Ainul Yakin
STAIMA Al-Hikam Malang 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan, baik pembelajaran formal maupun
pembelajaran informal, diarahkan untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut
Muhammad Amin, pendidikan sejatinya tidak hanya mencakup dimensi akal, tetapi
juga merambah dimensi badan, perasaan, kehendak, dan seluruh unsur kejiwaan
manusia serta bakat-bakat dan kemampuannya. Dengan demikian, pendidikan
merupakan upaya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan individual, sehingga
potensi-potensi kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna[1].
Lebih
jauh, Abuddin Nata menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia
agar menjadi khalifah Allah di muka bumi. Akan tetapi, implementasi tujuan
pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu
masyarakat, terutama peserta didik. Dengan demikian, implementasi tujuan
pendidikan tersebut disesuaikan dengan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik[2].
Untuk
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan suatu strategi
dan teknik yang sering dikenal dengan metode pembelajaran. Secara definitif,
metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan
serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan[3].
Ada
beragam metode pembelajaran yang sering digunakan oleh para pendidik dalam
kegiatan belajar-mengajar. Di antaranya adalah metode ceramah, metode
tanya-jawab, metode diskusi, metode sosio-drama (role playing),
metode kerja kelompok, metode pemecahan masalah (problem solving),
metode karyawisata (field-trip), metode survai
masyarakat, dan sebagainya[4].
Sebenarnya, urgensi penggunaan metode
pembelajaran dalam dunia pendidikan telah diisyaratkan oleh Allah swt. dalam
Al-Qur’an.
اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. an-Nahl [16]: 125)
Secara tersirat, dalam ayat di atas terkandung tiga metode pembelajaran,
yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idah hasanah (nasihat yang
baik), dan mujadalah (dialog dan debat).
Demikian
juga dalam hadis Nabi, banyak terkandung beragam metode pembelajaran yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Salah satunya adalah hadis berikut ini.
صحيح
مسلم - (8 / 18)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ
الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ
وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ
هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ
أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ
طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya : “Qutaibah ibn Sâ’id dan
Ali ibn Hujr menceritakan , katanya
hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra.
bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis
(bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul
bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah
mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh)
ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika
kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa
mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke
neraka.”(HR. Muslim)
Dalam hadis di atas, secara tersirat bahwa
Rasulullah saw. memulai pembelajarannya dengan bertanya dan menjawab kepada
sahabat yang salah dalam mendifinisikan apa itu bangkrut, lalu
dijelaskan oleh Rasulullah saw bahwa bangkrut yang dimaksud itu adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal
kebaikan dengan kesalahan. Inilah sebenarnya salah satu metode tanya jawab yang
dicontohkan oleh Rosulullah saw yang cukup ideal dan bisa memberikan hasil yang
optimal.
Selain
hadis di atas, masih banyak hadis lain yang mengisyaratkan metode pembelajaran yang
tersirat dalam Hadits Nabi. Dari penelusuran sekilas terhadap sumber utama
ajaran Islam di atas, yakni Al-Qur’an dan Hadits, peneliti menyimpulkan bahwa sebenarnya
ajaran Islam mengandung sumber inspirasi yang tidak akan pernah kering untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya untuk mengembangkan metode
pembelajaran. Akan tetapi, pertanyaannya adalah kenapa dunia pendidikan,
khususnya metode pembelajaran, di Barat lebih maju dan lebih berkembang
daripada di dunia Islam?
Hal
ini terbukti dengan begitu kreatif dan inovatifnya dunia pendidikan Barat dalam
mengembangkan metode pembelajaran. Dengan menggandeng ilmu psikologi,
bermunculanlah berbagai macam inovasi dalam dunia pendidikan Barat. Di
antaranya, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menemukan teori quantum learning,
Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri merumuskan teori quantum teaching,
Dave Meier menggagas teori accelerated learning, Howard Gardner mengusulkan
pembelajaran berbasis multiple intelligences, serta Elaine B. Johnson
mengajukan teori contextual teaching and learning (CTL).
