PENGERTIAN OSEANOGRAFI
Oseanografi berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari dua kata, yakni: Oceanos yang berarti laut, dan Graphos
yang berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana kita dapat mengartikan
Oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam pengertian yang
lebih lengkap, Oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan
(eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya.
Sebelum
melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara kita yang bertanya:
“Apa beda antara Oseanografi dan Oseanologi?” Jika kita melihat pada beberapa
ensiklopedia yang ada, Oseanografi dan Oseanologi merupakan sinonim atau dua
hal yang sama. Namun, beberapa sumber lain mengatakan bahwa ada perbedaan
mendasar yang membedakan antara Oseanografi dan Oseanologi. Oseanologi terdiri
dari dua kata (dalam bahasa Yunani), yaitu Oceanos yang berarti laut, dan Logos
yang berarti ilmu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, Oseanologi adalah
studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan
tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll, ke dalam segala aspek
mengenai laut.
Secara
umum, Oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 bidang ilmu utama, yaitu:
Geologi Oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer bawah laut;
Fisika Oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus,
gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; Kimia Oseanografi yang
mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut; dan yang terakhir Biologi
Oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan
fauna di laut.
Istilah
Oseanografi sendiri digunakan dalam studi menyeluruh (komprehensif) mengenai
laut yang pertama kali dimulai dengan dilakukannya ekspedisi Challenger
(1827-1876), dipimpin oleh naturalis berkebangsaan Skotlandia bernama C.W
Thomson. dan seorang berkebangsaan Kanada, John Murray. Murray selanjutnya
menjadi pemimpin dalam studi mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi
Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam
perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut, dan studi mengenai iklim
akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya.
Organisasi Oseanografi internasional pertama adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).
Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-perguruan
tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang
tertua di Indonesia adalah Pusat Penelitian Oseanografi, yang berada di bawah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoesia (disingkat menjadi P20-LIPI) yang dulu
namanya Lembaga Oseanologi (LON-LIPI). Cikal bakal dari lembaga penelitian ini
dulu bernama Zoologish Museum te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.
GEOLOGI OSEANOGRAFI
Geologi
laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang ilmu geologi
untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan dasar laut. Ilmu
ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun pelayaran, seperti
pembangunan dermaga, anjungan pemboran minyak, kabel bawah laut, jembatan antar
dua pulau dsb.
Pada mulanya
para ahli percaya bahwa bentuk kerak bumi adalah tetap dan tidak berubah-ubah.
Mereka beranggapan bahwa sifat-sifat topografi utama di bumi (termasuk lautan,
daratan, dan pulau-pulau) sudah ada dan berbentuk seperti yang ada sekarang ini
sejak dahulu. Akan tetapi dari hasil penelitian geologi modern menunjukkan
suatu gambaran yang sangat berbeda. Sekarang sudah jelas terbukti bahwa kerak
bumi itu telah dan masih terus mengalami perubahan-perubahan.
Suatu bukti
bahwa di bawah permukaan bumi ini masih berlangsung aktivitas-aktivitas yang
hebat, yaitu dengan terdapatnya gunung berapi dan gempa bumi yang sering
terjadi. Kegiatan-kegiatan hebat ini secara luas menyebar tidak merata pada
beberapa daerah di permukaan bumi. Para ahli geologi percaya bahwa
daerah-daerah aktif ini mewakili tempat-tempat di mana sering terjadi
retakan-retakan besar di kerak bumi. Retakan-retakan ini mencakup seluruh
permukaan bumi, sehingga kerak bumi dapat dibagi menjadi enam bagian lempengan
besaryang dinamakan tectonic plates,
di mana tiap lempengan terdiri dari kerak yang saling bersambungan. Bentuk
lempeng-lempeng ini tidak rata, tetapi setiap lempengan cenderung untuk
membentuk suatu batas dengan sistem mid-oceanic
ridge, yaitu satu sisi dengan massa benua dan sisi yang lain dengan batas
lempengan tektonik.
