BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Islam
adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk
senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat islam
berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Semakin gencar dan
tepat dakwah itu disampaikan, maka akan semakin baik pula hasilnya.
Dakwah sendiri yang kita ketahui artinya
mengajak, menyeru umat untuk ke jalan kebenaran beramal nelaksanakan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya agar menjadi masyarakat yang madani.
Kegiatan dakwah merupakan kewajiban untuk semua
umat muslim di dunia. Kegiatan berdakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah
saja. Tapi banyak cara untuk melakukan dakwah, bahkan media elektronik on-line
seperti internet sekalipun bisa dijadikan untuk media dakwah bagi kaum muslim
sekarang ini. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia dari hari ke hari
semakin tidak menentu keadaanya baik itu segi moralitas keagamaan maupun
kehidupan sosial, ekonomi atau politik. Jadi sudah sepantasnya masyarakat
muslim ini untuk banyak melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, melalui
media, dan alat yang menunjang untuk berdakwah lainnya. Sehingga dengan
dilakukannya dakwah setidaknya dapat memperbaiki keimanan individu, kelompok
ataupun masyarakat pada umumnya
Akan tetapi pada pembahasan kali ini kami hanya
akan menjelaskan mengenai Hakikat konsep dakwah, tabligh, dan propaganda.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari dakwah, tabligh, dan propaganda?
2.
Apa perbedaan dakwah, tabligh, dan propaganda?
3.
Apa tujuan dari dakwah, tabligh, dan
propaganda?
1.3
TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dakwah, tabligh, dan propaganda
2. Untuk mengetahui perbedaan dakwah, tabligh, dan propaganda
3. Untuk
mengetahui tujuan dakwah, tabligh, dan propaganda
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DAKWAH
- Definisi Dakwah
Secara
etimologis (harfiyah) dakwah (دعوة) merupakan isim mashdar yang berasal dari kata
kerja/fi’il, yaitu ( يدعودعا ) da’a,
yad’u, da’wah, , yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, mengundang, memanggil,
seruan, permohonan dan mendorong dan meminta[1].
Istilah dakwah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh,
amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah,
tarbiyah, ta’lim dan khotbah. Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat
didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong,
dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan
istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh
karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari
aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan
dunia akhirat.
Sementara
itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi mengenai kata dakwah,
antara lain :
1. Menurut Abdul
Aziz, secara etimologi kata dakwah berarti: a. memanggil, b. menyeru; c.
menegaskan atau membela sesuatu; d. Perbuatan atau Perkataan untuk menarik
manusia kepada sesuatu; dan e. Memohon dan meminta, atau do’a.[2]
Artinya, proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan,
undangan, untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan tujuan untuk
mendorong seseorang supaya melakukan ciri-ciri tertentu.[3]
2. Menurut Ali
Mahfudz, menjelaskan bahwa dakwah sebagai proses mendorong manusia agar
melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan
melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mend apat kebahagiaan di
dunia dan di akhrat.[4]
Sedangkan
pengertian dakwah menurut istilah (terminologi) diantaranya dapat mengambil
isyarat dari surat al-Nahl (16);125, al-Baqarah(2); 208, al-Maidah (5);67,
al-Ahzab(33); 21.yaitu:Firman Allah SWT.
äí÷$#
4n<Î)
È@Î6y
y7În/u
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
( Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/
}Ïd
ß`|¡ômr&
4 ¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/
¨@|Ê
`tã
¾Ï&Î#Î6y
( uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
Artinya: Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya TuhanMu Dialah yang lebih
mengetahui tenang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. Al-Nahl:125).
Berdasarkan
ayat-ayat di atas, dipahami bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan
Allah (sistem islam) secara menyeluruh; baik dengan lisan, tulisan,
maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan
nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiyah),
keluarga (usrah) dan masyarakat (jamaah) dalam semua segi
kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud khairul ummah(masyarakat
madani).
- Tujuan dan Keutamaan Dakwah
1.
Tujuan
dakwah
a.
Meningkatkan
Kalimat Allah
Tujuan
utama dari diciptakannya hidup dan kehidupan ini tiada lain dan tiada bukan
melainkan agar semua manusia tunduk dan patuh menghambakan diri kepada sang
penciptanya yaitu Allah yang Maha Esa
yang tiada sekutu bagi-Nya. Firman Allah SWT.
$tBur
àMø)n=yz
£`Ågø:$#
}§RM}$#ur
wÎ)
Èbrßç7÷èuÏ9
ÇÎÏÈ
Artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.(QS. Adz Dzariyat{51}:56).
Oleh
karena itu, sudah seharusnya jika setiap muslim sebagai manusia pilihan
berkewajiban untuk menegakkan kalimat Allah diseluruh penjuru alam raya. Yaitu
menyeru seluruh umat manusia agar kembali kepada Allah, berpegang teguh pada
tali-Nya (dienul Islam), menyembah dan menesakan-Nya tampa mensekutukan-Nya dengan
sesuatupun dari ciptaan-Nya[5].
Maka, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sesungguhnya “TUJUAN INTI
DAKWAH” pada akikatnya dirumuskan pada ungkapan:
نقل العباد من عبودية العباد إلى عبودية رب العباد
Artinya:
“Mengubah manusia dari menyembah hamba menjadi menyembah Tuhannya hamba”
b.