Berangkat
dari keprihatinan dalam melihat kemandekan dunia pendidikan Islam, peneliti
merasa ikut andil untuk memberikan sumbangsih berupa saran terhadap dunia
pendidikan Islam dengan mencoba merumuskan metode pembelajaran yang tersirat
dalam hadis Nabi.
Kenapa harus bersumber dari Hadits
Nabi? Jawabannya adalah sebagai berikut : Hadis Nabi yang jumlahnya ribuan
bahkan ratusan ribu mengandung aneka nilai yang cukup kaya. Itu semua merupakan
sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, termasuk di dalamnya metode pembelajaran. Oleh karena itu dengan
permasalahan inilah peneliti berkeinginan untuk mengangkat judul “Metode Pembelajaran
Dalam Perspektif Hadits”. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk
menampilkan beberapa metode pembelajaran yang tersirat dalam Hadits.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah metode pembelajaran dalam
perspektif hadits?
C.
Tujuan penelitian
Pada penelitian ini tujuan yang akan dicapai
peneliti dalam kaitannya dengan tema tersebut adalah untuk :
1.
Mendeskripsikan
bentuk-bentuk metode pembelajaran Rasulullah.
2.
Mengetahui
metode pembelajaran Rasulullah dalam perspektif hadits.
D.
Fokus Penelitian
Melihat latar belakang masalah di atas, maka
peneliti menentukan fokus penelitiannya pada metode pembelajaran dan pencarian
makna-makna yang tersirat dalam Hadits terkait pembelajaran untuk dicarikan
kesesuaiannya. Dalam hal ini peneliti akan lebih banyak mengkaji syarah-syarah
hadits yang konotasinya pada pendidikan. Karena keterbatasan peneliti, maka
tidak mungkin semua syarah yang ada akan diteliti, melainkan hanya beberapa
saja yang merupakan syarah dari beberapa pendekatannya.
Agar lebih jelasnya dan tidak terlalu melebar maka
fokus bahasan yang diperdalam adalah metode pembelajaran dalam tinjauan Hadits.
E.
Kegunaan Penelitian
Dengan melalui hasil penelitian ini diharapkan bisa
menjadikan tambahan wawasan baru dan memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan
kita khususnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw, baik itu merupakan sesuatu temuan yang baru dalam paradigma
pembelajaran saat ini, atau menjadikan sebagai pendukung teknik pembelajaran
yang sudah ada. Atau bahkan sebagai temuan penentang dari teknik pembelajaran
yang sudah ada.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
rujukan bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan metode pembelajaran yang
ada dalam hadits. Disamping itu hasil dari penelitian ini bisa diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan Islam sebagai
implementasi nilai-nilai ajaran hadits.
F.
Penegasan Istilah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, tema
pada penelitian ini adalah seputar Metode Pembelajaran Dalam Perspektif Hadits.
Untuk lebih jelasnya memahami tema ini, maka perlu adanya penegasan istilah.
Ada dua yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini. Yaitu :
- Metode
Pembelajaran
Adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran..
- Pespektif
Hadits
Adalah pandangan Hadits. Maksudnya bagaimana Hadits
memandang pada metode pembelajaran yang contohkan oleh Rasulullah.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam
penelitian skripsi ini maka peneliti menyusun sistematika pembahasan penulisan
skripsi sebagai berikut :
BAB
I: Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, fokus penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB
II : Landasan teori. Pada bab ini berisi tentang beberapa teori belajar
termasuk metode pembelajaran. Pada bab ini juga diungkapkan tentang metode yang
tersirat dalam hadits nabi yang akan menjadi landasan dalam memahami isi hadits
tentang pembelajaran.
BAB
III : Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan rancangan
penelitian data, dan teknik analisis data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan jenis penelitian kuailitatif-deskriptif.
BAB
IV : Paparan data. Bab ini memuat tentang paparan data-data yang dikumpulkan.
Data-data tersebut berisikan tentang Hadits-hadits nabi tentang metode pembelajaran.
BAB
V : Analisis data. Bab ini merupakan analisis dari data-data yang telah
terkumpul. Data yang dianalisa meliputi metode pembelajaran dalam perspektif
hadits nabi.
