KELOMPOK DAN PERILAKU
KELOMPOK
Oleh: M. Zefri Syaebani, Rahmat,
Subur Wijaya
A. PENDAHULUAN
Dalam
ilmu sosial, kita mengenal istilah makhluk sosial dan ini yang akan menunjukkan
kepada kita bahwa kita tidak dapat hidup secara individualis dan cenderungan
akan mencari atau memerlukan bantuan dari pihak lain. Kemudian selanjutnya
setiap makhluk itu akan berkumpul, bermasyarakat, dan bersosial dengan
kelompoknya masing-masing yang sesuai dengan karakter masing-masing yang mereka
miliki.
Sejarah
telah mengukir beberapa studi pembentukan dan perubahan sikap yang mengalami
pasang surut. Ketika dunia dilanda perang pada tahun 1940-an, kelompok menjadi
pusat perhatian dan setelah perang selesai, maka perhatia beralih pada individu
dan bertahan samapai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an minat yang tinggi
tumbuh lagi pada sudi kelompok dan menjadi dominan pada pertengahan 1980-an,
dan para pendidik juga melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan
yang efektif.[1]
Oleh
karena itu, pembahasan kelompok dan juga perilaku kelompok akan menjadi suatu
modal atau bekal yang sangat penting bagi kita untuk dapat hidup dalam
komunitas sosial yang dapat dipersempit dengan komunitas-komunitas kecil yang
ada di lingkungan sekitar. Maka penulis dalam makalah ini akan menjelaskan sedikit
tentang mengenai pengertian, jenis-jenis, ciri-ciri, serta pengaruh dan
perilaku kelompok.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kelompok
Kelompok secara etimologi dalam kamus besar bahasa
Indonesia adalah n
1 kumpulan (tt orang, binatang, dsb); 2 golongan (tt profesi,
aliran, lapisan masyarakat, dsb); 3 gugusan (tt bintang, pulau, dsb); 4
Antr kumpulan
manusia yg merupakan kesatuan beridentitas dng adat-istiadat dan sistem norma
yg mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu; 5 Pol kumpulan orang yg
memiliki beberapa atribut sama atau hubungan dng pihak yg sama; 6 Kim kuantitas zat yg
akan dimasak atau diolah dl satu waktu;[2]
Sedangkan kelompok secara terminologi adalah dua individu atau lebih, yg
berinteraksi & saling bergantung, yg saling bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu (collection of individuals in which behavior and/or performance of one
member is influenced by behavior and/or performance of other members).[3]
Dengan demikian kelompok adalah suatu himpunan
individu-individu yang memiliki iteraksi antar satu dengan yang lain, untuk
mencapai sebuah tujuan, dengan ciri khas serta norma tertentu.
2. Jenis-jenis Kelompok
Rumusan umum mengenai kelompok sosial menurut
sherif, seperti yang dikutip dalam buku psikologi sosial, sebagai berikut:
“suatu kesatuan sosial yang terdiri atas
dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial
tersebut”
Dari uraian rumusan ini, maka kelompok sosial berbeda
dengan “keadaan kebersamaan” dikarenakan tidak ditemukannya hubungan yang
intensif, serta tidak ditemukan ciri
khasnya.
Dalam psikologi sosial dikenal empat jenis kelompok
sosial, yaitu :
a. Kelompok
primer
Kelompok
primer adalah kelompok-kelompok yang terjalin antar anggota yang biasa ditandai
dan bersifat intensif, lebih erat, lebih
akrab, lebih personal. Kelompok ini biasanya bercorak kekeluargaan dan
berdasarkan simpati. Bisanya juga disebut kelompok “face to face”
sebagimana yang didefinisikan oleh Charles Horton Cooley (1990) : “By
primary group I mean those characterized by intmate face-to-face association
and cooperation”.[4]
Peranan kelompok primer dalam
kehidupan individu sehari-hari besar sekali
karena di dalam kelompok primer manusia pertama kali berkembang dan didik sebagai makhluk sosial. Di sini
direpresentasikan dengan beberapa hal diantaranya, mengindahkan norma-norma,
mengutamakan kepentingan kelompok sosialnya dari pada dirinya sendiri, belajar
bekerja sama dengan individu-individu lainnya, dan mengembangkan skill dan
kecakapannya guna kepentingan kelompok.[5]
Di
antara contoh-conth kelompok primer adalah:
keluarga, rikun tetangga, kelompok bermain di sekolah atau kampus,
kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya. Sebagaimana definisi di atas
kelompok ini mempunyai ciri yang lebih akrab dan bersifat kekeluargaan dan
lebih berdasarkan simpati.[6]
b. Kelompok
sekunder
Kelompok
sekunder secara kasar merupakan kebalikan dari kelompok primer yaitu kelompok
yang diantara anggota klompoknya terdapat hubungan tak langsung, tidak akrab,
jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Kelompok ini cenderung
objektif dan rasional.[7]
Peran kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama secara objktif dan rasional.