Melanjutkan
Risalah Nabawiyah
Ketika
Allah memerintahkan ibadah kepada manusia dan hal itu tidak bisa ditetapkan
oleh akal mereka, maka dalam rangka memberikan petunjuk dan penjelasan Allah
memilih para nabi dan rasul sebagai pembawa risalah dimuka bumi. Mereka
dibekali kitab dan diutus dengan membawa misi yang sama yaitu menyelamatkan
manusia dari kegelapan menuju cahaya. Mereka adalah para imam penyebar hidayah
(Aimmatul Huda) yang akan membimbing manusia kepada jalan yang lurus (ash
Shirath al-Mustaqim). Kehadiran mereka merupakan bukti betapa besarnya
perhatian dan kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Dalam sejarah tampak jelas
bagaimana mereka didatangkan satu persatu, sebagian menyusul sebagian yang
lain, hadir silih berganti. Allah akan membangkitkan seorang nabi manakala
manusia telah durhaka dan jah dari-Nya. Saat tanaman dan sendi-sendi kehidupan
rusak, sikap dan tingkah laku telah melenceng dari kebenaran, dosa dan
kemaksiatan bertebaran, ketika itulah proses perbaikan dan pembenahan
dibutuhkan. Lewat para nabi dan rasul inilah Allah melakukan pendidikan,
pembenahan dan penyelamatan. Firman Allah SWT.
tb%x.
â¨$¨Z9$#
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
y]yèt7sù
ª!$#
z`¿ÍhÎ;¨Y9$#
úïÌÏe±u;ãB
tûïÍÉYãBur
tAtRr&ur
ãNßgyètB
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zNä3ósuÏ9
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
$yJÏù
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
4 $tBur
y#n=tG÷z$#
ÏmÏù
wÎ)
tûïÏ%©!$#
çnqè?ré&
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ÞOßgø?uä!%y`
àM»oYÉit6ø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
( yygsù
ª!$#
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
$yJÏ9
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
z`ÏB
Èd,ysø9$#
¾ÏmÏRøÎ*Î/
3 ª!$#ur
Ïôgt
`tB
âä!$t±o
4n<Î)
:ÞºuÅÀ
?LìÉ)tGó¡B
ÇËÊÌÈ
Artinya:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.(QS. Al-Baqarah{2}:213)
c.
Mengeluarkan
Manusia dari Kegelapan Menuju Cahaya
Firman Allah SWT.
!9#
4 ë=»tGÅ2
çm»oYø9tRr&
y7øs9Î)
ylÌ÷çGÏ9
}¨$¨Z9$#
z`ÏB
ÏM»yJè=à9$#
n<Î)
ÍqY9$#
ÈbøÎ*Î/
óOÎgÎn/u
4n<Î)
ÅÞºuÅÀ
ÍÍyèø9$#
ÏÏJptø:$#
ÇÊÈ
Artinya: Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang kami
turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada
cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Q.S. Ibrahim{14}:1).[6]
Ibnu
Katsir berkata[7]: “Sesungguhnya
kami mengutusmu wahai Muhammad dengan membawa kitab ini supaya kamu
mengeluarkan manusia dari kesesatan menuju hidayahdan kebenaran”
Ayat ini
berisi penjelasan tentang misi utama Rasulullah SAW diutus sebagai penutup para
Nabi dan Rasul. Tugas utama beliau dengan risalah yang dibawanya dapat dibaca
dari keberadaan huruf Lam yang berbunyi(supaya) dalam penggalan kalimat “ lÌ÷çGÏ9 ” (supaya kamu
mengeluarkan). Asy Syaukani[8]
menyebutnya sebagai “Lam Lil Ghardh wal Ghayah” yang berarti huruf yang
berfungsi untuk menunjukkan sebuah tujuan dan sasaran yang diharapkan dari
suatu perbuatan. Jika demikian, maka mengeluarkan segenap umat manusia dari
kegelapan menuju cahaya adalah tujuan dan sasaran yang bersifat fundamental dan
prinsipil (pokok dan mendasar) dalam proses dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Tujuan
dakwah secara umum sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-qur’an adalah
mengajak umat manusia (mukmin, kafir, musyrik) kepada jalan yang benar yang
diridlai Allah SWT. Sebagaimana yang digambarkan dalam surat al-’Araf ayat 158.
Sedangkan
tujuan dakwah secara khusus dapat dikalsifikasikan sebagai berikut;
1)
Mengajak
orang yang belum masuk Islam untuk menerima Islam
2)
Amr
ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat
3)
Nahi
munkar adalah muatan dakwah yang berusaha mendorong dan menggerakkan umat
manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal yang mungkar.
Mukti Ali
berpendapat bahwa tujuan dari pada dakwah adalah menjadikan masyarakat Islam
beriman kepada Allah SWT, jiwanya bersih diikuti perbuatan-perbuatan yang
sesuai dengan ucapan batinya, mengagungkan Allah, dan melakukan perbuatan-perbuatan
baik untuk
kepentingan umat manusia dan demi berbakti kepada Allah SWT.
kepentingan umat manusia dan demi berbakti kepada Allah SWT.
