum dari standar sistem mutu, karakteristik
jenis-jenis, dan dimana
serta kapan standar
ini tepat digunakan,
serta mendeskripsikan unsur-unsur
yang harus
dimasukkan dalam model penjaminan mutu ini.
ISO 9001:2000 memuat sistem
mutu untuk desain/ pengembangan, produksi,
instalasi dan pelayanan15 ISO 9001:2000 adalah
suatu standar internasional untuk
sistem manajemen Mutu atau
kualitas. ISO 9001:2000
menetapkan persyaratan-
persyaratan dan rekomendasi untuk desain
dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2000
bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO
9001:2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun,
bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang
dihasilkan dari suatu
sistem manajemen kualitas
internasional, akan berkualitas baik
(standar).[26]
Dalam lingkungan sekolah, yang dimaksud dengan penjaminan mutu
atau kualitas adalah
pelayanan jasa yang
diberikan oleh perguruan
tinggi terhadap
stakeholder, yang terdiri
dari mahasiswa, alumni,
pengguna lulusan/dunia industri dan orangtua siswa.
Stakeholder akan
menyebutkan aspek apa saja yang dinilai dalam menentukan mutu perguruan tinggi tersebut, misalnya aspek yang berhubungan dengan; a).
Materi pelajaran dan kurikulum yang link
and match dengan dunia industri; b).
Proses perkuliahan yang sesuai dengan ketentuan berlaku, kompetensi guru yang
sesuai kompetensi yang guru miliki; c). Sarana dan prasarana yang menunjang
jalannya proses pembelajaran.
Meskipun tidak ada
definisi mutu yang
dapat diterima secara
umum, semuanya memiliki kesamaan, yaitu; a). Mutu meliputi usaha
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan;
b). Mutu mencakup
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan; c). Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (sesuatu yang dianggap
bermutu saat ini belum tentu dianggap bermutu di masa mendatang
C.
METODOLOGI PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka jenis penelitian ini
adalah termasuk penelitian kualitatif deskripstif. Karena seperti yang
diungkapkan oleh Bogdan dan Tylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mengatakan
bahwa metodologi kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.[27]
Maka dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan cara yang alami, apa adanya,
yang tidak dimanipulasi oleh keadaan dan kondisi, dan menekankan pada deskripsi
secara alami, yang disebut dengan istilah kualitatif naturalistik. Penelitian
kualitatif naturalistik ini, menuntut pada keterlibatan peneliti secara
langsung di lapangan, tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat
mewakilkan orang lain dalam mengumpulkan data.[28]
Sedangkan
apabila dilihat dari timbulnya variabel, maka jenis pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan non-eksperimen yang bersifat
deskriptif, dengan langkah penelitian kasus (case-studies).[29]
Penelitian kasus (case study), yaitu
menghimpun dan menganalisa data yang berkaitan dengan suatu kasus karena ada
masalah, kesulitan, hambatan, atau penyimpangan, serta dapat juga karena keunggulan atau keberhasilannya.[30] Maka penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan status fenomena di lokasi penelitian, baik fenomena tentang
keunggulan dan keberhasilannya, maupun fenomena hambatan atau kesulitannya.
Fenomena di lokasi penelitian yang dimaksud yaitu fenomena Strategi
mengimplmentasikan TQM (Total Quality Management) dalam mewujudkan
sekolah go International.
- Lokasi penelitian
Mengacu pada
judul di atas, penelitian ini memilih tempat di SMAN 3 Malang Jl. Sultan Agung
Utara No.7 Telp (0341)324768, Fax (0341)341530. Tempat ini berada tepat di
pusat kota dan berjarak kurang lebih 4 km
dari Pesantren Mahasiswa Al-Hikam. Peneliti memilih tempat tersebut
karena disana merupakan salah satu lembaga sekolah di Malang yang menerapkan
system penjaminan mutu pendidikan.
- Data dan Sumber Data
Sumber data
yang merupakan subjek penghasil data-data yang diperlukan peneliti adalah:
a.
Sumber primer, a) Kepala Sekolah, b) Para Tenaga Pendidik c)
Peserta didik di SMA NEGERI 3 MALANG, d) Dokumen-dokumen, dan, e) Buku Pegangan
tentang kepala sekolah dan TQM.
b.
Sumber sekunder, a) Masyarakat yang ada di sekitar SMA NEGERI 3
Malang, b) Foto-foto, dan c) Semua bahan pustaka yang terkait, baik berupa
buku-buku, karya ilmiyah, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan
lain-lain.
- Teknik pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data adalah cara-cara yang sistematis dalam mengamati variabel yang
diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan secara tepat.[31]
Maka untuk keperluan kelancaran dalam pengumpulan data-data yang diperlukan,
peneliti menggunakan beberapa teknik yang meliputi; observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a.
