Contents
Asal Mula CTL……………………………..…………...……………………………………………3
Pengertian
CTL……..……………………………….……………………………………………….4
Komponen
CTL…………………………………..…………………………….…………...……….5
Kata Kunci
Pembelajaran CTL………………….………………...…………………………………7
Karakteristik
Pembelajaran CTL………………..……………………………..………………….….8
Perbedaan
Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional………………..……….…...…9
KESIMPULAN……………………………………………………………………….…………….10
Inovasi dalam dunia pendidikan
merupakan hal yang sangat urgen,karena hal tersebut terkait dengan arah tujuan
inovasi pendidikan indonesia yaitu;mengejar ketingalan-ketinggalan yang
dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama
pendidikan Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan kemajuan tersebut.[1] kini
inovasi pendidikan telah mencapai dalam segala aspek bidang,tidak hanya system
saja yang di inovasi tapi inovasi mampu masuk hingga dalam segala aspek yaitu di
dalam model pembelajaran,dengan cara mengubah peggunaan model lama dan
memperbaharuinya dalam rangka meningkatkat efisiensi. jika dahulu guru terbatas
dalam metode ceramahnya yang begitu-begitu saja tidak ada
different,perbaikan,dan peningkatan maka metode tersebut akan tidak efektif,sehingga
tidak kompleks dalam menghadapi situasi kelas dengan beragam anak didik yang dengan
berbagai macam kompetent dan karakternya.dengan penyampaian yang
baru,diharapkan peserta didik mampu menjadi manusia aktif,kreatif,dan terampil.Untuk
itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu
pendekatan yang memberdayakan siswa Adalah pendekatan kontekstual (CTL). maka
dari itu CTL hadir sebagai penentu keberhasilan dalam proses pembelajar,sebagai
suatu stategi yang efektif dalam penyajian informasi dan aktifitas-aktifitas
yang mempermudah mencapai kompetensi dasar yang direncanakan. Menurut Gagne,
Briggs & Wager, 1988; 1992 Pembelajaran ialah “Usaha manusia yang
dilakukan dengan tujuan untuk membantu mempermudah belajar orang lain secara
khusus membantu atau memfasilitasi si belajar agar ia belajar dengan mudah”[2]
Karena itu CTL (Contectual Teaching
And Learning)adalah salah satu inovasi yang di harapkan mampu menjadi win-win
solution dalam model pembelajaran yang efektif,efisien dan tentunya
menyenangkan because “LEARNING IS MOST EFFECTIVE WHEN IT’S FUN “Belajar akan sangat efektif jika dilaksanakan dengan menyenangkan[3].
A.
ASAL
MULA CTL
Metode
kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916,yaitu
sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman
siswa. Namun baru desakan yang kuat untuk reformasi pada dunia pendidikan baru
muncul pada tahun 1983 untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang paling serius
dalam pendidikan tradisional di Amerika. yang selanjutnya di ikuti oleh
pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan di charlotesville,Virginia,yang
dihadiri oleh para gubernur Negara dan presiden Amerika Serikat.
Pendekatan kontekstual lahir di Indonesia
karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari
kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar
dengan cara menerima dan menghapal. Harus segera ada pilihan strategi
pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa. CTL dikembangkan oleh The Washington State
Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan
tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai
pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan
memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk
belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP
Depdiknas
B.
PENGERTIAN
CTL
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan dihubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[4] merupakan proses pembelajaran yang holistik
dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Disebut pendekatan kontektual karena konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran
kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi
siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher
centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai
berikut:
1)
Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .
2)
Memahami
latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara
seksama.
3)
Mempelajari
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan
mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4)
Merancang
pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5)
Melaksanakan
penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi
terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.[5]
Jadi CTL (contectual teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari dengan melibatkan 7 kompenen utama.
C.
KOMPONEN-KOMPONEN
CTL
- Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan. tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur pengetahuanyang dimilikinya. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat
pengetahuan.
- Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti
dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data
gathering), penyimpulan (conclusion).
- Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang
selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan
berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
- Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain.
Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar
yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi
dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran
saling belajar pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan
ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan masyarakat.
- Pemodelan (modelling)
Pemodelan pada
dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang karena guru bukan
satu-satunya model,dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media
cetak dan elektronik.
- Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir
atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang
apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Adapun
realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari
itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
- Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. prosedur
penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa
secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya
membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya
informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi
lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh siswa.Jadi siswa dinyatakan berhasil dalam pembelajaran tidak
hanya diukur dari tingkat kelulusan siswa mengerjakan ujian nasional saja tapi
lebih dari itu.Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL)memiliki
tujuah komponen utama,yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Questioning), masyarakatbelajar (LearningCommunity), pemodelan(modeling),Refleks(reflection),danpenilaianyangsebenarnya(Authentic).
.