2. Keutamaan Dakwah
Ada
beberapa keutamaan yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang mau
menunaikan tugas amar ma’ruf nahi mukar. Antara lain:
a. Sebagai Shadaqah
Sabda
Nabi Muhammad SAW “Sesungguhnya (sekelompok) manusia dari kalangan sahabat
Rasulullah berkata:” Ya Rasulullah, telah pergi oaring-orang kaya dengan
membawa pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami berpuasa, mereka bersedaqah dengan kelebihan harta mereka.’ Beliau
bersabda.” Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian agar kalian bisa
bersedaqah? Sesungguhnya tiap tasbih itu shadaqah, tiap takbir itu shadaqah,
tiap tahmid itu shdaqah, tiap takbir itu shadaqah,amar ma’ruf itu shadaqah,
nahi munkar itu shadaqah.[9]
Hadist
ini menceritakan tentang semangat dan gairah para shahabat dalam berislam serta
kehidupan mereka yang senantiasa berfastabiqul khairat. Kaum lemah dan papa
diantara mereka berfikir bahwa keuntungan dari kemuliaan telah berpihak
sepenuhnya kepada saudara-saudara mereka yang mampu dan berharta. Sebab, dengan
kelebihan harta mereka bisa dengan leluasa bershdaqah dan itu merupakan
kebaikan yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak berharta.
b. Mendapat Pahala Yang Barlipat
Sabda
Rasulullah Saw “Barang siapa yang mengajak kepada hidayah maka dia berhak
memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut
tidak mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak
kesesatan maka dia menanggung dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya,
hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka”[10].
Hadits
ini menjelaskan bahwa bagi siapapun yang terhalang untuk melakukan kebaikan
karena sebab atau udzur yang syar’i, hendaklah hal ini tidak menjadi penghalang
baginya untuk menganjurkan kebaikan itu pada oran lain. Sebab, pada saat kita
tak mampu (tidak sempat, tidak kuasa, tidak bisa, tidak mugkin dan sebagainya)
untuk melaksanakan sebuah kebaikan, bukan berarti orang lainpun demikian.
Bahkan, bisa jadi peluang, kesempatan dan kemungkinan untuk itu sangat terbuka
luas bagi orang lain.
c. Memperoleh Derajad Yang Tinggi
Seoran
Da’i yang datang dengan membawa dakwah amar ma’ruf nahi munkar laksana tabib
yang datang membawa obat kesembuhan. Ia hadir sebaga obor yang akan memberikan
penerangan agar perjalanan hidup manusia selamat sampai tujuan. Keberadaan da’i
ataupun ulama’ di tengah umat ibarat” pagar moral” yang akan senantiasa menjadi stabilitas norma-norma
islam dengan kemanusiaan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, tidak
berlebihan jika fungsi dan kedudukan ulama’ bagi umat ini disetarakan dengan
fungsi dan kedudukan nabi bagi bangsa bani Israil.
Sabda
Rasulullah Saw “Adalah bani Israil mereka dipimpin oleh para Nabi, tiap kali
seorang Nabi itu wafat akan diikuti dibelakangnya Nabi lagi. Dan sesungguhnya
tiada Nabi lagi sesudahku, yang akan muncul adalah para khalifah yang banyak
jumlahnya.” [11]
Abdul
Aziz Abdul Sattar[12]
menerangkan bahwa beramar ma’ruf dan bernahi mungkar merupakan derajad
keutamaan manusia yang tinggi. Hal itu dikarenakan manusia dalam hidup terbagi
menjadi beberapa kategori. Yaitu:
1) Golongan jahat yang tidak memiliki kebajikan dan
berbahaya bagi yang lain.
2) Golongan yang tidak memiliki kebajikan dan keburukan.
3) Golongan yang baik bagi diri sendiri namun tidak baik
untuk orang lain.
4) Golongan yang baik bagi diri sendiri dan orang lain.
Tidak
dipungkiri bahwa glongan terakhir adalah manusia yang terbaik dan termulia dan
mereka itulah yang berdakwa amar maruf nahi mungkar.
d. Penduduk Langit Dan bumi Berdo’a Untuknya.
Sabda
Rasulullah saw “Sesungguhya para malaikat akan mengepakkan sayapnya untuk
pencari ilmu karena ridha’ terhadap apa yang dikerjakannya. Dan sesungguhnya
oaring alim akan dimintakan ampun baginyaboleh penduduk langit dan bumi hingga ikan
dilautan.(HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Dalam
riwayat lain yang bersumber dari Abu Umamah r.a ditemukan redaksi yang agak
sedikit berbeda, berbunyi: “hingga semut di dalam lubangnya dan semuanya
akan mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”.(Misykat al-
Mashabih, no:213).
e. Dihindarkan Dari Adzab
Firman
Allah SWT “Telah dilaknati oaring-orang kafir dari bani Israil dengan lisan
Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
melampui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar
yang mereka perbuat. Sesungguhnya sangat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu.”(QS. Al- Maidah{5}:78-79).
Ayat
ini pada umumya difahami oleh para mufassir sebagai kecaman terhadap
pelanggaran bani Israil yang sedemikian melampui batas (ya’taduun). Hal itu
dikarenakan oleh sikap mereka yang acuh tak acuh, cuek dan tak ambil pusing
terhadap dosa dan kemaksiatan yang muncul ditengah-tengah kehidupan mereka.
f. Dihapuskan Dosa dan Kesalahannya
Sabda
Rasulullah saw “Fitnah seseorang dalam keluarga, harta dan tetangganya akan
dihapuskan oleh sholat, shadaqah dan amar ma’ruf nahi munkar”. (‘HR.
Bukhari.3321).
Badruddin
al ‘Ainy Hanafy: menerangkan bahwa yang dimaksud dengan “fitnah” disini
adalah segala sesuatu yang bersifat jahat dan buruk (syarr) yang menimpa diri
seseorang. Hal itu terjadi sebagai akibat dari kesalahan dan dosa-dosanya
apakah yang berupa sesuatu yang tidak halal baginya atau meniggalkan sesuatu
yang wajib atasnya. (‘Umdatul Qary Syarh Shahih al-Bukhari).