BAB
VI : Penutup yang memuat simpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang
telah dilakukan dan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Metode Pembelajaran
Pengertian
metode yang lebih khusus diartikan sebagai .Suatu cara atau siasat menyampaikan
bahan pelajaran agar murid memahami, mempergunakan dengan kata lain menguasai
bahan pelajaran tersebut[5].
Secara
kata metodik itu berasal dari kata
metode (method), metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum,
seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Kata “Metode” dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Greek (Yunani). “Metha” yang berarti melalui atau melewati
dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang
harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu[6].
sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer, pengertian metode adalah
Cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai
maksudnya[7].
Dalam Metodik khusus Pendidikan Agama Islam pengertian metode adalah Suatu cara
kerja yang sistematik dan umum seperti cara kerja ilmu pengetahuan[8].
Secara terminologis, metode adalah jalan yang
ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan yang
lainnya. Adapun metodologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang metode[9].
Sementara itu, metode pembelajaran adalah suatu cara
atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal
sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien
sesuai dengan yang diharapkan[10].
Dalam
dunia pendidikan, metode pembelajaran menempati posisi yang cukup penting.
Sebab, keberhasilan kegiatan belajar-mengajar salah satunya ditentukan oleh
kesesuaian metode pembelajaran yang digunakan dengan materi pelajaran yang
diajarkan atau dengan minat peserta didik. Oleh karena itu, metode pembelajaran
terus berkembang dan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman dan
tuntutan dunia pendidikan. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang
sering digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar: metode ceramah, metode
tanya-jawab, metode diskusi, metode sosio-drama (role playing), metode kerja
kelompok, metode pemecahan masalah (problem solving), metode karyawisata
(field-trip), metode survai masyarakat, dan sebagainya[11].
1. Pengertian Metode Diskusi
a. Pengertian Metode
Diskusi
Diskusi
adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil
suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini,
Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah satu
metoide interaksi edukatif diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan
atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga
menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang
telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya[12].
Dalam
dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi
akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri.
Oleh
karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi
diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang
bermacam-macam.
Dalam
melaksanakan diskusi sebagai metode perlu diketahui bahwa diskusi itu akan
menimbulkan nilai-nilai positif yang berbeda-beda. Diskusi yang diselenggarakan
di sekolah-sekolah dasar akan berbeda dengan suatu diskusi yang diselenggarakan
di sekolah-sekolah menengah atau perguruan tinggi. Yang penting ialah apakah
setiap anak sudah mau mengemukakan pendapatnya, apakah setiap anak sudah dapat
menjaga dan mematuhi etika dalam berbicara dan sebagainya, barulah diperhatikan
apakah pembicaraannnya memberikan
kemungkinan memecahkan persoalan diskusi[13].
1)
Metode
diskusi dilakukan
a)
Bila
ada soal-soal sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada murid-murid.
b)
Untuk
mencari suatu keputusan suatu masalah.
c)
Untuk
menimbulkan kesangggupan pada anak didik dsalam merumuskan pikirannya secara
teratur sehingga dapat diterima orang
lain.
d)
Untuk
membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap toleran.
2)
Segi
positif
a)
Suasana
kelas akan hidup. Sebab anak-anak mengarahkan pikirannya kepada masalah yang
sedang di diskusikan. Partisipasi anak dalam metoda ini lebih baik.
b)
Dapat
menaikan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis,
berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
c)
Kesimpulan-kesimpulan
diskusi mudah dipahami anak karena anak didik
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
d)
Anak-anak
belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah
sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
3)
Segi
negatif
a)
Kemungkinan
ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan
kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
b)
Sulit
menduga hasil yang akan dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi
cukup panjang.
4)
Saran-saran
1)
Usahakan
supaya setiap murid mendapat giliran bicara.
2)
Usahakan
supaya setiap murid belajar sabar mendengarkan pendapat.
