MASA MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembina:
Dr. H. Zulfi Mubarok, M.
Ag
Oleh;
Moh. Eko Nasrulloh (13770008)
Akhmad Pandu Setiawan (13770030)
Bisri Musthofa (13770034)
Moch. Mulyodianto (13770052)
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Nopember,
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................... i
A. Pendahuluan
1.
Latar
Belakang.......................................................................... 1
2.
Tujuan
Pembahasan.................................................................. 2
3.
Rumusan
Masalah..................................................................... 2
B. Pembahasan
1.
Teori Kedatangan Islam di Indonesia....................................... 3
2.
Cara Islamisasi di Indonesia..................................................... 5
3.
Sejarah Awal Masuknya Islam di Indonesia ........................... 7
4.
Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-kerajaan di Indonesia.... 10
5.
Agama dan Kekuatan Politik pada masa Pra Penjajah............. 12
C. Analisis dan Diskusi……………………………………………………...
23
D. Kesimpulan
……………………………………………………………… 23
Daftar Rujukan
MASA
MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
berkembang di Tanah Arab. Pembawa ajaran ialah Muhammad. Agama ini lahir salah
satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Islam mulai
disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat
tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada
tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Indonesia
adalah Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Islam di Indonesia
merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau
199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi
mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.[1]
Masyarakat
muslim di indonesia mempunyai karakter sendiri dalam segi peradaban Islam. Masyarakat
Islam Indonesia sering diidentikkan dengan masyarakat yang toleran, harmonis,
solidaritas sosialnya tingi. Selain itu Negara Indonesia mempunyai masyarakat
yang berbeda-beda agama, etnis, suku, dan bahasa.
Sebelum
Islam datang masyarakat di Indonesia sudah mempunyai agama seperti Hindu,
Budha, dan kepercayaan local lain. Di setiap daerah telah ada agama-agama atau
kepercayaan asli, seperti Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di
Kanekes, Lebak, Banten; Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai
agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa
Barat; agama Buhun di Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; agama
Parmalim, agama asli Batak; agama Kaharingan di Kalimantan; kepercayaan Tonaas
Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan; Wetu Telu di
Lombok; Naurus di Pulau Seram di Provinsi Maluku, dll. Didalam Negara Republik
Indonesia, agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran
animisme, penyembah berhala/ batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.[2]
Akan
tetapi Islam yang datang sesudah agama dan kepercayaan tersebut bisa diterima
oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang awal mula beragama Hindu, Budha
berbalik memeluk agama Islam yang datangnya kemudian. Bahkan Islam dapat
tersebar luas dengan lebih cepat.
Ketidak tahuan tentang pemahaman masuknya Islam ke Indonesia akan
menjadikan seseorang bertanya-tanya atau bahkan salah persepsi. Bermaksud
mengkaji hal tersebut Penulis membuat makalah yang berjudul “Masa Masuknya Islam
ke Indonesia”.
2.
Rumusan Masalah
Sebelum
Islam datang ke Indonesia, masyarakat sudah mempunyai kepercayaan
masing-masing. Akan tetapi mengapa Islam dapat masuk ke Indonesia dengan tanpa
peperangan sebagaimana penyebaran Islam di kawasan Timur Tengah? Siapa penyebar
agama Islam di Indonesia? Bagaimana cara
penyebaran Islam di Indonesia? Mengapa Islam di Indonesia dapat tersebar luas
dengan cepat?
3.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut dapat diambil tujuan yaitu: memahami proses masuk
agama Islam ke Indonesia. Mengetahui penyebar Islam di Indonesia. Mamahami cara penyebaran Islam di Indonesia. Memahami penyebaran Islam
yang cepat di Indonesia.
B.
Pembahasan
1.
Teori Kedatangan Islam
Di Indonesia
Secara
garis besar ada dua pendapat mengenai
awal mula Islam mauk ke Indonesia: 1. Pendapat lama adalah abad ke 13 Masehi
dikemukakan oleh sarjana lama antara lain N. H krom dan Van Den Berg. Kemudian
ternyata mendapat sanggahan dan bantahan. 2. Pendapat baru adalah abad 7-8 M.
para pendapat baru dikemukakan oleh Haji Agus Salim, M Zaenal Arifin Abbas,
Sayyid Alwi, H. M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T. W. Arnold.[3]
Kennet W. Morgan menjelaskan
bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia mula-mula sekali
adalah dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya kembali ke Venezia pada
tahun 692 (1292 M), Marcopolo setelah bekerja pada Kubilai Khan di Tiongkok,
singgah di Perlak, sebuah kota dipantai utara Sumatra. Menurut Marcopolo,
penduduk perlak pada waktu itu diIslamkan oleh pedagang yang da sebut kaum
Saracen. Marcopolo menanti angin yang baik selama lima bulan. Di situ ia
beserta rombongannya harus menyelamatkan diri dari serangan orang orang biadab
di daerah itu dengan mendirikan benteng yang dibuatnya dari pancang-pancang.