Observasi
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, kata observasi/obsérvasi/ adalah peninjauan secara
cermat.[32]
Sedangkan observasi secara istilah berarti kegiatan pengambilan informasi
melalui media pengamatan, dengan sarana utama indera penglihatan.[33]
Ada tiga sasaran utama yang harus diperhatikan dalam proses pengamatan, yaitu
informasi (mengacu pada apa yang diamati), konteks (mengacu pada hal-hal yang
ada di sekitar), dan waktu (mengacu pada saat peristiwa terjadi.[34]
Ada beberapa
tingkat observasi yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu
observasi partisipasi nihil (observasi penuh tanpa partisipasi), observasi
partisipasi sedang (partisipasi merupakan aktifitas sampingan dan peranan
sebagai peneliti diketahui oleh sasaran penelitian), observasi partisipasi
aktif (peneliti turut serta dalam kegiatan kelompok sasaran penelitian secara
aktif), dan observasi partisipasi penuh (peneliti secara mendalam telah menjadi
bagian integral dari kelompok sasaran penelitian).[35]
Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan observasi partisipasi
sedang dengan mengambil peran yang seimbang antara peneliti sebagai pengamat
dan peneliti sebagai anggota kelompok sasaran penelitian. Observasi akan
dilakukan terhadap proses penelitian dengan bantua jajaran staf sekolah.
b.
Wawancara
Wawancara
adalah tanya jawab yang dilakukan antara peneliti dengan narasumber (subjek
penelitian). Metode wawancara dilakukan dengan tujuan agar peneliti dapat
mengkonsruksi dan memproyeksikan mengenai orang (informan), kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.[36]
Ada beberapa
jenis wawancara yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif, diantaranya:[37]
1)
Wawancara ditinjau dari taraf pertanyaannya, ada tak terstruktur
dan terstruktur. Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
secara umum dan mendalam tanpa mengarah pada sasaran tertentu yang sudah
dirancang peneliti sebelumnya. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara
yang dilakukan berdasarkan arah tuntutan yang dibuat berdasarkan sumber
informasi yang diberikan oleh sasaran penelitian.
2)
Wawancara ditinjau dari sifatnya, ada tertutup dan terbuka.
Wawancara tertutup adalah wawancara yang dilakukan apabila sasaran penelitian
tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diwawancarai. Sedangkan wawancara terbuka
adalah wawancara yang dilakukan apabila sasaran penelitian menyadari bahwa
dirinya sedang diwawancarai.
3)
Wawancara ditinjau dari pendekatannya, ada informal dan formal.
Wawancara informal adalah wawancara yang dilakukan dalam suasana yang biasa,
wajar, akrab, dan rileks. Sedangkan wawancara formal adalah wawancara yang
dilakukan dalam suasana resmi dan nampak ada jarak.
Berdasarkan
beberapa jenis wawancara di atas, untuk mendapatkan informasi yang mendalam,
maka peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, tenaga pendidik,
peserta didik, dan pihak terkait yang dapat membantu proses penelitian dengan
menggunakan rancangan atau garis-garis pokok masalah yang akan dijadikan
pedoman dalam pembicaraan yang bersifat terbuka. Sedangkan agar lebih dapat
diterima oleh responden, maka peneliti menggunakan pendekatan informal yang
mengandung unsur spontanitas, keakraban, dan kesantaian.
c.
Dokumentasi
Kata
do·ku·men·ta·si /dokuméntasi/ secara bahasa adalah 1) pengumpulan, pemilihan,
pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan; 2) pemberian
atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti; gambar, kutipan, guntingan
koran, dan bahan referensi lain).[38]
Sedangkan metode dokumentasi yang dimaksud adalah mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya.[39]
Dokumen dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang buku harian, surat pribadi, dan autobiografi.
2)
Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal
dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, dan instruksi.
Sedangkan dokumen eksternal berupa bahan-bahan informasi
yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya majalah, buletin,
pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.[40]
Metode
dokumentasi yang peneliti maksudkan adalah cara untuk memperoleh data-data yang
terkait dengan judul penelitian yang berbentuk dokumen, baik dokumen pribadi
maupun dokumen resmi. Data-data dokumentasi yang akan peneliti kumpulkan adalah
tentang SMA Negeri 3 Malang, seperti sejarah berdirinya, keadaan guru dan anak
didik, sarana prasarana, kurikulum, dan lain-lain.
