Eksistensi Pendidikan Pesantren Di Era Tiga Zaman
Di era digital dalam lingkup global saat ini pendidikan mengalami banyak tantangan sebagai konsekuensi perkembangan zaman. Pendidikan merupakan aset setiap manusia untuk menggapai tujuan hidup yang sebenarnya. sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Ghazali yang dikutip oleh Munif dalam bukunya Pemikirian Pendidikan Islam Klasik "hkikat pendidikan yaitu mengedepankan kesucian jiwa dari akhlak yang hina dan sifat-sifat tercela, karena ilmu merupakan ibadah hati, shalat bersifat rahasia, dan sarana pendekatan batin kepada Allah". Selain itu, Al-Ghazali berpendapat bahwa ada empat konsep pendidikan yang perlu dikembangkan di lembaga-lembaga pendiidkan, yaitu aspek pendiidkan jasmaniah, aspek pendidikan akhlak, aspek pendiidkan akal, dan aspek penididkan sosial.
Dri dua pandangan Al-Ghazali di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan bukan hanya berbicara tentang hati atau bathiniyah saja, akan tetapi pendidikan juga meliputi sisi jasmaniyah dan selain itu manusia harus belajar menjadi makhluk sosial, karena pada dasarnya manusia bukan makhluk yang solitare. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteless seorang filsuf yunani "manusia adalah zoon politicon" (Manusia adalah makhluk bermasyarakat). Jadi, inti dari pendidikan adalah mengajarkan manusia tentang dua sisi kehidupan; sisi profan dan sakral.
Pensantren adalah jantung pendidikan Islam di Indonesia. Tak bisa dipungkiri, pesantren merupakan lembaga yang mampu menghasilan cendikia-cendikia muslim yang militan dan unggul di masyarakat, mengingat model pembelajaran yang diterapkan merupakan peninggalan para ulama di masa lalu (tradisional).
Pesantren menjadi satu topik yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Hal ini terbukti dengan beberapa penelitian yang seringkali dilakaukan oleh mahasiswa yang menggunakan tema pesantren. selain itu, beberapa tahun terakhir ini sedang gencar-gencarnya pembahasan Pendidikan Berbasis Pesantren. Di mana pesantren dijadikan percontohan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Bukan hanya pada ranah pendidikan saja, manajemen pesantren menjadi topik yang menyelinap dalam ide-ide para kaum intelektual, sebagai acuan yang tentunya dapat dijadikan formula baru dan kelak dapat memberikan kontribusi di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Gagasan-gagasan yang terkait dengan tema pesantren selalu menjadi ide dasar dan menjadi trend setter ketika mahasiswa mulai berpikir tentang penyelesaian tugas akhir tingkat strata satu (S1), tingkat strata dua (S2/Magister), dan bahkan tingkat doktor.
Dalam kurun beberapa tahun terakhir ini, masyarakat memiliki perbedaan pandang dalam menguraikan dinamika pesantren serta problematika yang dihadapi. Adapun pandangan masyarakat tentang pesantren yaitu pertama, Pesantren dalam prespektif masyarakat tradisionalis, kedua Pesantren dalam prepektif masyarakat modern, dan ketiga Pesantren dalam prespektif masyarakat posmodern.
to be continue...
by: M. Sulistiono, M.Pd.
Majalah Al-Rifa'ie Prima Edisi VII/2013
No comments:
Post a Comment