Jadi intinya dalam pendekatan ini guru harus dapat menerapkan ke tujuh komponen tersebut.
Jadi intinya dalam pendekatan ini guru harus dapat menerapkan ke tujuh komponen tersebut.
D.
KATA-KATA KUNCI PEMBELAJARAN CTL:
- Real world learning
- Mengutamakan pengalaman nyata
- Berfikir tingkat tinggi
- Berpusat pada siswa
- Siswa aktif, kritis dan kreatif
- Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
- Dekat dengan kehidupan nyata
- Perubahan perilaku
- Siswa praktek, bukan menghafal
- Learning bukan teaching
- Pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction)
- Pembentukan manusia
- Memecahkan masalah
- Siswa acting, guru mengarahkan
- Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
E.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS CTL:
- Kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan, tidak membosankan
- Belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif
- Sharing dengan teman
- Siswa kritis guru kreatif
- Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
- Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.
F.
PERBEDAAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL (KONVENSIONAL)[6]
NO
|
CTL
|
TRADISIONAL
|
1
|
Siswa Aktif Terlibat
|
Siswa Penerima Informasi
|
2
|
Belajar Dengan Kerjasama
|
Belajar Individula
|
3
|
Berkaitan dengan kehidupan nyata
|
Abstrak dan teoritis
|
4
|
Perilaku dibangun atas kesadaran diri
|
Perilaku di bangun atas kebiasaan
|
5
|
Keterampilan dibangun atas dasar pemahaman
|
Keterampilan dibangun atas dasar latihan
|
6
|
Memperoleh kepuasaan diri
|
Memperoleh pujian dan nilai saja
|
7
|
Kesadaran untuk tidak melakukan yang jelek
tumbuh dari dalam
|
Tidak melkukan yang jelek karena takut
hukuman
|
8
|
Bahasa diajarkan dengan komikatif,diguanakan
dalam konteks nyata
|
Bahasa diajarkan dengan pendekatan
Struktural, kemudian dilatihkan
|
9
|
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar
skemata yang sudah ada dalam diri siswa
|
Rumus ada di luar diri siswa, yang harus
diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan
|
10
|
Pemahaman rumus relatif berbeda
|
Rumus adalah kebenaran absolut
|
11
|
Rumus adalah kebenaran absolut
|
Siswa pasif hanya menerima tanpa kontribusi
ide
|
12
|
Pengetahuan dibangun dari kebermaknaan
|
Pengetahuan ditangkap dari fakta, konsep,
atau hukum
|
13
|
Pengetahuan selalu berkembang sejalan dengan
fenomena baru
|
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan
bersifat final
|
14
|
Siswa bertanggungjawab memonitor dan
mengembangkan pembelajaran
|
Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran
|
15
|
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat
diutamakan
|
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman
siswa
|
16
|
. Hasil belajar diukur dengan prinsip
Alternative Assessment
|
Hasil belajar diukur dengan tes
|
17
|
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat,
konteks, dan setting
|
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas
|
18
|
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
|
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
|
19
|
Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik
|
Perilaku baik berdasar motivasi akstrinsik
|
20
|
Berperilaku baik karena dia yakin itulah yang
terbaik dan bermanfaat
|
. Berperilaku baik karena terbiasa melakukan
begitu, dan karena mendapat hadiah
|
Beberapa Perbedaan Pokok diatas,
Menggambarakan Bahwa CTL Memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat
dari asumsi maupun dari Proses pelaksanaan dan Peneglolaannya.
KESIMPULAN
CTL / contekstual teaching and learning adalah konsep belajar yang
embantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Tugas guru dalam pembelajaran
kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi
siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher
centered.
Dalam Contextual
teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan
dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar
melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat
fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi
oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Menurut Depdiknas untuk
penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Questioning),
masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection),
dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
Daftar Pustaka
1.
Elanie
B.Jhonson,PH.D.”Contectual Teaching and Learning”.Bandung;Mizan Learning
Center(MLC)2007.
2.
Drs H. Fuad ikhsan. “Dasar dasar kependidikan”;.2005
3.
Seminar Pembekalan PPL.”strategi pembelajaran”;STAI RR
02/02/2011
4.
Peter Kline,www.Thelearningweb.net
5.
Doantara yasa “Pendekatan kontekstual”.Blog pada wordpress.com
7.
Dr.Wina Sanjaya.Mpd.”Strategi PembelajaranJakarta;
Kencana,2008.
[1] Dasar dasar kependidikan,Drs H. Fuad ikhsan.2005
[2] Modul seminar pembekalan ppl.strategi pembelajaran.STAI RR
02/02/2011
[3] Peter Kline,www.Thelearningweb.net
[4] Dra.Wina Sanjaya.”Strategi Pembelajaran”hal:255
Jakarta;Kencana,2008.
[5] Doantara yasa “Pendekatan kontekstual”.Blog pada wordpress.com
[6] Ibid hal:260.
No comments:
Post a Comment