Sudah terbukti
bahwa lempengan tektonik ini bergerak secara perlahan-lahan melintasi dasar
lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa centimeter setiap tahunnya.
Kecepatan ini tampaknya tidak berarti
samasekali bila dipandang dari jangka waktu hidup manusia, namun hal ini akan
sangat besar artinya bila ditinjau dari sudut sejarah bumi yang sudah berumur
empat setengah juta tahun lamanya. Sebagai salah satu contoh, bahan-bahan
lempengan yang rata-rata hanya bergerak dua centimeter setiap tahunnya akan
dapat menempuh jarak 2.000 kilometer dalam jangka waktu 100.000.000 tahun.
Setiap lempengan akan bergerak pada sudut siku-siku ke arah dan menjauhi oceanic ridge, dan karena itu mereka
bergerak ke arah batas benua. Suatu hal yang menarik perhatian adalah kerak
bumi yang baru selalu terbentuk secara terus-menerus dan menambah lempengan
pada sistem ridge. Cairan batu-batuan
basal dari bagian dalam bumi didorong ke atas melalui retakan-retakan dan
kemudian menjadi keras membentuk kerak lautan yang baru. Begitu kerak yang baru
ini terbentuk, mereka lalu mendorong dan memisahkan sisa lempengan tektonik dan
melintasi lantai lautan.
Gerakan
lempengan ini sulit untuk diukur secara langsung karena jarak yang terjadi
sangat kecil dan memerlukan waktu yang lama.
Walaupun demikian, para ahli geologi telah membuktikan secara meyakinkan
tentang terjadinya kejadian-kejadian ini dengan mengadakan penelitian terhadap
jenis batu-batuan darimana lempengan tektonik dibentuk. Batu-batuan basal ini
banyak mengandung bahan besi yang membuat mereka menjadi bersifat magnit untuk
selama-lamanya dalam menunjukkan arah dari medan gaya bumi ketika mereka
berubah menjadi keras. Proses ini sekarang telah berakhir, walaupun demikian
dalam sejarahnya medan gaya magnit bumi telah bertukar beberapa kali secara
tiba-tiba yang mengakibatkan terbentuknya batu-batu pada waktu yang berbeda dan
mempunyai arah medan gaya yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diramalkan
kalau bahan kerak bumi yang sedang terbentuk pada mid-oceanic ridge kemudian secara perlahan-lahan didesak ke luar
akan membentuk serentetan pita-pita yang sejajar, sedang batu-medan magnit
dipolarisasikan dalam arah yang berbeda-beda. Setiap pita akan menunjukkan
waktu ketika medan gaya sedang pada suatu arah tertentu. Penelitian tentang
polarisasi magnit dari batu-batuan yang terdapat dekat dengan mid-Atlantic ocean ridge, menunjukkan
hasil yang cocok dengan teori seperti yang disebut di atas. Di mana pita-pita
batuan ini letaknya sejajar dengan ridge itu sendiri yang polarisasi magnitnya
berubah dari satu pita ke pita yang lain.
Meskipun kerak
lautan baru selalu dibentuk secara terus-menerus di sistem mid-oceanic ridge, ukuran lempengan tektonik tidak akan bertambah
besar. Oleh karena itu sudah pasti ada tempat-tempat tertentu yang mengalami
suatu proses pembongkaran bahan-bahan kerak bumi yang terjadi secara seimbang.
Hal ini dipercaya terjadi pada batas-batas lempengan tektonik benua yang
letaknya jauh dari sistem ridge. Dari sini gerakan lempengan dibelokkan ke arah
bawah yang kemudian bertemu dengan kerak benua melalui proses yang dinamakan subduction. Akibatnya, kerak lautan
menjadi rusak oleh karena adanya panas yang timbul dari lapisan bumi yang
letaknya lebih dalam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa batas-batas lempengan ini (daerah-daerah
subduction) juga merupakan pusat dari aktivitas gunung berapi dan gempa bumi.