- Unsur-unsur Dakwah
1. Subjek Dakwah(Da’i)
Da’i dalam perspektif ilmu komunikasi dapat
dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan
informasi-informasi dari sumber (source)
melalui saluran yang sesuai (chanel)
pada komunikan (receiver). Untuk menjadi
komunikator dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi padanya dari komunikasinya.[13]
Kredibilitas seorang da’i tidak tumbuh dengan
sendirinya, ia harus dibina atau dipupuk. Seorang da’i yang berkredibilitas
tinggi adalah seorang yang mempunyai kompetensi dibidang yang ingin ia
sebarkan, mempunyai jiwa yang tulus dalam beraktivitas, senang terhadap
pesan-pesan yang ia miliki, berbudi luhur serta mempunyai status yang cukup
walau tidak harus tinggi. Dari sana berarti seorang da’i yang ingin memiliki
kredibilitas tinggi harus berupaya membentu dirinya dengan sungguh-sungguh.[14] Dari penjelasan ini
menunjukkan bahwa diantara aspek yang mampu membangun kredibilitas adalah aspek
yang berhubungan dengan kepribadian, sebuah sifat hakiki pada seorang da’i.
Kepribadian seorang da’i ada yang bersifat ruhaniah
dan jasmaniah. Kepribadian yang bersifat ruhaniah diantaranya meliputi[15]:
a.
Iman dan taqwa kepada Allah
Taqwa dengan
sebenar-benarnya dan mengimani, mengikuti aturan-aturannya.
b.
Ihsan yaitu berbuat baik
Berbuat baik
kepada sesame, berbakti pada kedua orang tua, tolong menolong.
c.
Amanah
Memiliki
rasa tanggung jawab atas kepercayaan atau tugas yang diembannya.
d.
Istiqamah
Konsisten
atau teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran
e.
Al-haya adalah perasaan malu
Malu kepada
Allah maupun malu kepada sesama makhluk Allah. Malu untuk melakukan perbuatan
tidak terpuji.
f.
Ridha
Ridha
menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Allah.
g.
Tulus dan ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan
diri pribadi
h.
Ramah dan penuh pengertian
Menunjukkan
sikap hormat dan menghargai kepada siapapun
i.
Jujur dan amanah
Sikap ini
terjadi kesesuaian antara apa yang dikatakan atau disampaikan dengan apa yang
dilakukan atau diperbuat.
j.
Tidak egois
Tidak merasa
dirinya lebih unggul dari yang lainnya.
k.
Antusias
Semangat dan
positif dengan apa yang dilakukannya.
l.
Sabar dan tawakal
Pasrah dan
menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha secara maksimal
m. Berakhlak mulia atau
memiliki budi pekerti mulia
n.
Disiplin dan bijaksana
Menepati
seluruh norma agama dan masyarakat
o.
Wara’i dan berwibawa
Menjaga nama
baik dan kehormatan diri
p.
Tanggung jawab
q.
Berpandangan dan berpengetahuan yang luas
Sedangkan kepribadian yang bersifat jasmaniah
meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan penampilan lahir diantarannya:
a.
Sehat jasmani
Segala
aktivitas yang dilakukan manusia sudah barang tentu akan optimal bila
dikerjakan dalam keadaan sehat, termasuk aktivitas dakwah.
b.
Berpakaian necis dan pantas
Berpakaian
yang dipandang baik menurut agama dan masyarakat
2. Pesan Dakwah (Maudu’)
Maudu’
atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus
disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) kepada mad’u (objek dakwah), yaitu
keseluruhan ajaran islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya.[16]
Atau disebut juga al-haq(kebenaran hakiki) yaitu al-Islam yang bersumber
al-Qur’an.
Pendapat
di atas senada dengan pendapat ending Saepudin Anshari; materi dakwah adalah
al-Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah) tentang berbagai soal prikehidupan dan
penghidupan manusia.[17]
3. Uslub (Metode Dakwah)
Metode secara
bahasa Arab disebut Thariq atau Thariqah yang berarti jalan atau
cara. Sedangkan Ushlub secara istilah, menurut Syaikh al-Jurjani adalah:
“Sesuatu yang dapat mengantarkan kepada tercapainya tujuan dengan paradigma
yang benar.
4. Media Dakwah (Wasilah al-Da’wah)
Secara
bahasa wasilah merupakan bahasa arab, yang bisa berarti al-wushlah,
al-Ittishal, yaitu segala hal yang dapat menghantarkan tercapainya kepada
sesuatu yang dimaksud.
Dengan
demikian, media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat
menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi
dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat urgent dalam menentukan
perjalanan dakwah.
Menurut
Muhammad Said Mubarak,[18]
al-washilah juga bisa berarti al-wushlah yakni alat yang menjadi
perantara untuk menyampaikan sesuatu kepada yang dituju. Selanjutnya, menurut
beliau terdapat dua bentuk washilah dalam dakwah, yakni :
a. Maknawi, yaitu suatu perantara yang mesti
dilakukan oleh seorang da’i dalam berdakwah, berusaha keras mencari materi yang
baik, serta waktu dan tempat yang tepat guna kegiatan dakwah.
b. Madiyah, yaitu berupa : 1. (Thatbiqiyah),
seperti masjid aula dan pusat dakwah islam 2. (Thaqniyah), sseperti
pengeras suara dan berbagai peralatan modern lainnya, 3. (Asasiyah),
berupa ucapan seperti nasihat dan wejangan serta gerakan menempuh perjalanan.