5)
Cara
pelaksanaan
Untuk
melaksanakan metoda diskusi guru harus memberikan pertolongan berupa pertanyaan
atau problem sebagai perangsang, bimbingan, dan pengarahan.
b. Pengertian Metode
Tanya Jawab
Metode
tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena
guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan
mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan[14].
Metode
tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan
dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan
dan guru yang memberikan jawaban.
Metode
tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi
yang diperolehnya.
Metode
tanya jawab dapat digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara umum
apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan
pelajaran yang diberikan.
Metode
tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran yang
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses
berfikir diantara murid-murid.
Metode
tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi secara langsung yang bersifat two way traffic sebab
pada saat yang sama terjadi dialog antara siswa dan guru. Guru bertanya siswa
menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat
adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa. (Hadi,
1984: 192)[15]
Metode
ini sudah lama dikenal dan dipakai orang semenjak zaman yunani. Ahli-ahli
pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh Socrates
(469-399 SM) seorang filosof bangsa yunani. Dan bagitu juga Nabi
Muhammad S.A.W dalam mengajarkan agama kepada umatnya, sering
menggunakan tanya jawab.
Sungguhpun
demikian guru jangan beranggapan dengan menggunakan metode tanya jawab telah
cukup baik untuk menilai apakah kelas pada umumnya telah belajar dengan baik
atau tidak, karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama kepada setiap
siswa untuk menjawab pertanyaan.
Metode
tanya jawab baik digunakan jika:
1)
Untuk
menyimpulkan metode yang lalu. Setelah guru menguraikan suatu persoalan,
kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.
2)
Untuk
melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang sudah
diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik perhatian
murid-murid kepada pelajaran baru.
3)
Untuk
menarik perhatian murid untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
4)
Untuk
meneliti kemampuan murid dalam memahami bacaan yang dibacanya atau ceramah yang
sudah didengarnya.
Metode tanya jawab tidak baik
digunakan jika:
1)
Untuk
melihat taraf kemampuan murid mengenai pelajaran mereka.
2)
Pertanyaan
yang digunakan hanya terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak” saja. Tetapi
hendaknya jawaban dapat mendorong pemikiran murid untuk memikirkan jawaban yang
tepat.
3) Memberikan giliran pada murid-murid
tertentu saja, tetapi hendaknya pertanyaaan diajukan kepada seluruh siswa,
begitu juga dalam menjawabnya seluruh murid harus diberi kesempatan, jangan
hanya yang pandai-pandai saja. Bahkan murid yang pendiam dan pemalulah yang
lebih didorong untuk menjawabnya supaya ia dapat membiasakan diri[16].
c.
Metode Problem Solving
1)
Pengertian
Dalam pemecahan problem-problem baru yang dihadapi
diperlukan kesanggupan untuk berpikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah
turut bertanggung jawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan metode problem
solving dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran. Metode ini memusatkan
kegiatan pada murid. Jadi berbeda dengan metode ceramah yang mengutamakan guru.
Metode ini telah mendorong anak untuk berpikir
secara sistematis dengan menghadapkannya pada prolem-problem. Jika anak-anak
telah terlatih dengan metode ini, mereka diharapkan dapat menggunakannya dalam
situasi-situasi problematik dalam hidupnya.
2) Langkah-langkah dalam memecahkan masalah
ilmiah
Menurut John Dewey, pada pokoknya langkah-langkah
yang harus dicapai dalam memecahkan masalah sebagai berikut :
a) Menyadari adanya masalah : problem,
kesulitan, sesuatu yang menimbulkan tanda tanya dalam pikiran kita biasanya
kita hadapi sehingga kita merasa bimbang.
b) Memahami hakekat masalah dengan jelas :
ketegasan dan kejelasan rumusan problem merupakan syarat untuk memcahkan
masalah secara efisien. Rumusan yang samar-samar akan menimbulkan pikiran yang
tidak terarah dan tidak memberikan pemecahan secara tepat.
c) Mengajukan hipotesis yaitu dugaan mengenai
jawaban suatu masalah, tanpa bukti-bukti yang nyata. Walaupun masalah itu belum
jelas jawabannya, kita dapat menduga alternatif jawabannya. Setelah memiliki
hipotesis,barulah kita mencari bukti-bukti, apakah hipotesis tersebut benar
atau tidak. Ada kemungkinan kita mempunyai lebih dari satu hipotesis, mungkin
semua hipotesis itu tidak benar, sehingga harus mencari hipotesis yang baru.