- Teknik Keabsahan data
Sebelum
data-data yang terkumpul diproses, maka diperlukan pengecekan ulang terhadap
kevalidan data, dimaksudkan agar data yang telah diperoleh dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Dalam pelaksanaan teknik pemeriksaan keabsahan data,
ada empat kriteria yang digunakan, yaitu; kredibilitas, keterangan,
ketergantungan, dan kepastian. Masing-masing dari kriteria tersebut memiliki
teknik pemeriksaan tersendiri, yaitu; 1) kredibilitas (perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi/ pemanfaatan sesuatu lain di
luar data, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif,
pengecekan anggota), 2) keterangan (uraian rinci), 3) kebergantungan (audit
kebergantungan), dan 4) kepastian (audit kepastian).[41]
Namun dalam
penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kriteria, yaitu
kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas data dimaksudkan sebagai
pembuktian bahwa data yang telah dikumpulkan adalah sesuai dengan kenyataan
yang ada pada latar penelitian. Kredibilitas data ini akan peneliti lakukan dengan menggunakan
beberapa teknik pemeriksaan, diantaranya;
a.
Perpanjangan keikutsertaan
Peran peneliti
dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrumen, maka keikutsertaannya
sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti
pada latar penelitian adalah sangat penting agar derajat kepercayaan pada data
yang terkumpul itu meningkat. Beberapa kelebihan dari perpanjangan
keikutsertaan peneliti diantaranya adalah peneliti akan banyak mempelajari
konteks yang ada, peneliti dapat menguji ketidakbenaran informasi yang berasal
dari diri sendiri atau responden, dan membangun kepercayaan subyek.[42]
b.
Ketekunan pengamatan
Teknik
ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari. Teknik
ini dapat dilakukan dengan memusatkan diri pada hal-hal yang sedang dicari
secara rinci dan teliti.[43]
- Teknik analisis data
Analisis data
menurut Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema serta dapat dirumuskan hipotesis
kerja dari data yang ada.[44]
Menurut Milles dan Hubberman analsys of contain itu ada 3: reduksi, display,
dan conclution. Jadi setelah data-data yang diperlukan terkumpul dan telah
dipastikan keabsahannya, maka selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang
telah diperoleh dengan teknik mengorganisasikan dan mengurutkan data-data
tersebut, dengan mempelajari titik temu dan kontradiksi data-data. Kemudian
peneliti menyampaikan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
D.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk
mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian ini, maka peneliti
menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB
I : Pendahuluan yang berisi latar
belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, ruang lingkup penenlitian, penegasan istilah, penelitian terdahulu dan sistematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori yang berisi penjelasan tentang
seputar Total Quality Management (TQM) mulai dari, sejarah, pengertian,
syarat-syarat pelaksanaan manajemen mutu, tujuan, prinsip, karakteristik, syarat- syarat
pelaksanaan manajemen
mutu
terpadu, manajemen
berbasis
sekolah dalam
pengembangan mutu pendidikan, Impelementasi ISO
9001:2000
BAB
III : Metodologi penelitian yang berisi tentang
jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, dan teknik analisis data.
BAB
IV : Paparan data dan temuan penelitian
yang berisi tentang paparan data penelitian dari hasil observasi,wawancara, dan
dokumenasi.
BAB
V : Pembahasan temuan penelitian dan
diskusi hasil penelitian yang memuat tentang analisis data.
BAB
VI : Penutup yang berisi simpulan dari
semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
E.
JADWAL PENELITIAN
Dari
awal sampai pada akhir penelitian, kira-kira peneliti akan memerlukan waktu
selama kurang lebih 3 bulan, dengan jadwal penelitian sebagai berikut:
No
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Penyusunan
dan Pengajuan Proposal
|
Minggu
pertama bulan januari
sampai minggu 3 bulan
Januari 2013
|
2
|
Seminar
Proposal
|
Minggu
keempat bulan
Januari 2013
|
3
|
Penyempurnaan
Proposal
|
Minggu
pertama bulan
Februari
sampai minggu kedua bulan
Februari 2013
|
4
|
Pengumpulan data
|
Minggu ketiga bulan Februari
2013
|
5
|
Pengolahan dan analisis data
|
Minggu keempat sampai minggu kedua bulan Maret 2013
|
6
|
Penyusunan dan revisi laporan
|
Minggu ketiga bulan Maret sampai minggu pertama bulan April 2013
|
F.