5. Objek Dakwah (Mad’u)
Menurut Abdul Munir membedakan objek dakwah menjadi
dua kategori. Pertama, umat dakwah
yaitu masyarakat luas yang belum memeluk agama islam (Non muslim), Kedua, umat ijabah yaitu mereka yang telah memeluk agama islam.
Dalam proses dan pelaksanaan dakwah, mad’u dapat
bersifat individu atau kolektif. Individu karena memang tujuan dakwah adalah
mengajak dan mendorong manusia untuk mengamalkan ajaran agama islam dalam
kehidupan sehari-hari agar memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bersifat
kolektif karena dakwah juga bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat
yang bersendikan islam. Masyarakat islam tidak hanya terbentuk manakala tidak
didukung oleh anggota yang tidak islami. Demikian pula sebaliknya, individu
yang islami tidak akan terbentuk di dalam masyarakat yang tidak menghargai
Islam (Aris Saefulloh, 2003:48)
6. Tujuan Dakwah
Tujuan
dakwah adalah hal tertentu yang ingin dicapai pada dasarnya dakwah merupakan
rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu,
tujuan ini dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah
kegiatan dakwah. Sebab, tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan dakwah akan
sia-sia. Apalagi bila ditinjau dari pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan
salah satu unsur dakwah.
Nilai
atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan
dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah, semua penyusunan, semua rencana,
dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan seorang da’i untuk membangun insan-insan yang
berkualitas ini. Diantaranya :
a.
Tau
karakter yang mau dibangun
b.
Tau
kebutuhannya
c.
Tau
masalahnya
d.
Tau
pemecahannya
7. Sasaran Dakwah
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam
masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam
pelaksanaan program kegiatan berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran
dakwah perlu mendapat pertimbangan yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a.
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat
dari segi sosiologis:
1)
Masyarakat terasing
2)
Masyarakat pedesaan
3)
Masyarakat kota besar dan kecil
4)
Masyarakat di daerah marginal dari kota besar
b.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat
dari segi struktur kelembagaan:
1)
Masyarakat
2)
Pemerintahan
3)
Keluarga
c.
Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat
dilihat dari segi sosial kultural:
1)
Golongan priyayi
2)
Abangan (aliran islam yang mempunyai sifat lunak
terhadap adat istiadat lama masyarakat. Aliran islam ini diajarkan oleh sunan
kalijaga)
3)
Santri
d.
Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat
dilihat dari segi tingkat usia:
1)
Anak-anak
2)
Remaja
3)
Orang tua
e.
Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat
dilihat dari segi profesi atau pekerjaan:
1)
Golongan petani
2)
Golongan pedagang
3)
Golongan seniman
4)
Golongan buruh
5)
Golongan pegawai negeri
f.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat
dari segi tingkat hidup sosial ekonomis:
1)
Golongan orang kaya
2)
Golongan orang menengah
3)
Golongan orang miskin
g.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat
dari segi jenis kelamin;
1)
Golongan wanita
2)
Golongan pria
3)
Golongan lain sebagainya
h.
Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat
dilihat dari segi khusus:
1)
Golongan masyarakat tuna susila
2)
Golongan masyarakat tuna wisma
3)
Golongan masyarakat tuna karya
4)
Narapidana
Bila dilihat dari kehidupan psikologis masing-masing
golongan masyarakat tersebut di atas memiliki ciri-ciri khusus yang menuntut
kepada sistem dan metode pendekatan dakwah antara yang satu dengan yang
lainnya. Sistem pendekatan dan metode dakwah yang didasari dengan
prinsip-prinsip psikologis yang berbeda merupakan suatu keharusan bilamana kita
menghendaki efektivitas dan efisiensi dalam program kegiatan dakwah dan
penerangan agama di kalangan mereka.
2.2
TABLIGH
Secara
bahasa kata tabligh berasal dari akar kata b-l-gh: (ballagha,
yuballighu, tablighan), yang berarti menyampaikan.[19]
Tabligh adalah kata kerja transitif, yang berarti membuat seseorang sampai,
menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang
lain. Dalam bahasa Arab orang yang menyampaikan disebut mubaligh.
Dalam
pandangan Muhammad A’la Thanvi, seorang leksikograf abad kedelapan belas di
India, membahas tabligh sebagai sebuah istilah dalam ilmu retorika, yang
didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan (literary claim) yang
secara fisik maupun logis mungkin, karena dalam retorika salah satu aspeknya keindahan
kata yang dirangkai, bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh,
terbuai atu terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang
disampaikan. Jadi menurut pendapat ini dalam tabligh ada aspek yang berhubungan
dengan kepiawian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang indah yang
mampu membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan
menurut Dr. Ibrahim Imam dalam al-Ushul al-‘Ilan al-Islamy, tabligh
adalah memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang faktual dan hakikat
pasti yang bisa menolong atau membantu manusia untuk membentuk pendapat yang
tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan.[20]
Sedangkan
dalam konteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaan tentang
ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan
pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban
memberitakan dan pihak penerima berita menjadi terikat dengannya. Dan ilmu yang
mempelajari tentang tabligh tersebut disebut ilmu tabligh, yaitu ilmu yang membahas
tentang tata cara melakukan tabligh al-Islamiyah dengan menggunakan metode
ilmiah dengan pendekatan istinbath, iqtibas dan istiqra demi tegaknya kebenaran
dan keadilan.