Hipotesis member arah kepada kita dalam mencari bahan keterangan guna
memecahkan masalah itu. Agar masalah dapat dipecahkan dengan efektif, hipotesis
itu harus pula dirumuskan sejelas mungkin.
d) Mengumpulkan data: untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis. Data ini diperoleh dari buku-buku, wawancara angket,
eksperimen dan penyelidikan. Jenis bahan yang diperlukan ditentukan oleh
masalah dan hipotesis-hipotesis yang diajukan. Pembicaraan mengenai pengumpulan
bahan, apa dan bagaimana perlu di bawah bimbingan guru.
e) Analisis dan sintesis data: bahan yang
dikumpulkan harus ditinjau dan analisa secara kritis dan melihat hubungannya
dengan pemecahan masalahnya. Ada kemungkinan bahan itu tidak memberi cukup
bukti atas kebenaran hipotesis atau perlu dilengkapi dengan bahan tambahan.
f) Mengambil kesimpulan: berdasarkan data
yang telah dikumpulkan dan dianalisis secara kritis dapat diuji kebenaran
hipotesis. Bila tidak dapat dibuktikan, hipotesis itu salah. Ada pula
kemungkinan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis secara langsung melalui
data yang diperoleh.
g) Mencoba dan menerapkan kesimpulan: kebenaran
kesimpulan bukan hanya berupa hasil pemikiran., melainkan harus pula dibuktikan
kebenarannya di dalam perbuatan. Dengan demikian, anak-anak memperoleh
pengetahuan, pengertian, dan ketrampilan baru perlu yang diterapkan dalam
perbuatannya.
h) Mengevaluasi seluruh proses pemecahan
masalah: Akhirnya peninjauan kembali keseluruhan proses berpikir dari awal
sampai akhir. Setiap langkah dinilai secara kritis untuk mengetahui apabila ada
kesalahan. Kebiasaan mengecek kembali setiap hasil pekerjaan perlu dibiasakan
pada anak.
Evaluasi jalannya metoda pemecahan
masalah melalui diskusi dapat menambah kesanggupan anak-anak memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Prof. Dr. Nana Saodih mengatakan bahwa penelitian
dilihat dari sisi pendekatannya terbagi menjadi dua : Yaitu penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif cenderung pada proses
penelitian yang menggunakan pola piker kuantitatif atau menggunakan logika
matematik yang menekankan pada usaha untuk mencari kebenaran empirik sensual
yang dapat diamati dan diukur. Sementara proses penelitian kualitatif
menekankan pada usaha untuk memahami makna suatu kejadian atau interaksi orang
dalam situasi tertentu, dan merupakan usaha untuk menelaah suatu fenomena
secara wajar dan alami melalui pengamatan, wawancara atau penggalian secara
mendalam pada data kualitatif lainnya. Penelitian kualitatif ini didasarkan
pada kerangka acuan si pelaku, dan peniliti yang merupakan instrument dalam
penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Penelitian ini akan
mendeskripsikan syarah hadits pendidikan yang memiliki korelasi dengan metode
pembelajaran.
B. Desain penelitian
Mengingat penelitian ini adalah
penelitian bersifat deskriptif, maka desaian penelitian yang digunakan peneliti
adalah analisis dokumen atau studi kepustakaan (library research). Sebagaimana
disebutkan bahwa penelitian deskriptif memiliki beberapa jenis. Antara lain:
penelitian survey, penelitian kasus, penelitian perkembangan, penelitian tindak
lanjut, penelitian analisis dokumen, penelitian studi waktu dan gerak, dan
penelitian studi kecenderungan.
Penelitian analisis dokumen adalah penelitian yang
dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai
sumber data. Sementara data yang akan diteliti adalah hadits-hadits tentang
pendidikan berdasarkan pemahaman para syarih.