Di mana gunung berapi ini disebabkan oleh karena adanya tenaga yang begitu
besar yang dihasilkan ketika batu-batuan dari kerak lautan mencair, kemudian
secara tiba-tiba melepaskan tekanan yang begitu besar yang telah dibentuk di
dalam lapisan bumi, sehingga dapat mendorong berjuta-juta ton batuan yang
mencair ini ke atas. Sedangkan gempa bumi merupakan suatu akibat dari tekanan
yang diciptakan karena lempengan tektonik menjadi melengkung dan arahnya
dibelokkan ketika mereka berjalan ke bawah masuk bumi. Gempa ini terjadi
apabila sebagian dari lempengan tiba-tiba patah yang sering terjadi pada
kedalaman antara 100-700 kilometer di bawah permukaan bumi.
Ø
LEMBAH
LAUTAN (Ocean Basin)
Pada
mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu datar dan tidak mempunyai
bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi dari
dasar lautan adalah kompleks seperti daratan. Topografi
dasar laut yang kompleks di Indonesia disebabkan karena kawasan ini merupakan
pertemuan dari empat lempeng lithosfer, yaitu :
1. Lempeng Eurasia
2. Lempeng Filipina
3. Lempeng Pasifik
1. Lempeng Eurasia
2. Lempeng Filipina
3. Lempeng Pasifik
4. Lempeng samudera Hindia - Australia.
Bentuk-bentuk
tersebut antara lain:
1. Ridge dan Rise
Ini adalah suatu
bentuk proes peninggian yang terdapat di atas lautan (sea floor) yang hampir
serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan. Pada prinsipnya tidak ada
perbedaan antara ridge dan rise. Keduanya hanya dpat dibedakan dari letak
kemiringan lereng-lerengnya saja. Di mana Ridge lerengnya lebih terjal dari
Rise. Sebagai contoh, puncak-puncak dari sistem Ridge di tengah Atlantik
mempunyai tinggi sekitar satu sampai empat kilometer di atas lantai lautan dan
sifat kemiringan Rise dari dasar dengan lebar sekitar 1.500 sampai 2.000
kilometer. Rise di Pasifik Timur kurang datar dan ini tampak seperti sebuah
tonjolan rendah pada lantai lautan. Rise ini mempunyai ketinggian sekitar dua
sampai empat kilometer dari dasar mempunyai lebar kira-kira 2.000 sampai 4.000
kilometer.
Ridge dan Rise
utama yang membentang di dunia bergabung menjadi satu dan membentuk satu rantai
amat panjang yang dikenal sebagai mid-oceanic
ridge system (sistem ridge bagian tengah laut). Ini merupakan suatu
rangkaian yang terpotong-potong oleh daerah patahan (fault) yang banyak dengan
membentuk sudut siku-siku. Bagian tengah sistem Ridge ini ditandai dengan
adanya sebuah lembah curam yang dikenal sebgai lembah Rift (rift valley), hal
ini khususnya terbentuk dengan baik di mid-atlantic
Ridge. Tetapi hal ini juga dapat dikenal di mana sistem Ridge membentuk
sebuah penyebaran yang mengesankan di daratan Afrika Timur. Di sini lembah Rift
dapat ditemukan dengan kedalaman 2.800 Km, yang kemudian tempat ini diisi
dengan air yang membentuk danau-danau seperti halnya danau Tanganyika.
2. Trench
Bagian laut yang
terdalam berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah sangat dalam yang
terdpat di perbatasab antara benua dengan kepulauan, dan biasanya mempunyai
kedalaman yang sangat besar. Sebagai contoh, sebagian dari
Java Trench mempunyai kedalaman sebesar 7.700 meter.
3. Abysal Plain (daratan Abyssal)
Daerah ini
relatif terbagi rata dari permukaan bumi yang terdapat di bagian sisi yang
mengarah ke daratan dari sistem mid-oceanic
ridge.
