BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Biogeografi
1.
Definisi Biogeografi
Berikut ini adalah beberapa
definisi biogeografi menurut beberapa ahli:
a. Menurut Darlington (1966:22-23)
Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang sebagian besar berhubungan dengan hewan-hewan dan tumbuhan atau bagian khusus (terpenting) dari dunia hewan dan tumbuhan dengan kondisi dan keadaannya yang ada di permukaan bumi beserta penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyebaran tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, keadaan geologisnya, dll.
Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang sebagian besar berhubungan dengan hewan-hewan dan tumbuhan atau bagian khusus (terpenting) dari dunia hewan dan tumbuhan dengan kondisi dan keadaannya yang ada di permukaan bumi beserta penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyebaran tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, keadaan geologisnya, dll.
b. Menurut Brown, James H., and Mark V.
Lomolino
“Biogeography is the study of why animal species (and also plants) live in different regions on Earth” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biogeografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hewan dan (juga) tumbuhan hidup di berbagai tempat yang berbeda di bumi”.
“Biogeography is the study of why animal species (and also plants) live in different regions on Earth” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biogeografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana hewan dan (juga) tumbuhan hidup di berbagai tempat yang berbeda di bumi”.
c. Menurut Michael Ritter
“Biogeography is the study of the geographical patterns of plant and animal species to understand the distribution of plant and animal species on Earth, a fundamental knowledge of ecology and ecosystem dynamics is required” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biografi adalah ilmu yang mempelajari pola (secara) geografi tentang tumbuhan dan hewan agar dapat diketahui persebaran hewan dan tumbuhan tersebut di permukaan bumi berdasarkan ilmu ekologi dan ekosistem”.
“Biogeography is the study of the geographical patterns of plant and animal species to understand the distribution of plant and animal species on Earth, a fundamental knowledge of ecology and ecosystem dynamics is required” atau dapat diartikan sebagai berikut “Biografi adalah ilmu yang mempelajari pola (secara) geografi tentang tumbuhan dan hewan agar dapat diketahui persebaran hewan dan tumbuhan tersebut di permukaan bumi berdasarkan ilmu ekologi dan ekosistem”.
d. Menurut Alfred Russel Wallace:
Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi.
Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi.
Dari
berbagai pendapat para ahli di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
Biogeography atau Geografi Tumbuhan dan Hewan adalah ilmu yang mempelajari
asal, pola penyebaran dan distribusi hewan dan tumbuhan yang ada di permukaan
bumi baik laut, darat, dan udara, serta berkaitan dengan kondisi fisik
permukaan dan lingkungan alamnya seperti suhu, curah hujan, jenis tanah, dan
topografi.
2.
Proses-Proses Perubahan Penyebaran Biogeografi
Distribusi atau penyebaran flora dan fauna di
permukaan bumi dipengharuhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Iklim
Faktor
klimatologis merupakan faktor kondisi iklim pada suatu tempat. Keadaan iklim
suatu tempat tidak hanya ditentukan oleh letak lintang geografis saja,
melainkan juga ada kaitannya dengan bentuk bentang alam dan arah angin. Hal ini
mempengaruhi kondisi udara di daerah tersebut. Kondisi klimatologis yang
memiliki kelembapan udara relatif tinggi dan menerima radiasi matahari yang
cukup banyak cenderung memungkinkan persebaran tumbuhan dan hewan dalam jumlah
banyak dan beragam jenisnya. Sedangkan daerah-daerah yang kondisi kelembapannya
rendah dengan suhu yang sangat dingin (kutub) atau yang sangat panas (padang
pasir) tidak memungkinkan persebaran tumbuhan dan hewan dalam jumlah yang
banyak dan beragam jumlahnya.
b. Letak Geografis
Letak geografis
suatu tempat ditentukan berdasarkan besar kecilnya angka lintang (letak
lintang). Angka lintag geografis yang semakin besar menunjukkan daerah tersebut
semakin dekat dengan daerah kutub, baik ke kutub utara maupun kutub selatan.
Daerah-daerah yang letak lintang geografisnya semakin besar akan mendapatkan
sedikit radiasi matahari. Hal ini menyebabkan tumbuhan dan hewan semakin
mendekati kutub, maka akan semakin sedikit jumlah dan jenisnya. Walaupun ada
pengecualian untuk daerah-daerah padang pasir yang tidak memungkinkan adanya
kehidupan (tumbuhan dan hewan) dalam jumlah
yang relatif banyak, karena memang secara fisik tidak memenuhi syarat
bagi kehidupan.
c. Faktor Geologi
Pergerakan
lempeng tektonik juga berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna di
permukaan bumi. Spesies yang dulunya tinggal di wilayah tertentu bisa berpindah
tempat akibat pergerakan lempeng yang menyebabkan bergesernya pulau-pulau. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wallace yang membagi persebaran fauna menjadi
beberapa wilayah yang dipisahkan oleh garis Wallace.
d. Faktor Ekologi
Faktor
Ekologi yang mempengaruhi persebaran organisme adalah habitat dan lingkungan.