Dalam
konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para
utusan-Nya. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah beliau menerima risalah
(ajaran kerasulan yang diwahyukan) dan diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh
pengikut atau umatnya. Bahkan di antara kesempurnaan Muhammad SAW adalah beliau
memiliki empat sifat, yaitu: shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh.
Sifat
tabligh yang dimiliki Muhammad SAW dalam pandangan ulama as-‘Ariyah merupakan
sifat wajib yang harus ada pada Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT
yang harus disampaikan kembali kepada umatnya. Dengan demikian, dalam pandangan
as-‘Ariyah, perintah tabligh itu merupakan perintah yang langsung dari Allah,
dan merupakan perintah kedua setelah Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah
SWT.
Dari segi
sifatnya, perintah tabligh tidak bersifat insidental melainkan bersifat kontinu
yakni sejak Muhammad SAW diangkat sebagai utusan Allah sampai menjelang
kematian beliau, serta dilanjutkan oleh para pengikutnya.
Sedangkan
dari segi materi (mawdhu) tabligh, materi yang harus disampaikan adalah
ar-Risalah, yaitu pesan-pesan yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya.
Pesan-pesan itu menjadi ajaran yang tercantum dalam al-Quran dan as-Sunnah,
serta menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Dalam perkembangan
ilmu dakwah, selanjutnya tabligh diartikan lebih spesifik dan menjadi salah
satu bentuk dakwah diantara bentuk-bentuk dakwah yang lain yang secara keilmuan
dapat dibedakan walaupun dalam tataran praktis merupakan satu kesatuan. Tabligh
merupakan bentuk dakwah dengan cara menyampaikan atau menyebarluaskan
(transmisi) ajaran Islam melalui media mimbar atau media massa (baik elektronik
atau cetak), dengan sasaran orang banyak atau khalayak. Tabligh pada prinsipnya
bersifat kontinu, artinya sebagai kegiatan dakwah yang senantiasa terus menerus
harus dilakukan. Kaum muslimin punya kewajiban untuk terus mmenerus
menyampaikan (tabligh) ajaran Islam sampai akhir hayatnya. Akan tetapi tabligh
dilihat dari sifat kegiatan praktisnya dalam beberapa kondisi bersifat
insidental, oral, masal, seremonial, bahkan kolosal, terutama tabligh dalam
kategori ceramah massal.
Karakteristik
lain dari dakwah tabligh adalah dari aspek orientasi materi yang biasanya atas
dasar pola kecenderungan masalah yang berkembang dalam masyarakat secara umum
dalam semua segi kehidupan yang berdampak pada arah perkembangan sistem dan
sejarah kehidupan jamaah atau masyarakat.
Sedangkan
dari segi metode (ushlub) tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan
contoh tabligh yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dapat dibagi menjadi dua,
yaitu tabligh melalui lisan (khithabah) dan tabligh melalui lisan (kitabah).
Di antara
metode tabligh adalah khithabah, dilihat dari segi bahasa kata khithabah
berasal dari akar kata (khathaba, yakhthubu, khuthbatan, atau khithaabatan), berarti: berkhutbah, berpidato, meminang,
melamarkan, bercakap-cakap, mengirim surat. Poerwadarminta mengartikan
khithabah dalam bahasa Indonesia sinonim dengan kata pidato, terutama tentang
menguraikan sesuatu ajaran Islam. Dan secara bahasa khithabah juga terkadang
diartikan sebagai pengajaran, pembicaraan dan nasihat.
Khithabah
jika ditinjau dari segi istilah sebagaimana diungkapkan oleh Harun Nasution,
rasionalis Islam Indonesia adalah ceramah atau pidato yang mengandung penjelasan-penjelasan
tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang di hadapan
kelompok orang atau khalayak. Sedangkan menurut Syeikh al-Jurnaji khithabah
adalah sebagai suatu upaya menimbulkan rasa ingin tahu terhadap orang lain
tentang suatu perkara yang berguna baginya baik mengenai urusan dunia maupun
akhirat.[21]
Dan dari segi prakteknya, khithabah itu merupakan pidato yang disampaikan oleh
seorang khatib yang biasanya disampaikan di masjid ketika ibadah jum’at,
peringatan hari-hari raya atau pada kesempatan lain.[22]
Khitabah ini erat kaitannya dengan media mimbar yaitu proses penyampaian ajaran
Islam melalui bahasa lisan kepada kelompok besar secara langsung dalam suasana
tatap muka atau tidak langsung yaitu bermedia dan satu arah (ta’lim jumhur).
Proses Khitabah
Dengan demikian, khitabah dapat diartikan sebagai
upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait
langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah maupun yang tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah.
Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan,
bahwa dari segi pelaksanaannya khitabah ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a.
Khitabah ad-Diniyah
Yaitu
khitabah yang terikat langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah. Contohnya
yaitu: khutbah Idul Fitri, Idul Adha, Jum’at, Istisqa, Gerhana Bulan, Gerhana
Matahari, Wuquf di Arafah, dll.
b.
Khitabah Ta’tsiriyyah
Yaitu
khithabah yang tidak terikat secara langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah.
Contohnya yaitu: berbgai macam kegiatan tabligh akbar seperti khitabah pada
peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, peringatan tahun baru 1 Muharram, Nuzulul
Qur’an, dll.