Kota Samara menurut pemberian Marcopolo dan tempat yang tidak jauh dari situ,
yang dia sebut Basma yang kemudian dikenal dengan nama sanudera dan Pasai, dua
buah kota yang dipisahkan oleh sungai Pasai yang tidak jauh letaknya di sebelah
utara Perlak.[4]
Terdapat sumber-sumber dari dalam negri yang menerangkan berkembangnya
pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu
bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah
rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama
Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera
Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga,
makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M.[5]
a.
Teori Arab
Yaitu datangnya
Islam ke melayu secara langsung dari Arab, karena muslim wilayah Melayu
berpegang pada madzhab Syafi’I yang lahir di semenanjung tanah arab, teori ini
disokong oleh Sir John Crawford.[6]
b.
Teori India
Pada tahun 173 H,sebuah kapal layar dengan pimpinan “Makhada Khalifah” dari teluk
Kambay Gujarat berlabuh di bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang
anggota dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia, Hindia. Gujarat melakukan
hubungan dagang langsung dengan malaka Teori ini lahir selepas tahun 1883 M.
Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr.
Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.[7]
c.
Teori Cina
Islam datang ke wilayah Nusantara dari Cina.
Teori ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie, seorang sacientist
Spanyol. Berdasarkan berita Cina pada penguasa T’ang abad 9-10 orang-orang
Ta-Shih pada masa itu diduga masyarakat muslim telah ada baik di Kanfu,
(Kanton) maupun didaerah Sumatra sendiri.
Gambar 1.1
Jalur perdagangan Indonesia[8]
2. Cara
Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya di kepulauan Indonesia adalah dengan
cara damai melalui beberapa cara. Menurut Uka Tjandrasasmita ada enam cara.
Yaitu saluran dagang, perkawinan, ajaran tasawuf, pendidikan, kesenian, dan
politik. [9]
a.
Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke 16 M. membuat
pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, India)turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Di beberpa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai bupati-bupati majapahit yang
ditempatkan di pesisir utara jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena
faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor
hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan
selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di
tempat-tempat tinggalnya.
b.
Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang
lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama
putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu.
Sebelum kawin mereka diIslamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan-keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung,
daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih
menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau
anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian
turut mempercepat proses Islamisasi.[10]
c.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia.
Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat.
d.
Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondokyang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama.
Dipesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam
Gambar
1.2 Jalur Pendidikan[11]
e.
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya kalimat syahadat. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (Hikayat, babad, dan
sebagainya) seni bangunan, dan seni ukir.
f.
Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik Sumatera dan Jawa maupun
di indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam
memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis
banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
3.
Sejarah Awal Masuknya Islam
Ke Indonesia
Perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negara-negara di
Asia bagian barat dan timur mungkin disebbka oleh kegiatan kerajaan Islam di
bawah Bani Umayah dibagian barat maupun kerajaan cina dinasti T’ang di Asia
timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.[12]
Upaya kerajaan
Sriwijaya dalam memperluas kekuasaannya ke semenanjung Malaka sampai Kedah
dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti775, berita-berita Cina dan Arab
abad ke 8 sampai ke 10M. hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat
Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasiona.
Pada tahun 173
H. sebuah kapal layar dengan pim\pimpinan “Makhada Khalifah” dari teluk Kambay
Gujarat berlabuh di bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang yang
terdiri dari orang-orang Arab, Persia, dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak
kapal dagang khalifah menyamar sebagai kaptennya, Makhada Khalifah adalah
seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah
abad, Meurah (raja) dan seluruh rakyat kemeurahan Perlak yang beragama Hindu
Budha dengan sukarela masuk agama Islam, selama proses Islaimisasi yang relatif
singkat, para anggota dakwah telah banyak yang menikah dengan wanita Perlak.
Diantaranya adalah seorang anggota dari Arab suku Quraisy menikah dengan putri
Istana kemeurahan Perlak yang melahirkan putra Indo-Arab pertama dengan nama
Sayid Abdul Aziz.[13]
Pada tanggal 1
Muharram 225 H. /840 M. kerajaan Islam Perlak diproklamasikan dengan raja
pertamanya adalah putra Indo-Arab tersebut dengan gelar Sultan Alaidin Maulana
Aziz Syah. Pada waktu yang sama, nama
ibukota kerajaan diubah dari Tiandor Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai
kenangan indah pada Khalifah yang sangat berjasa dalam membudayakan Islam
kepada bangsa-bangsa Asia Tenggara yang dimulainya dari perlak. Dengan demikian
kerajaan Islam yang pertama pada awal abad ke 3 H. /900M berlokasi di Perlak.
Selanjutnya Islam
masuk ke Jawa diperkirakan pada abad ke 11 M. dengan ditemukannya makam Fatimah
Binti Maemun di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475H/ 1082 M. data
sejarah lainnya menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13
M. sulawesi abad ke 16 M penduduk atau penguasa kepulauan tersebut sudah masuk Islam
sebelum kolonial belanda menguasai Indonesia. Wan Husein Azmi mengemukakan
dalam makalahnya ada tiga teori tentang kedatngan Islam ke wilayah Melayu,
yaitu:
1. Teori arab, yaitu datangnya Islam ke ke wilayah melayu secara langsung
dari arab.