Dalam suatu lingkungan ada hubungan timbale balik antar makhluk hidup, baik
yang menguntungkan maupun merugikan. Antar makhluk hidup bisa terjadi kompetisi
sehingga ada yang menjadi predator. Hal tersebut akan membuat makhluk hidup
yang kalah dari predator akan mencari lingkungan baru yang lebih aman untuk
tempat hidupnya.
3.
Prinsip Dasar Ekologi Landscape
Ekologi
Landscape merupakan proses hubungan timbal balik dalam bentang lahan yang luas
yang dipengaruhi oleh unit-unit geomorfologi. International Assosiation for
Landscape Ecology mengidentifikasi 4 hal pokok yaitu:
a. Pola keruangan/struktur dari bentang
lahan
b. Hubungan antara pola dan proses pada
bentang lahan
c. Hubungan aktivitas manusia terhadap pola
bentang lahan, proses dan perubahan
d. Pengaruh dari skala dan gangguan pada bentang
lahan
Prinsip
Ekologi Landscape, yaitu:
1) Semua energi yang memasuki sebuah
organisma (hidup), populasi atau ekosistem, dapat dianggap sebagai energi yang
tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang
lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2) Tak ada sistem pengubahan energi yang
betul betul cermat.
3) Materi, Energi, Ruang, Waktu, dan
Keaneka-ragaman adalah kategori sumber alam.
4) Untuk semua kategori sumber alam, kalau
pengadaan sumber itu sudah cukup tinggi, pengaruh unit kenaikannya sering
menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum.
Melampaui batas maksimum ini, takkan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali Keaneka-ragaman dan Waktu) kenaikan
pengadaan sumber alam yang melampaui batas maksimum, bahkan akan mempunyai
pengaruh yang merusak karena kesan peracunan. Ini adalah prinsip penjenuhan.
Untuk banyak fenomena sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan
oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5) Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu
sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya dan ada
pula sumber alam yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6) Individu dan spesies yang mempunyai
lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan
saingannya itu.
7) Kemantapan keanekaragaman suatu
komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.
8) Bahwa sebuah habitat (Lingkungan hidup)
itu dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9) Keaneka-ragaman komunitas apa saja
sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya.
10) Perbandingan (rasio) antara biomasa
dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu pada lingkungan yang
stabil hingga mencapai sebuah asimtot.
11) Sistem yang sudah mantap (dewasa)
mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).
12) Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau
tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
13) Lingkungan yang secara fisik stabil
memungkinkan berlakunya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang
mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14) Derajat pola keteraturan naik turun
populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya
yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
4.
Teori Biogeografi Pulau
Teori
Biogeografi Pulau mengatakan bahwa pulau-pulau kecil dan jauh mendukung lebih
sedikit spesies daripada pulau-pulau besar yang dekat dengan daratan utama.
Penghunian pulau akan merupakan kesetimbangan dari dua hal :
Penghunian pulau akan merupakan kesetimbangan dari dua hal :
a. Kolonisasi pulau oleh spesies imigran.
Tingkat kolonisasi akan tinggi bila pulau terletak dekat daratan utama.
b. Punahnya spesies di pulau itu. Tingkat
kepunahan akan lebih besar di pulau yang jauh dan kecil karena populasinya
terbatas sehingga sekali kena penyakit yang pandemik peluan kepunahannya besar.
Maka, pulau besar dan dekat akan semakin kaya jenis, pulau kecil dan jauh akan
semakin miskin jenis
Dua prediksi utama Biogeografi Pulau adalah:
Dua prediksi utama Biogeografi Pulau adalah:
a. Pulau-pulau dekat dengan daerah sumber harus
memiliki jumlah spesies lebih tinggi dari pulau-pulau yang lebih jauh dari
daerah sumber untuk daerah pulau-pulau yang setara.
b. Pulau-pulau besar seharusnya memiliki
lebih banyak spesies dari pulau-pulau pulaupulau
kecil yang terletak di jarak yang sama dari daerah sumber.
kecil yang terletak di jarak yang sama dari daerah sumber.
B.
Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
1.
Persebaran Flora di Indonesia
Persebaran flora di Indonesia dapat dibagi menjadi
dua, yaitu persebaran secara horizontal dan vertical.
a. Persebaran Horisontal
Penyebaran flora secara horisontal
besar kecilnya curah hujan, penyebaran flora secara horisontal di Indonesia
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Daerah Hujan Tropis. Daerah ini terdapat
di Jawa Barat (bagian selatan), Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya karena
daerah ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan menerima panas sepanjang
tahun. Hutan hujan triopis ini umumnya merupakan hutan rimba yang memepunyai
ciri-ciri: hutannya lebat, terdiri dari berbagai jenis pohon besar dan kecil,
ketinggiannya mencapai 60 m, mahkota daunnya bertingkat-tingkat, suasana di
dalam remang-remang dan lembaba. Karena terdori dari bermacam-macam
tumbuh-tumbuhan. Hutan semacam ini disebut hutan heterogen
b. Daerareh Hutan Musim. Hutan musim adalah
hutan yang meranggas (gugur) daunnya pada musim kemarau (panas). Salah satu
contoh dari hutan musim adalah hutan jati. Hutan musim ini pada umumnya hanya
terdiri dari satu jenis tanaman. Hutan semacam ini disebut hutan homogen.
c. Daerah Sabana. Sabana adalah daerah
padang rumput yang diselilingi oleh semak-semak (rumput, pohon-pohon rendah).