Terlebih kegiatan khitabah ini akan lebih luas
jangkauannya ketika didukung oleh media-media komunikasi elektronik modern,
umpamanya disiarkan langsung oleh stasiun televise, radio, atau dibuat dan
diperbanyak dalam bentuk kaset, VCD, DVD, dll.
Tabligh melalui media cetak (tulisan) disebut dengan
kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran Islam melalui bahasa tulisan bisa
berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, pamlet, brosur, dan lain-lain yang
berisikan pesan-pesan keislaman. Termasuk dalam kategori ini bentuk-bentuk
media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo yang mengandung pesanpesan
keisalaman atau menggugah rasa simpatik terhadap nilai-nilai keislaman.
2.3
PROPAGANDA
A. Definisi Propaganda
Propaganda
berasal dari bahasa Latin modern yaitu “propagare” yang berarti mengembangkan
atau memekarkan. Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk
mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah orang yang banyak. Propaganda
tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang
dirancang untuk mempengaruhi pihak lain.
Propaganda
kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana
umumnya isi propaganda lebih menyampaikan fakta-fakta yang pilihan yang dapat
menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional
daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif yang
membacanya.
Propaganda
adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi,
memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang
diinginkan penyebar propaganda (Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell,
Propaganda And Persuasion).
Dalam
Everyman's Encyclopedia propaganda merupakan suatu seni untuk menyebarkan dan
meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan agama atau politik.
Leonard
W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan
usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk
mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga
berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut.
Dari
beberapa definisi tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, sebagai berikut:
1. Adanya suatu upaya dari individu,
individu yang dilembagakan serta lembaga itu sendiri atau sering disebut
propagandis yang dengan sengaja melakukan penyebaran pesan untuk mengubah
sikap, pandangan, pendapat, perilaku dari sasaran propaganda.
2. Kegiatan propaganda dilakukan secara
terus-menerus (kontinu) sampai dengan tujuan atau keinginannya tercapai atau
paling minimal mendekati kea rah tujuan.
3. Proses penyampaian ide, gagasan,
kepercayaan, atau doktrin dilakukan dengan cara memanipulasi faktor internal
psikologis sasaran melalui cara-cara sugesti, rumor atau agitasi (bahkan dengan
provokatif), untuk menanamkan pemahaman tentang hal yang salah ataupun benar di
benak khalayak sasaran.
4. Memiliki tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku individu atau kelompok lain. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka berbagai cara dilakukan sedemikian rupa tanpa mengindahkan etika dan estetika
dalam berkomunikasi.
5. Propaganda dilakukan dengan usaha sadar.
Artinya propaganda dilakukan melalui proses managerial, yakni dari kegiatan
perencanaan sampai dengan pelaksanaan sampai dengan dievaluasi.[23]
B. Media Propaganda
1. Media Massa
Media
massa merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonym, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.
2. Buku
Sifat
dari penggunaan buku sebagai praktek propaganda adalah pendokumentasian
inormasi, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi informasi dari buku
tersebut.
3. Selebaran (Flier)
Penggunaan
selebaran sebagai saluran opini publik.
4. Kehumasan[24]
C. Komponen-komponen
Propaganda
1. Pihak
yang menyebarkan pesan.
2. Dilakukan
secara terus menerus.
3. Terdapat
proses penyampaian gagasan, ide/ kepercayaan, atau doktrin.
4. Mempunyai
tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/ kelompok.
5. Menggunakan
cara sistematis prosedural dan perencanaan.
6. Dirancang
sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit.
D. Hubungan
Antara Iklan, Humas dan Propaganda
Dalam bidang periklanan atau kehumasan
untuk tujuan komersial, bisa jadi sesuatu itu bukan murni propaganda, namun
dapat mengandung elemen propaganda saat pesan bertujuan untuk menyesatkan
penerima pesan dengan menyembunyikan:
1. Sumber
informasi
2. Tujuan
informan
3. Sisi
lain cerita (hanya satu pihak)
4. Konsekuensi
saat pesan ini diadopsi.
E. Teknik-Teknik
Propaganda
Sebagaimana komunikasi, kegiatan
propaganda pasti memiliki tujuan. Maka untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan teknik-teknik tertentu. Untuk melakukan proses itu, sejumlah teknik
propaganda dikerahkan agar tepat sasaran. Teknik-teknik tersebut ada 7 macam, yaitu:
1. Name
Calling
Pemberian label buruk pada suatu
gagasan, dipakai untuk membuat kita menolak dan mengutuk ide tanpa mengamati
bukti. Name Calling tidak banyak muncul di dunia periklanan, karena mungkin ada
keenggaan untuk menyebutkan produk yang sedang bersaing, bahkan dengan
menjelekkannya.
2. Gittering
Generalities
Gittering Generalities menghubungkan
sesuatu dengan suatu kata “bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima
dan menyetujui tanpa memeriksa bukti-bukti. Gittering Generalities kebanyakan
dipakai dilingkup pemasaran dan atau periklanan. Kelemahan Gittering
Generalities adalah menggunakan kata-kata bijak dengan sebutan yang agung dan
luhur terkesan menganggap dirinya yang paling benar, hebat dan dipercaya.
Sedang kompetitornya dianggap salah atau tidak benar.
3. Transfer
Transfer adalah membawa otoritas,
dukungan dan gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung kepada sesuatu
yang lain itu lebih dapat diterima. Transfer bekerja melalui sebuah proses
asosiasi. Adapun tujuan propagandis adalah menghubungkan gagasan atau produk
dengan sesuatu yang dikagumi. Transfer digunakan dengan memakai pengaruh
seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu
dan atau memanfaatkan symbol-simbol tertentu.