4. Continental Island (pulau-pulau
benua)
Beberapa pulau
seperti Greenland dan Madagaskar menurut sifat Geologinya merupakan bagian dari
massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah. Daerah-daerah ini
lapisan kerak buminya terdiri dari batuan-batuan besi (granitic) yang jenisnya
sama dengan yang terdapat di daratan benua.
5. Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan
pulau-pulau seperti Kepulauan Indonesia juga mempunyai perbatasan dengan benua,
tetapi mereka mempunyai asal yang berbeda. Kepulauan ini terdiri dari
batuan-batuan vulkanik dan sisa-sisa sedimen pada bagian permukaan kulit
lautan.
6. Mid-Oceanic Volcanic Island
(pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah lautan)
Daerah ini
terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan Pasifik, di
mana letak mereka sangat jauh dari massa daratan.
7. Atol-atol
Daerah ini
terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian tenggelam di bawah permukaan
air. Batuan-batuan yang terdapat di sini ditandai oleh adanya terumbu karang
(coral-feef) yang terbentuk seperti cincin yang mengelilingi sebuah lagon yang
dangkal.
8. Seamount dan Guyot
Merupakan
gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tidak dapat
mencapai permukaan laut. Seamount ini mempunyai lereng yang curam, berpuncak
runcing, dan kemungkinan mempunyai ketinggian sampai 1 Kilometer atau lebih. Guyot
mempunyai bentuk yang serupa dengan Seamount, tetapi bagian puncaknya datar.
Ø
MORFOLOGI
DASAR LAUT
|
Seperti
halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di
lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan
sekasar relief di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi dan pengupasan olah
arus laut.
Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai berikut :
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Kerak
bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan
terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk
dasar laut
berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).
• Paparan (shelf) yang dangkal
• Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
• Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
• Gunung bawah laut (sea mount)
• Terumbu karang dan sebagainya.
• Paparan (shelf) yang dangkal
• Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
• Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
• Gunung bawah laut (sea mount)
• Terumbu karang dan sebagainya.
Menurut
Ilahude (1997), dilihat dari segi skala atau besarnya bentuk – bentuk dasar laut,
dasar laut
dibedakan ke dalam 3 golongan besar yaitu:
1. Relief Besar (macro relief)
• Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
• Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
• Secara vertikal berukuran ratusan meter.
• Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
• Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
• Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
• Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.
1. Relief Besar (macro relief)
• Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
• Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
• Secara vertikal berukuran ratusan meter.
• Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
• Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
• Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
• Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.
Gambar 1. Bentuk Dasar Laut
(Stewart, 2006)
DEFINISI KONSEP
1. Suhu
Suhu
menunjukkan derajat panas benda, besaran fisika yang menyatakan banyaknya panas yang
terkandung dalam suatu benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin
tinggi suhu benda tersebut.
Suhu
juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius,
Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara satu
jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan
K=C + 273.
Sebagai contoh:
dan .
Secara alamiah
sumber utama panas dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari
memancarkan panas sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus
ke matahari akan menerima panas sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi
matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2
kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap
oleh massa air (Meadous and Campbell,1993).
Kisaran suhu
pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai
daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang
merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut
mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku
air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan
dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Sebaran
suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan,
yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan
ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan
dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman,
lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion
dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri
gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap
pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Suhu
menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin
rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari
yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air
relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988)
Suhu
mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas.
Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah
menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu
lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil.
Lapisan
permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan
sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman
200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan
lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif
konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C (sahala hutabarat,1986).
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya
kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level
tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan
(ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa
terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya,
jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka
temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat
penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di
dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita
ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level
tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan.
Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu
temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level
tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan
referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur
pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran
dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah
yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih
dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan
selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.
Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan
kandungan energi panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui
energi panas spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga
temperatur menggunakan rumus Q = densitas x energi panas specific x temperatur
(temperatur dalam satuan Kelvin). Jika tekanan tidak sama dengan nol,
perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial.
Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Sementara itu, perubahan
energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas
dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).