Sabana bayak terdapat di Madura, dan daratan Tinggi gayo (aceh), sebagai akibat
dari musim kemarau yang panas dan panjang.
d. Padang Rumput. Padang rumput adalah
suatu daerah yang cukup luas yang hanya ditumbuhi oleh rumput. Daerah steppa
ini terdapat di pulau Sumba, Sumbawa,
flores dan Nusa Tenggara Timur, dimana musim kemarau sangat panjang, stepa
sangat bermanfaat bagi usaha peternakan. Itulah sebabanya di pulau-pulau
tersebut diatas sngat maju peternakannya. Jenis ternak yang terkenal adalah
kuda dan lembu. Kuda sandel dan kuda
Bima adalah jenis-jenis kuda yang terkenal dari pulu Sumba karena kekuatan dan
ketangkasannya. Selain kuda, lembu juga termasuk jenis ternak yang tekenal .
Daerah paling kering di Indonesia
terdapat di lembah palu (daerah Sulawesi Tengah bagian Barat).
Tumbuha-tumbuhan yang terdapat di daerah ini antara lain jenis kaktus yang
merupakan tanaman untuk daerah kering.
b. Persebaran Vertikal
Penyebaran flora dari tempat
terendah sampai tempat yang tertinggi Menurut J.W Junghun penyebaran flora dengan ketinggian
tempat sebagai berikut:
1. Pada Ketinggian 0-650 m. Mulai dari yang
paling dekat laut, yakni daerah pantai yang berawa-rawa sufah dipadati hutan
yang dinamakan hutan bakau (Mangrove). Karena tempatnya selalu tergenang air, maka
tanaman ini memiliki akar tunjang unuk bernafas (akar nafas). Disamping
itu,hutan bakau ini juga dipengaruhi oleh naik turunnya air laut, maka hutan
ini dinamakan hutan pasang, disana tumbuh pohon nipah, pada bagian lebih kering
akan dijumpai tanaman pandan. Lebih jauh ke daratan samapai pada ketinggian 650
m adalah merupakan daerah penghasil tanaman pertanian dan perkebunana seperti
kelapa, coklat, padoi, tebu, tembakau, kapuk dan karet.
2. Pada ketinggian 650 - < 1500 m.
Daerah ini dikatakan tanaman-tanaman aren,pinang , jagung dan kopi. Pada
tempat-tempat tertentu terdapat hutan rasamala
3. Pada ketinggian anatara 1500 - < 2500
m. Daerah ini baik untuk tanaman teh. Karena temperaturnya semakin dingin, maka
banyak dijumpai kabut dan tumbuh-tumbuhan utama pohon cemara dan lumut.
4. Pada Ketinggian lebih dari 2500 m.
Daerah ini temperaturnya sudah terlalu dingin, maka pohon-pohonan keras sudah
jarang dan hanya dijumpai pohon kina. Dan sampai pada ketinggian 3000 m adalah
merupakan batas pohon-pohonan dimana pada ketinggian diatas 3000 m tidak lagi
djumpai pohon-pohonan karena temperatur terlalu dingin, kurang hujan dan
anginnya keras.
2.
Persebaran Fauna di Indonesia
Persebaran Fauna di Indonesia
dibagi menjadi tiga wilayah. Yaitu fauna Asiatis yang meliputi wilayah
Indonesia bagian Barat, fauna Australis yang meliputi Indonesia bagian Timur,
dan Fauna Peralihan yang meliputi Indonesia bagian Tengah. Pembagian wilayah
fauna tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Weber dan
Wallace. Berikut ini adalah gambar persebaran fauna di Indonesia.
Berdasarkan pengamatan, Wallace berpendapat bahwa
Kalimantan bersama Sumatra, Jawa, dan Bali pernah menjadi bagian Asia. Perairan
dangkal di sekitar pulau-pulau ini membuktikan pendapat itu. Perairan dangkal
itu dahulu berupa daratan yang berperan dalam persebaran flora dan fauna.
Dangkalan ini dikenal dengan sebutan Dangkalan Sunda. Karena inilah tipe fauna
di wilayah ini memiliki kesamaan.
Selanjutnya, fauna di wilayah ini disebut fauna tipe
Asia.Di kawasan timur Indonesia, hal serupa juga terjadi di Papua dan Kepulauan
Maluku. Fauna di kawasan ini memiliki kesamaan dengan fauna di Australia.
Mamalia yang hidup di kawasan ini didominasi oleh marsupialia, yaitu mamalia yang berkembang di luar kandungan. Mamalia
ini berkembang di kantong induknya seperti kanguru, kuskus berkantong, dan
tikus berkantong. Di kawasan ini terdapat burung kasuari yang juga terdapat di
Australia.