4. Testimonials
Testimonials (kesaksian) adalah
member kesempatan kepada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk
mengetakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu
tidak baik atau buruk. Dalam teknik ini digunakan nama seseorang terkemuka yang
mempunyai otoritas dan prestise social tinggi di dalam meyakinkan sesuatu hal
dengan jalan menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka.
5. Plain
Folk
Teknik ini adalah teknik propaganda
dengan menggunakan cara member identifikasi terhadap suatu ide. Plain Folk
(orang biasa) adalah metode yang dipakai oleh pembicara dalam upayanya
meyakinkan khalayak bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka
adalah bagian dari rakyat dan rakyat yang lugu.
6. Card
Stacking
Card Stacking meliputi pemilihan dan
pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan,
pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik
atau terburuk pada sebuah gagasan, program, orang atau produk.
7. Bandwagon
Bandwagon memiliki tema. Para pelaku
propaganda berusaha meyakinkan kita bahwa semua anggota suatu kelompok dimana
kita menjadi anggotanya menerima programnya dan oleh karena itu kita harus
mengikuti kelompok kita dan menggabungkan diri dalam kelompok itu.[25]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dakwah
adalah mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem islam) secara
menyeluruh; baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar
(upaya) muslim mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas
kehidupan pribadi (syahsiyah), keluarga (usrah) dan masyarakat (jamaah)
dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud khairul ummah(masyarakat
madani).
Tabligh
adalah penyampaian dan pemberitaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat
manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi
terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan pihak penerima berita menjadi
terikat dengannya.
Propaganda
adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan
masyarakat atau sejumlah orang yang banyak. Propaganda tidak menyampaikan
informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk
mempengaruhi pihak lain.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Jurjani, Syeikh. Al-Ta’rif. Mesir:
Musthafa al-Bab al-Halaby.
Enjang dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran.
Huda, Syamsul. 2011. Komando Dakwah, Kajian Ilmiah
Tentang Esensi, Metodologi dan Kompetensi. Bojonegoro: Pustaka Hakami.
Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Imam, Ibrahim. 1985. Ushul al-‘Ilam al-Islamy.
Mesir: Kairo, Dar al-Fikr al-‘Arabiy.
Khasanah, Siti Uswatun. 2007. Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim
Dan Non Muslim. Yogyakarta: STAIN Purwokwrto press.
L. Pisto, John. 2001. Ensiklopedi
Oxford, Dunia Islam Modern, Jilid
III. Bandung: Mizan.
Samsul Munir, Amin. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Suprapto, Tommy. 2011. Komunikasi Propaganda.
Yogyakarta: CAPS.
Tajiri, Hajir. 2009. Etika
Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran.
Warson Munawir, Ahmad. 1984. Al-Munawwir
Kamus Besar Arab-Indonesia. Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir.
Wulan Dahlia. Blogspot.com. Diakses pada tanggal 30
September 2011.
Yani, Ahmad. 2006. Materi Dakwah Pilihan. Jakarta: Al-Qalam.
[1] Syamsul Huda, Komando Dakwah, kajian
ilmiah tentang Esensi, Metodologi dan Kompetensi,(Bojonegoro: Pustaka
Hakami,2011),hlm.11
[2] Abdul Aziz, Islam al-Wakhudu al-Diniy,
(Mesir: Attiqarah al-Kubra, 1997), hlm.26
[3] Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah pengantar Kearah
Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994), cet. Ke I, hlm.10.
[4] Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Teknik
Dakwah dan Leadership, (Jakarta: Diponegoro, 1992), hlm.12-20.
[6] Ayat yang serupa (QS.
Al-Maidah,5:16),(QS.Ath Thalaq,65:11) dan (QS. Al-Hadid,57:9).
[7] Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim
[8] Tafsir Fath al-Qadir
[9] HR. Muslim (720,1006), Ahmad (5/167), Abu Daud (5243-4) dari Abu Dzar
[10] HR. Muslim (2674) dari Abu Hurairah ra…………
[11] HR, Bukhari (3455) dan Muslim (1842) dari Abu Hurairah ra….
[12] Al Amr bil Ma’ruf wa an Nahy
an al-Munkar, 13-15
[13] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: cv Gaya Media
Pertama,1997),hlm.9
[15][15] Enjang, Dasar-Dasar Ilmu
Dakwah , Pendekatan Filosof dan Praktis (Bandung: Widya Padjadjaran.2009).
[16] Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1993), hlm.146
[17] Endang Saepuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali
Press,1991),hlm.192
[18] Muhammad Said Mubarak, Al-Dakwah wa al-Idarah, (Madinah
al-Munawarah: Dar al-dirasah
al-Iqtisadiyah, 426 H),hlm.46.
[19] Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir Kamus Besar Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984), hlm. 115
[20] Dr. Ibrahim Imam, Ushul al-‘Ilam al-Islamy, (Mesir: Kairo,
Dar al-Fikr al-‘Arabiy, 1985), hlm. 14
[21] Syeikh al-Jurjani, al-Ta’rif, (Mesir: Musthafa al-Bab
al-Halaby, tt), hlm. 89
[22] John L. Pisto, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Jilid III, (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 223
[23] Drs. Tommy Suprapto, Komunikasi Propaganda, (Yogyakarta:
CAPS, 2011), hlm. 21-22
[24] Ibid., hlm. 94-104
[25] Ibid., hlm. 78-87
No comments:
Post a Comment