Beberapa contoh dari kelompok sekunder antara lain: partai politik, perhimpunan
serikat kerja, organisasi profesi, organisasi massa, dan lain sebaginya yang
bersifat interksi rasional atas dasar pertimbangan untung-rugi tertentu.
Dalam
poin 1 dan 2 ada beberapa perbedaan yang sangat jelas, yaitu:
Kelompok
primer
|
Kelompok
sekunder
|
1.
Kualitas
komunikasi pada kelompok bersifat dalam dan meluas.
|
Komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
|
2.
Komunikasi
cenderung bersifat personal.
|
Komunkasi
cenderung bersifat impersonal.
|
3.
Komunikasi
lebih menekankan aspek hubungan dari pada aspek isi.
|
Komunikasi
lebih mengarah kepada isi atau tujuan.[8]
|
c. Kelompok
formal
Kelompok
formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas
dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan di antara
anggota-anggaotanya. Pada kelompok ini biasanya didukung dengan adanya anggaran
dasar (AD), dan anggaran rumah tangga (ART). Di samping itu kelompok ini juga
memiliki pembagian kerja, peran-peran, dan hierarki tertentu. Hal ini biasanya
dirumuskan secara tegas dan tertulis. Contohnya: OSIS, parpol, OSPAM, BEM, dan
lain sebagainya.
d. Kelompok
informal
Selain
kelompok formal, tentu ada juga kelompok informal yaitu kelompok yang tidak
memiliki struktur tertentu atau pasti dan kelompok ini terbetnuk karena adanya
pertemuan yang berulangkali, sehingga menjadi dasar timbulnya kepentingan-kepentingan
dan pengalaman-pengalaman yang sama. Seperti contoh, pertemuan berulang, yang
kerap terjadi pada anggota sebuah organisasi.
3. Ciri-ciri Kelompok
Secara garis
besar, iteraksi sosial akan disebut sebagai sebuah kelompok sosial jika
didalamnya terdapat ciri-ciri sbagai berikut:
a.
Terdapat
dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan terjadinya
inraks ke arah dan tujuan yang sama.
b.
Terdapat
akibat-akibat yang berbeda terhadap individu yang satu dengn yang lain,
berdasrkan reaksi-reaksi dan kecakapn-kecakapan yang berbeda antara individu
yang terdapat didalamnya. Ini yang menjadi landasan terbentuknya struktur
sebuah kelompok.
c.
Pembenukn dan
penegasa struktur kelomok yang jelas da terdiri atas peranan-peranan dan dan
edudukn hierarkis yang lamat-laun berkebang dengan sendirinya dalam usaha
pencapaian tujuan.
d.
Terjadinya
penegasan dan peneguhan norma-normapedoman tingka laku angoa kelompok yang
mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan
kelompok.
Dari ciri-ciri
utama ini, dapat disimpulkan, bahwa kelompok sosial dapat dibedakan dari
interaksi sosial lainnya dengan beberapa point berikut:
a. Motif
yang sama antar anggota
b. Reaksi-reaksi
dan kecakapan-kecakapan yang berbeda antar anggota
c. Penegasan
sruktur kelompok
d. Penegasan
norma-norma kelompok.[9]
C. PENUTUP
1.
Simpulan
Dari beberapa uraian
diatas, penulis dapat meyimpulkan bahwa interaksi sosial kelompok berbeda dengan
keadaan kebersamaan yang di dalamnya tidak ditemukan adanya suatu interaksi
antara individu satu dengan yang lainnya. Dalam hubungannya dengan ilmu
psikologi, kelompok sosial memiliki beberapa jenis; primer, sekunder, formal,
dan informal. Selain itu juga ada beberapa ciri-cirinya. Semoga Allah
mengizinkan ilmu yang sudah kita dapat ini, senantiasa bermanfaat dan barokah
di dalam agama, dunia dan akhirat kita. Amin.
2.
Referensi
Dasar-dasar-perilaku-kelompok.
Pdf
Gerungan,
W. A. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Kelompok
Sosial. Pdf
Rahmat,
Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
ShoftwareKBBI
versi offline
Theodore
M. Newcomb, Ralph H. Turner, Philip E. Converse,(diterjemahkan oleh tim
Universitas Indonesia) Psikologi Sosial, 1978. Penerbit: Diponegoro.
[1] Jalaludin Rahmat. 2005. Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Cet ke 23. hlm 141.
[2] ShoftwareKBBI versi offline
[3]
Dasar-dasar-perilaku-kelompok.pdf
[4] Jalaluddin Rahmat. Op. Cit. hlm.
142
[5] W.A. Gerungan. 2009. Psikologi
Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. hlm. 92
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Jalauddin Rahmat. Op. Cit. hlm.
142-143
No comments:
Post a Comment