Persamaan ini merupakan bukti bahwa perairan di
kawasan timur Indonesia yang dangkal itu dahulu merupakan daratan yang kering pula.
Karena itulah, fauna dapat menyebar dari Australia ke Papua dan sekitarnya.
Daerah di kawasan ini disebut Dangkalan Sahul. Selanjutnya, flora dan fauna di
kawasan ini dikenal sebagai fauna tipe Australia.Di antara Dangkalan Sunda dan
Sahul, terdapat perairan laut dalam. Berbeda dengan Dangkalan Sunda dan Sahul
yang perairannya dangkal, perairan di kawasan ini sangat dalam. Perairan ini
belum pernah kering. Di perairan ini terdapat Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa
Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. Kawasan ini dikenal dengan nama Wallacea.
Wallacea memberi batas antara kawasan Dangkalan Sunda
dan kawasan Wallacea dengan garis yang terkenal dengan Garis Wallace. Garis ini
untuk menunjukkan pembagian fauna yang sangat berbeda antara kawasan tipe Asia
dan kawasan Wallacea. Selanjutnya, antara kawasan ini dengan kawasan Dangkalan
Sahul dipisahkan oleh Garis Weber untuk menunjukkan pembagian jenis faunanya.
Ada pula Garis Lydekker yang digunakan sebagai batas paling barat dari satwa
tipe Australia. Penentuan garis ini didasarkan pada batas kedalaman laut di
Dangkalan Sahul.
Namun, baik Garis Wallace maupun Garis Weber itu
telah menjadi agak kabur. Dari fakta yang ada, beberapa fauna tipe Asia dan
Australia telah beralih ke kawasan Wallacea. Burung pelatuk, bajing, dan
cerurut yang bertipe Asia telah melintasi Garis Wallace, yaitu dari Bali ke Lombok,
Sumbawa, Flores, dan Alor. Mungkin binatang itu telah dibawa oleh orang
Melanesia sebagai bahan makanan dan binatang piaraan. Demikian halnya dengan
fauna tipe Australia. Possum berkantong dan kakaktua yang merupakan fauna tipe
Australia telah menempati Sulawesi tetapi tidak ada di Kalimantan. Demikian
juga burung madu australia yang ada di Lombok tetapi tidak ada di Bali.
Jadi, kawasan Wallacea selain memiliki fauna yang
bersifat endemi, yaitu anoa, komodo, dan babi rusa juga memiliki fauna
peralihan dari kawasan Asia dan Australia. Oleh karena itu, fauna yang ada di
kawasan Wallacea disebut tipe peralihan. Dari uraian di atas, dapat diketahui
dengan jelas persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu tipe
Asia, Australia, dan peralihan.
C.
Perbedaan Flora Indonesia Barat dan Indonesia Timur
Tipe flora di Indonesia terdiri dari Flora Indonesia
Barat dan Indonesia Timur, namun juga ada tipe Flora Indonesia Bagian Tengah
atau Flora Peralihan. Berikut ini adalah penjelasan tipe flora di Indonesia.
1.
Flora Indonesia Bagian Barat
Wilayah yang termasuk dalam flora Indonesia Bagian
Barat. adalah Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Bali, dan
beberapa pulau kecil di sekitarnya.
Ciri-ciri
flora Indonesia Barat yaitu:
1.
Sedikit jenis tumbuhan matoa (Pometia
Pinnata)
2.
Terdapat berbagai jenis nangka
(Artocarpus spp)
3.
Tidak terdapat hutan kayu putih
4. Sedikit jenis tumbuhan sagu
5.
Jenis meranti-merantian sangat banyak
(350 jenis)
6.
Terdapat berbagai jenis rotan.
Jenis flora yang terdapat di wilayah flora
asiatis yaitu:
a. Flora Sumatra-Kalimantan
Jenis
flora di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh iklim Af (hutan hujan tropis) yang
mempunyai ciri curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Adanya beberapa jenis
flora di kawasan ini kita bedakan menjadi dua kriteria penyebab.
1)
Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan jenis vegetasi kosmopolitan yang
paling dominan di kawasan ini adalah hutan hujan tropis yang lebat dengan
spesies tumbuhan yang khas, seperti kayu meranti yang keras, berbagai jenis
anggrek, pohon deptirokarpus.
2)
Tingkat kelembaban yang tinggi menyebabkan tumbuhnya beberapa jenis vegetasi, seperti
pohon paku, lumut, dan jamur.
Oleh
karena itu, tipe vegetasi yang mendominasi wilayah ini ialah hutan hujan
tropis, yaitu tipe hutan lebat dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen.
Pohon-pohonnya tinggi dan sangat rapat, di bawahnya ditumbuhi berbagai jenis
tumbuhan yang lebih rendah dan tanahnya ditumbuhi perdu dan rumput-rumputan
sebagai penutup. Beberapa jenis flora khas daerah Sumatra-Kalimantan adalah
tumbuhan meranti (dipterocarpus),
berbagai jenis epifit, seperti anggrek, berbagai jenis lumut, cendawan (jamur),
dan paku-pakuan, serta tumbuhan endemik yang sangat langka, seperti Rafflesia arnoldi
yang penyebarannya hanya di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe
Aceh Darussalam sampai Lampung.