2. Salinitas
ciri khas pada air laut ialah rasanya yang asin. Hal ini karena di dalam air
laut terlarut bermacam-macam garam dan yang paling utama adalah NaCl (Natrium
Klorida). Di dalam air laut mengandung 3,5% garam-garaman (yang terdiri dari
klorida 55%, natrium 31%, sulfat 8%, magnesium 4%, kalsium 1%, potassium 1% dan
sisanya bikarbonat, bromide, asam borak, stronsium dan florida) gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Tiga sumber
utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik
dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut
dalam.Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut, seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum. Sedangkan viskositas, daya serap cahaya tidak terpengaruh oleh salinitas. Sifat-sifat yang sangat ditentukan salinitas adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Jadi, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).
di perairan samudra, salinitas biasanya sekitar 34-35 o/oo. Di daerah pantai bisa terjadi pengenceran karena pengaruh aliran sungai, dll sehingga salinitas menurun sedangkan pada daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas akan meningkat tinggi. sebaran salinitas dilaut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai.
3. Berat Jenis
Berat
jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa
jenis air murni, atau juga merupakan perbandingan berat zat tersebut terhadap
volumenya. Satuan sistem internasional untuk berat jenis adalah N/m3.
Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau1000
kg/m³. Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan alias massa
jenisnya. Istilah kerennya adalah densitas (density). Kerapatan alias massa
jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume zat. Secara matematis
ditulis :
‡p= m/v
massa jenis suatu benda akan
bertambahketika benda tersebut menyusut (volume benda berkurang). Sebaliknya,
massa jenis benda akan berkurang ketika benda memuai(volume benda bertambah).
Massa benda
selalu tetap. Sedangkan volumenya bisa berubah-ubah, tergantung dari suhu.
Ketika volume benda berkurang, massa jenisnya akan bertambah. Semakin kecil
volume, semakin besar massa jenis benda. Sebaliknya, jika volume benda
bertambah, massa jenis benda akan berkurang.volume air berkurang) sampai suhu 4
oC. Karenanya, air memiliki massa jenis paling tinggi pada suhu 4oC
Kerapatan alias massa jenis fluida homogen (sama) pada dasarnya berbeda dengan
kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu misalnya, memiliki kerapatan
yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida, misalnya atmosfer atau
air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfir dari permukaan bumi, kerapatannya
semakin kecil sedangkan untuk air laut, misalnya, makin dalam kerapatannya
semakin besar. Massa jenis alias kerapatan dari suatu fluida homogen dapat
bergantung pada factor lingkungan seperti temperature (suhu) dan tekanan.
Satuan Sistem Internasional untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Untuk
satuan CGS alias centimeter, gram dan sekon, satuan Massa jenis dinyatakan
dalam gram per centimeter kubik (gr/cm3).
Berikut ini data massa jenis dari
beberapa zat.
Zat
|
Kerapatan (kg/m3)
|
Zat Cair
|
|
Air (4o C)
|
1,00 x 103
|
Air Laut
|
1,03 x 103
|
Darah
|
1,06 x 103
|
Bensin
|
0,68 x 103
|
Air raksa
|
13,6 x 103
|
Zat Padat
|
|
Es
|
0,92 x 103
|
Aluminium
|
2,70 x 103
|
Besi & Baja
|
7,8 x 103
|
Emas
|
19,3 x 103
|
Gelas
|
2,4 – 2,8 x 103
|
Kayu
|
0,3 – 0,9 x 103
|
Tembaga
|
8,9 x 103
|
Timah
|
11,3 x 103
|
Tulang
|
1,7 – 2.0 x 103
|
Zat Gas
|
|
Udara
|
1,293
|
Helium
|
0,1786
|
Hidrogen
|
0,08994
|
Uap air
(100 oC)
|
0,6
|
Kerapatan zat yang dinyatakan dalam
tabel di atas merupakan kerapatan zat pada suhu 0o C dan tekanan
1atm (atmosfir alias atm = satuan tekanan).
No comments:
Post a Comment