ANGGARAN PENELITIAN
Anggaran
dana yang diperlukan dalam penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan adalah
Rp. 3.000.000,-, dengan rincian anggaran sebagai berikut:
No
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Penyusunan dan Pengajuan Proposal
|
Minggu pertama bulan Februari sampai minggu
kedua bulan Februari
2013
|
2
|
Seminar Proposal
|
Minggu ketiga bulan Februari 2013
|
3
|
Penyempurnaan Proposal
|
Minggu keempat bulan Februari sampai
minggu pertama bulan Maret
2013
|
4
|
Pengumpulan
data
|
Minggu
kedua bulan Maret 2012
|
5
|
Pengolahan
dan analisis data
|
Minggu
ketiga sampai minggu pertama bulan Mei 2013
|
6
|
Penyusunan
dan revisi laporan
|
Minggu
kedua bulan Mei sampai minggu kedua bulan Juni 2013
|
F. DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bafadhol, Ibrahim, 2000,
TQM: Panduan untuk menghadapi persaingan global, Jakarta, Djambatan.
Hanafiah, Jusuf dkk., Pengelolaan Mutu Total Pendidikan
Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri, 1994
Husaini, Usman, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari
Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.
Sekilas
tentang Total Quality Manajement Dalam Pendidikan. Diakses pada tanggal
14 Desember 2012 dari http:/ www.uns.ac.id/data/0022.pdf
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nata, Abudin. 2003. Metodologi
Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sisdiknas. 2010. Bandung: Citra Umbara.
Slamet,
2008 Manajemen Berbasis
Sekolah, (http://www.depdiknas.go.id/jurnal/27/manajemen berbasis sekolah. Htm.www.Depdiknas.Com), Senin, 11 Februari 2013.
Sukardi. 2006. Penelitian
Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga.
Sukardi R.
(2009). Penerapan ManajemenMutuTerpadu. Diakses pada tanggal 14 14 Februari
2013 dari http:/ www. ravik.staff.uns.ac.
Sukmadinata, Nana Syaodih.
2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiyono, Bambang Budi.
2008. Metodologi Penelitian (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan Action
Research). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, di akses pada tanggal 11
Februari 2013 pukul 23.06.
http://cenil19.blogspot.com/2010/05/pengertian-implementasi.html,
di kutip pada 14 februari 2013
[2] Jawa Post, 11 Desember 2012
[5] Husaini, Usman, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem
Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan,
Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. Menurut Dr. Umedi, M.Ed., Manajemen MUtu
Berbasis Sekolah, Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004,
hal.2,menyatakan sebab-seba kurang berhasilnya sekolaha; 1. Pembangunan
pendidikan lebih bersifat input oriented, 2. Pengelolannya lebih
bersifat macro-oriented.
[6] Hanafiah, Jusuf dkk., Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi,
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri, 1994, hal. 101.
[7]Sukardi
R. (2009). Penerapan ManajemenMutuTerpadu. Diakses pada tanggal 14 Februari
2013 dari http:/ www. ravik.staff.uns.ac.
[12] Sekilas tentang Total Quality Manajement Dalam Pendidikan.
Diakses pada tanggal 14 Desember 2012 dari http:/ www.uns.ac.id/data/0022.pdf
[16] http://cenil19.blogspot.com/2010/05/pengertian-implementasi.html,
di kutip pada 14 februari 2013
[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah,
di akses pada tanggal 11 Februari 2013 pukul 23.06.
[19] Ibid, http://cenil19.blogspot.com/2010/05/pengertian-implementasi.html,
di kutip pada 14 februari 2013
[20] M. N. Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Manajement, Ghalia Indonesia ,
Jakarta , hal :
16.
[21] Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, 1994, Total Quality
Manajement and The School, Open University Press, Buckingham –
Philadelphia, hal : 45.
[22] Edward Sallis, 1993, Total Quality Management in Education,
London, Kogan Page Educational Management Series: 13
[27] Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. XVIII. Hlm. 3.
[28] Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. XII. Edisi
Revisi V. Hlm. 10-12.
[29] Suharsimi Arikunto. 2002. Hm. 75.
[30] Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. II. Hlm. 77-78.
[31] Suharsimi Arikunto. 2002. Hlm. 207.
[32] Ebta Setiawan. 2010. Kamus Besar Bahasa
Indonesia offline versi 1.1.
[33] Sukardi. 2006. Penelitian
Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga. Hlm.
49.
[34] Bambang Budi Wiyono. 2008. Metodologi
Penelitian (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research). Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hlm. 78.
[35] Ibid. Hlm. 78.
[36] Ibid. Hlm. 79.
[37] Ibid. Hlm. 79-80.
[38] Ebta Setiawan. 2010. Kamus Besar Bahasa
Indonesia offline versi 1.1.
[39] Suharsimi Arikunto. 2002. Hlm. 206.
[40] Lexy J. Moleong. 2004. Hlm. 161-163.
[41] Lexy J. Moleong. 2004. Hlm. 175.
[42] Lexy J. Moleong. 2004. Hlm. 175-176.
[43] Ibid. 2004. Hlm. 177.
[44] Lexy J. Moleong. 2004. Hlm. 103
No comments:
Post a Comment