Raflessia
Arnoldi flora khas daerah Sumatra
b. Flora Jawa-Bali
Bentangan
lahan antara Jawa sampai Bali memungkinkan kawasan ini memiliki iklim yang
berbeda. Ada kecenderungan curah hujan lebih tinggi di Pulau Jawa bagian barat,
sedangkan semakin ke arah Jawa bagian timur sampai ke Bali, curah hujan semakin
rendah. Gejala ini terjadi disebabkan pola iklim yang berbeda, dimana Jawa
bagian barat beriklim Af (hutan hujan tropis), sedangkan semakin ke arah timur
iklim berubah menjadi iklim Am (muson tropis)
dan Aw (sabana tropis). Akibat dari jenis iklim dan jumlah curah hujan
yang dimiliki kawasan ini, akhirnya timbul kawasan vegetasi cosmopolitan seperti
di bawah ini.
1. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis yang mempunyai iklim Af berada di sekitar Jawa bagian barat dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi. Beberapa contoh kawasan vegetasi hutan hujan tropis adalah: Cagar Alam Ujung Kulon di Jawa Barat, Cagar Alam Cibodas di Jawa Barat, dan Cagar Alam Pananjung di Pangandaran, Jawa Barat.
Hutan hujan tropis yang mempunyai iklim Af berada di sekitar Jawa bagian barat dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi. Beberapa contoh kawasan vegetasi hutan hujan tropis adalah: Cagar Alam Ujung Kulon di Jawa Barat, Cagar Alam Cibodas di Jawa Barat, dan Cagar Alam Pananjung di Pangandaran, Jawa Barat.
2. Hutan Musim Tropis
Hutan
muson tropis berada di sekitar Jawa Barat bagian utara terus ke arah Jawa bagian
tengah dan sebagian Jawa Timur. Kawasan ini memiliki iklim Am (muson tropis) dengan
jumlah curah hujan mulai berkurang, sehingga akibatnya memiliki vegetasi kosmopolitan
hutan muson tropis yang mempunyai ciri khas daunnya gugur pada musim kemarau,
contohnya vegetasi pohon jati. Pohon jati ini diperkirakan sebagai pohon asli (endemi)
Pulau Jawa, sebab spesies ini tidak ditemukan di kawasan lain. Beberapa contoh kawasan
vegetasi ini adalah hutan Alas Roban di Jawa Tengah dan hutan jati di sekitar Jepara.
Gambar Pohon Jati Khas dari Hutan Musim di Jawa
3. Sabana Tropis
Vegetasi
sabana tropis adalah sejenis padang rumput yang diselingi oleh tumbuhan pohon-pohon
besar. Jenis vegetasi ini mendominasi kawasan Jawa bagian timur sampai Bali.
Iklim yang mendominasi sabana tropis adalah iklim Aw (sabana tropis) yang
ditandai dengan curah hujan yang sedikit, baik dihitung dari rerata curah hujan
bulanan atau rerata curah hujan tahunan. Contoh dari kawasan vegetasi sabana
tropis ini adalah Cagar Alam Baluran di
Jawa Timur dan Taman Nasional Bali Barat di Pulau Bali.
2.
Flora Indonesia Bagian Timur
Flora bertipe Indonesia Timur ini meliputi wilayah
Maluku dan Papua. Berikut ini adalah ciri-ciri flora Australia:
1.
Terdapat berbagai jenis tumbuhanmatoa (Pometia pinnata) khususnya di Papua.
2.
Tidak terdapat jenis-jenis nangka (Artocarpus spp).
3.
Terdapat hutan kayu putih.
4.
Banyak jenis tumbuhan sagu.
5.
Jenis meranti-merantian sedikit (25
pohon).
6.
Tidak terdapat rotan.
Flora yang terdapat di Indonesi Timur yaitu Flora
Papua. Papua adalah pulau di Indonesia yang paling timur, memiliki iklim lembab
(Af) yang sama seperti Indonesia bagian barat. Dengan curah hujan yang cukup
tinggi, akibatnya Papua memiliki jenis vegetasi kosmopolitan hutan hujan
tropis.Namun satu keunikannya, bahwa hutan hujan tropis Papua ini memiliki
kesamaan karakter dengan hutan hujan tropis yang ada di Queensland, Australia
Utara, di antaranya memiliki satu jenis vegetasi yang di kedua kawasan tersebut
tumbuh dengan baik, yaitu pohon eucalyptus. Pulau Papua memiliki hutan kabut,
yaitu hutan yang setiap saat tertutup oleh kabut. Hal ini mengindikasikan bahwa
hutan di Pulau Papua memiliki tingkat kelembaban yang cukup tinggi.
Gambar
Eucalyptus, Flora khas Papua
3.