C.
Sumber data
Seperti pada umumnya dalam sebuah penelitian, sumber
data itu ada dua : primer dan sekunder. Untuk data primer peneliti akan
mengambil dari kitab-kitab hadits. Mengingat terlalu banyaknya kitab-kitab
hadits dan keterbatasan peneliti, maka tidak seluruh kitab hadits yang ada akan
dikaji peneliti, tetapi beberapa kitab hadits yang mu’tabar.
Kitab-kitab
hadits yang menjadi sumber data primer adalah sebagai berikut: ……..
Sementara
itu sumber data skunder didapat dari buku-buku, makalah, majalah, koran, kamus
ensiklopedi hasil penelitian dan browsing internet yang memiliki hubungan
dengan topic penelitian ini. Diantara buku-buku yang menjadi sumber data
sekunder adalah :……………………
D.
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang sangat
membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Bahkan kualitas instrument
penelitian akan menentukan kualitas data yang diperoleh. Oleh karena itu
instrument penelitian harus benar-benar dirancang dan dipersiapkan dengan
sedemikian rupa.
Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrument
penelitiannya adalah kebanyakan peneliti itu sendiri atau human istrumen. Oleh
karena itu agar hasil penelitian bisa lebih baik maka peneliti harus
benar-benar memahami secara penuh apa yang menjadi variable penelitiannya. Maka
dalam penelitian ini peneliti berusaha sebisa mungkin untuk memahami
metode-metode pembelajaran, dan memahami metodologi pensyarahan hadits.
Disamping itu persiapan-persiapan yang lain yang menyangkut diri peneliti dalam
penelitian ini harus benar-benar diperhatikan seperti keterbatasan waktu dan
dana yang dimiliki peneliti.
Setelah persiapan-persiapan yang menyangkut peneliti
dilaksanakan, maka peneliti bisa lansung melakukan penelitian. Urutan-urutan
yang dilakukan peneliti untuk pencarian data dan analisisnya dalam penelitian
ini disesuaikan dengan urutan sub tema yang menjadi rumusan masalah, sebagaimana
tercamtum dalam bab I.
E.
Teknik pengumpulan data
Menurut Dr. Bambang Budi dalam bukunya bahwa ada
empat teknik cara pengambilan data, dan merupakan teknik yang paling banyak
digunakan dalam penelitian kualitatif. Yaitu teknik tes, pengamatan partisipasi
( participatory observasion), wawancara mendalam (indhepht interview),
dan analisis dokumen (documentary analysis). Berhubung desain penelitian ini
F.
Teknik pemeriksaan keabsahan data
G.
Analisis Data
H.
Tahap-tahap penelitian
[1] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 103.
[2] Ibid., hlm. 105.
[3] Ismail S.M., Strategi Pembelajaran Agama
Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (Semarang:
RASAIL Media Group bekerja sama dengan LSIS [Lembaga Studi Islam dan Sosial],
2008), hlm. 8.
[4] Ibid., hlm. 19-24.
[5] DEPAG RI, Metodik Khusus Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: DEPAG RI, 1984), Cet. Ke-2, h. 1
[6] Abdurrahman Getteng, Metodik
Khusus Pendidikan Agama, (Ujung Pandang, Indonesia: Al-Thahiriyah, 1987),
h. 1
[7] Peter Salim, et.
all., Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English,
1991), h. 1126
[8] Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam, 1984/1985), Cet. Ke-2, h. 1
[9] Ismail S.M., Strategi Pembelajaran,
hlm. 8.
[10] Ibid.
[11] Ibid., hlm. 19-24.
[12] Zuhairini
dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran (Malang: UM PRESS, 2004),
hlm.64
[13] Drs, H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri
Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (
Bandung : Pustaka Setia, 2005.) hlm 58.
[15] Sutrisno Hadi, Metode Pembelajaran (Yogyakarta:
Andi Offset, 1993), hlm. 192
[16] Zuhairini, Abdul
Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Malang
: Universitas Islam Negeri Malang. 2004) hlm. 67
No comments:
Post a Comment