Flora Indonesia Peralihan
Seperti halnya fauna peralihan, flora peralihan
tersebar di Pulau Sulawesi, Pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara, dan
pulau-pulau di sekitarnya. Flora di daerah ini juga di sebut flora Kepulauan
Wallace. Iklim yang terjadi di kawasan ini adalah iklim kering dengan suhu
rerata relatif panas dibanding dengan kawasan Indonesia lainnya. Akibatnya,
vegetasi yang tumbuh di kawasan ini adalah jenis tumbuhan yang cocok dengan
asosiasi panas dan kering. Adapun jenis vegetasi kosmopolitan yang terdapat di
kawasan peralihan ini adalah sebagai berikut:
• Hutan
pegunungan di Sulawesi
• Sabana
tropis di Nusa Tenggara
• Hutan
campuran di Maluku dengan jenis pohonnya yang terkenal, seperti rempah- rempah
(pala, cengkih, kayu manis, merica), kenari, dan sagu.
D.
Tipe Fauna di Indonesia
Tipe fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu
Fauna Asiatis, Fauna Australis, dan Fauna Peralihan. Perbedaan utama yang
membedakan antara Fauna Asiatis dan Australis adalah sebagai berikut:
Fauna Asiatis
|
Fauna Australis
|
Hewan menyusui besar-besar
Tidak terdapat hewan berkantung
Terdapat berbagai jenis kera
Jenis burung berwarna sedikit
Terdapat berbagai jenis kucing liar dan ajag
Jenis ikan air tawar banyak
|
Hewan menyusui kecil-kecil
Terdapat hewan berkantung
Tidak terdapat berbagai jenis kera
Terdapat banyak jenis burung berwarna
Tidak terdapat kucing liar dan ajag
Jenis ikan air tawar sedikit
|
Gambar Tipe Fauna di Indonesia
1.
Fauna Asiatis
Wilayah yang termasuk dalam fauna Asiatis yaitu
Indonesia Bagian Barat. Beberapa wilayah yang termasuk kawasan fauna Indonesia
bagian barat adalah Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Bali,
dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Kawasan region Indonesia barat dibatasi
dengan wilayah Indonesia bagian tengah dengan garis yang disebut garis Wallace.
Kawasan ini disebut juga wilayah Sunda.
Ciri-ciri
fauna asiatis yaitu:
1. Hewan menyusui besar dan kecil
2.
Tidak terdapat hewan berkantung
3.
Terdapat berbagai jenis kera
4.
Jenis burung berwarna sedikit
5.
Terdapat berbagai jenis kucing liar dan
ajag
6. Jenis ikan air tawar banyak
Beberapa jenis fauna yang
terdapat di wilayah fauna Indonesia Barat antara lain :
1. Jenis mamalia, meliputi gajah, badak bercula satu, tapir,
rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, harimau, tikus, bajing, kijang,
ajag, kelelawar, landak dan babi hutan.
2. Jenis reptil, meliputi buaya, kura-kura, kadal, ular,
tokek, biawak, bunglon, dan trenggiling.
3. Jenis burung,
meliputi burung hantu, elang, jalak, merak, kutilang dan berbagai macam unggas.
4. Jenis serangga, misalnya kumbang Badak (kumbang Jawa)
5. Jenis ikan air tawar, misalnya ikan pesut (sejenis
lumba-lumba air tawar di sungai Mahakam)
2.
Fauna Peralihan
Fauna ini terletak di Indonesia Tengah. Wilayah
persebaran fauna peralihan juga sering disebut dengan wilayah fauna Kepulauan
Wallacea atau cukup fauna Wallacea saja. Fauna ini disebut sebagai wilayah fauna
peralihan, yaitu wilayah yang memisahkan antara wilayah fauna Indonesia
Barat dengan wilayah fauna Indonesia Timur. Wilayah fauna Indonesia Tengah
meliputi daerah Pulau Sulawesi, Pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara, seperti
Flores, Sumba, Lombok, Komodo dan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Akibat tidak pernah bersatunya wilayah ini dengan
kawasan manapun, maka banyakhewan unik yang bisa ditemukan di kawasan ini.
1)
Phylum
mamalia, di antaranya monyet hitam, anoa, kuskus, babi rusa, tarsius,
musang, ikan duyung, monyet seba, kuda, sapi/banteng.
2)
Phylum reptil, contohnya biawak,
komodo, kura-kura, buaya, ular, soa-soa.
3)
Phylum amfibi, contohnya spesies
katak, seperti katak terbang, katak pohon, katak air.
4)
Phylum burung, di antaranya burung
dewata, burung maleo, burung mandar, burung raja udang, burung pemakan
lebah,burung rangkong, kakatua, burung nuri,
burung
dara/merpati, angsa, burung bintayong.
3.
Fauna Australis
Wilayah yang termasuk dalam Fauna Australia yaitu
wilayah Indonesia Timur. Wilayah fauna Indonesia timur disebut juga wilayah
fauna dangkalan Sahul. Jenis-jenis fauna yang terdapat di wilayah ini
bertipe Australis, maksudnya jenis fauna yang hidup mirip dengan fauna-fauna di
Australia. Persebaran wilayah fauna Indonesia Timur meliputi :
1.
Kepulauan Maluku dan kepulauan kecil di sekitarnya
2.
Papua (Irian) dan sekitarnya.
Wilayah fauna Indonesia Timur berbatasan dengan
Wilayah Fauna Indonesia Tengah dan dibatasi oleh garis khayal yaitu Garis Weber,
dan termasuk dalam kelompok fauna dunia zona Australis.
Ciri-ciri
fauna Australis:
1. Hewan menyusui kecil-kecil
2.
Terdapat hewan berkantung
3.
Tidak terdapat kera
4.
Jenis burung berwarna banyak
5. Tidak terdapat jenis kucing liar dan ajag
6.
Jenis ikan air tawar sedikit
Jenis-jenis
Fauna Indonesia Tipe Australis, antara lain sebagai berikut.
1) Mamalia,
terdiri atas kanguru, walabi, beruang, koala, nokdiak (landak Irian), oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus,
biawak, kanguru pohon, dan kelelawar.
2) Reptilia,
terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, dan kura-kura.
3) Amphibia,
terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
4)
Burung, terdiri atas kakatua, beo, nuri, raja udang, cendrawasih,
dan kasuari.
5) Ikan,
terdiri atas arwana dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya yang jumlah
spesiesnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan wilayah Fauna
Indonesia Barat dan Tengah.
E.
Usaha-usaha Pelestarian Flora dan Fauna
Akibat adanya bencana, seperti kebakaran hutan dan
gunung meletus, serta kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, jumlah
maupun jenis flora dan fauna semakin lama semakin berkurang, atau bahkan punah
sama sekali keberadaannya di alam. Untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan
jenis tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) tertentu maka diperlukan berbagai
upaya pelestarian dari berbagai pihak,
antara lain dengan dikeluarkannya undang-undang dan berbagai peraturan tentang
pelestarian tumbuhan dan satwa.
Perlindungan dan pelestarian tersebut tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Satwa dan
Tumbuhan, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 tentang Daftar
Satwa yang Dilindungi di Indonesia, SK Menteri Pertanian No. 82/Kpts-II/1992
tentang Penetapan Tambahan Beberapa Jenis Satwa yang Dilindungi oleh
Undang-undang, serta beberapa Surat Keputusan (SK) pemerintah lainnya.
Salah satu pasal yang berhubungan dengan usaha
perlindungan dan pelestarian satwa di Indonesia, tercantum dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam pasal 21 dinyatakan bahwa setiap orang
dilarang
menangkap,
membunuh, memiliki, memelihara, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
keadaan hidup atau mati termasuk bagian-bagian tubuhnya. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini merupakan kejahatan dan dapat dikenakan hukuman penjara maksimal
lima tahun
dan
denda maksimal Rp100.000.000.
Selain
usaha-usaha tersebut, usaha lain yang tidak kalah pentingnya adalah denga didirikannya
bermacam-macam perlindungan alam seperti Taman Wisata, Taman Nasional, Kebun
Raya, Hutan Buru, Hutan Lindung, Taman Laut.
1. Perlindungan Alam Umum
a. Taman Nasional
Merupakan keadaan alam yang menempati suatu daerah
yang luas dan tidak diperkenankan ada rumah tinggal maupun bangunan industri.
Tempat ini dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi atau taman wisata tanpa
mengubah ciri-ciri mendasar dari ekosistem. Misalnya, Taman Safari di wilayah
Cisarua Bogor dan Way Kambas di Lampung.
b. Perlindungan Alam Terbimbing
Merupakan perlindungan keadaan alam yang dibina oleh
para ahli. Misalnya, Kebun Raya Bogor.
c. Perlindungan Alam Ketat
Merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang
dibiarkan tanpa adanya campur tangan manusia, kecuali dipandang perlu.
Tujuannya untuk penelitian dan kepentingan ilmiah. Misalnya, perlindungan badak
bercula satu di Ujung Kulon.
2. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu adalah
suatu bentuk perlindungan yang hanya ditujukan pada aspek tertentu saja
(khusus). Macam-macam perlindungan alam dengan tujuan tertentu antara lain
sebagai berikut.
a. Perlindungan Geologi
merupakan
perlindungan alam yang bertujuan melindungi formasi geologi di wilayah
tertentu. Misalnya, formasi Karst Rajamandala (masih dalam wacana) yang
merupakan formasi batuan kapur di daerah Jawa Barat yang memiliki nilai-nilai
geografi, geologi, dan antropologi, serta nilai sejarah yang sangat tinggi
berkaitan dengan ditemukannya bentukan alam gua-gua dan fosil manusia Sunda
Purba di daerah tersebut.
b. Perlindungan Alam Botani
merupakan
perlindungan alam dengan tujuan untuk melindungi komunitas jenis tumbuhan
tertentu. Misalnya, Kebun Raya Bogor.
c. Perlindungan Alam Zoologi
merupakan
perlindungan alam yang
bertujuan
untuk melindungi dan mengembangbiakkan hewan-hewan (fauna) langka.
d. Perlindungan Monumen Alam
merupakan
perlindungan yang bertujuan melindungi benda-benda alam tertentu, seperti
stalaktit, stalagmit, gua, dan air terjun.
e. Perlindungan Alam Antropologi
merupakan
perlindungan alam yang bertujuan melindungi suku bangsa yang terisolir.
Misalnya, Suku Asmat di Papua dan Suku Badui di daerah Banten Selatan.
f. Perlindungan Hutan
merupakan
bentuk perlindungan yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tanah,
air, dan udara.
g. Perlindungan Ikan
merupakan
perlindungan yang bertujuan untuk melindungi jenis ikan yang terancam punah.
h. Perlindungan Suaka Margasatwa
merupakan
perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, seperti
badak, gajah, dan harimau Sumatra.
i.
Perlindungan
Pemandangan Alam
merupakan
perlindungan yang bertujuan untuk melindungi keindahan alam. Misalnya, Ngarai
Sianok di Sumatra Barat yang menjadi salah satu potensi wisata
dengan
fenomena alamnya yang indah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Biogeografi
atau Geografi Tumbuhan dan Hewan adalah ilmu yang mempelajari asal, pola
penyebaran dan distribusi hewan dan tumbuhan yang ada di permukaan bumi baik
laut, darat, dan udara, serta berkaitan dengan kondisi fisik permukaan dan
lingkungan alamnya seperti suhu, curah hujan, jenis tanah, dan topografi.
Persebaran Flora dan Fauna di dunia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor klimatologis, letak geografis, faktor geologis, dan faktor ekologis.
Persebaran
flora di Indonesia dibagi secara horizontal dan vertikal. Sedangkan persebaran
fauna di Indonesia dibagi berdasarkan garis Wallace dan Weber. Daerah yang
dipisahkan oleh garis Wallace termasuk dalam wilayah fauna tipe Asiatis yang
meliputi Indonesia bagian Barat, sedangkan daerah yang dipisahkan oleh garis
Weber termasuk dalam wilayah fauna tipe Australis yang meliputi Indonesia
bagian timur, dan daerah yang terletak di antara garis Wallace dan Weber
disebut daerah fauna tipe peralihan yang meliputi Indonesia bagian Tengah.
Akibat
gangguan alam seperti bencana maupun gangguan manusia maka kondisi fauna dan
flora di Indonesia semakin memprihatinkan. Banyak dari spesies yang terancam
punah. Maka dari perlu suatu upaya perlindungan dan konservasi flora dan fauna
tersebut. Yaitu dengan membuat taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa,
kebun raya, dan lain-lain. Selain itu juga perlu dibuat undang-undang supaya
manusia tidak lagi mengganggu kehidupan flora dan fauna yang ada di Indonesia.
B.
Saran
Dalam
upaya pelestarian flora dan fauna dibutuhkan
kerjasama yang harus dilakukan oleh semua pihak baik masyrakat mupun
pemerintah setempat. Selain itu dibutuhkan kesadaran masing-masing pihak dalam
upaya pelestarian lingkungan. Upaya tersebut dapat berupa penyuluhan
mengenai pelestarian lingkungan kepada masyarakat, tidak menebangi hutan
yang merupkan habitat berbagai fauna, pembangunan cagar alam dan suaka marga
satwa, membuat perundang-undangan yang lebih tegas dalam menindak oknum-oknum
yang melakukan perusakan lingkungan, seperti pembalakan liar
DAFTAR
RUJUKAN
Fatchan,
Achmad. _____. Geografi Tumbuhan Dan
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang
Hidayat,
Andi. 2010. Persebaran Flora dan Fauna
Indonesia. (Online). (http://gurugeografimanwonosari.blogspot.com/2010/08/persebaran-flora-fauna-indonesia.htm). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Hidayat,
Andi. 2010. Penggolongan Fauna di Dunia.
(Online). (http://gurugeografimanwonosari.blogspot.com/2010/08/penggolongan-fauna-dunia.htm). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Kristiyanto,
Marhadi Slamet.______.Geografi Regional
Indonesia (Bagian Alamiah). Malang: Universitas Negeri Malang.
Kusnadi, Rahmat. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan. (Online). (http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/09/faktor-yang-mempengaruhi-kehidupan.html). Diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Maram, Nailul. 2008. Peta
Wilayah Persebaran Tumbuhan dan Hewan. (Online). (http://nailulmaram-geo.blogspot.com/2008/09/peta-wilayah-penyebaran-tumbuhan-dan.html). Diakses tanggal 30 Oktober 2011.
Pratomo, Ichwan
Dwi. 2010. Apa Itu Geografi Tumbuhan Dan
Hewan. (Online). (http://I-geography.blogspot.com/2010/01/apa-itu-geografi-tumbuhan-dan-hewan.html), Diakses tanggal 30 Oktober 2011.
Tiwi, Ida. 2011. Struktur
Komunitas, Suksesi dan Biogeografi Pulau. (Online), (http://idablogbiologi.blogspot.com).
Diakses tanggal 30 Oktober 2011.
No comments:
Post a Comment