2. Teori India, yakni Islam datang ke Nusantara dari India.
3. Teori Cina, yakni Islam datang ke nusantara dari Cina.
Meskipun
demikian dapat kita ketahui bahwa jalan yang dibawa para saudagar Arab, masuk
ke wilayah Nusantara adalah sama. Ada yang melaluai jalan laut dari Aden
menelusuri pantai India barat dan Selatan, atau jalan darat dari Khurasan
kemudian melalui hutan menyebrangi laut cina selatan masuk ke wilayah Nusantara
melalui pesisir pantai timur semenanjung tanah melayu. Oleh sebab dakwah Islamiyah
datang ke wilayah Nusantara melalui lautan India dan juga laut Cina Selatan
secara langsung dari negeri Arab dan oleh orang-orang Arab. Periodisasi
masuknya pendakwah Islam ke Indonesia menurut Muhammad Samsu dapat dibagi ke
dalam tiga gelombang yaitu:[14]
1. Gelombang pertama, yaitu diperkirakan pada akhir abad ke 1H/7M.
rombongan ini berasal dari Bashrah, kota pelabuhan di Irak, yaitu ketika kaum
Syiah dikejar-kejar oleh bani Umayah yang berkuasa saat itu merka adlah yang
dipimpin oleh Makhada Khalifah.
2. Gelombang kedua, yaitu pada abad ke 6 H/13 M. dibawah Sayyid Jamaluddin
Al-Akbar Al-Husaini yang anak cucunya, lebih dari 17 orang tiba di gresik,
pulau Jawa. Pendakwah lainnya, seperti Maulana Malik Ibrahim, Maulana Malik
Ishak, Raden Rahmat atau sunan Ampel dan sebagainya.
3. Gelombang ketiga, yaitu diperkirakan pada abad ke 9H/16M. yang dipimpin
ulama Arab dan tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan
datang berkelompok berkisar 2, 3, atau 5 orang. Mereka mengajar dan menetap di
Aceh, Riau, Sadang, Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara,
Ternate, Bali, Sumba, Timor dan lain-lain.
4.
Kondisi Dan Situasi
Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Islam telah
dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8 M. Pada periode ini para pedagang dan
mubaligh Muslim membentuk komnitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam
yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesama, sementara
ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Karena itu, Islam
terbesar di kepulauan Indonesia terhitung Cepat, Meski dengan damai.[15] Masuknya Islam ke
daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu,
keadaan politik dan sosial budaya. Pada abad ke 7 sampai ke 10 M, kerajaan
sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai kedah hal
itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci
bagi pelayaran dan perdagangan Internasional. Datangnya orang-orang muslim ke
daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena
mereka datan memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan keterlibatan
orang-orang Islam dalam bidang politik baru terlihat pada abad 9 M, ketika
mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang
pada masa pemerintahan kaisar Hi-Tsung (878-889 M) akibat pemberontakan itu
pasukan muslimin banyak yang dibunuh sebagian lainnya lari ke Kedah, wilayah
yang masuk kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke palembang dan membuat
perkampungan muslim di sisni. Kerajaan Sriwijaya masa itu memang melindungi
orang-orang muslim di wilayah kekuasannya.[16]
Kemajuan
politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke 12 M. pada akhir abad
ke 12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan
posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat
bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi
usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya
karena kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir. Kemunduran ekonomi ini
membawa dampak terhadap perkembangan politik.[17]
Kemunduran
politik dan ekonomi Sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan Singasari
yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan ini melakukan ekspedisi pemalayu tahun
1275 M dan berhsil mengalahkan kerajaan Melayu di Sumatra. Keadaan itu
mendorong daerah-daerah di selat Malaka yang dikuasai kerajaan Sriwijaya
melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan tersebut.
Kelemahan
Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah
yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam,
yaitu kerajaan Samdra pasai di pesisir timur laut Aceh. Daerah ini sudah
disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke 7 dan ke 8 M. proses Islamisai
tentu berjalan disana sejak abad tersebut. Kerajaan samudera pasai dengan
segera berkembang baik dalam bidang politik maupun perdagangan.[18]
Karena
kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana,
kerajaan Singasari, juga selanjutnya Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah
melayu dan selat Malaka dengan baik sehingga kerajaan samudera pasai dan malaka
dapat berkembang dan mencapaipuncak kekuasaannya hingga abad ke 16M. dikerajaan
Majapahit , ketika Hayam wuruk dengan patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi
politik kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di kepulauan Nusantara
mengakui berada dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah Mada meninggal dunia
(1364M) dan disusul Hayam Wuruk(1389M) situasi majapahit kembali mengalami
kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana dan Bhre Wirabumi
berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhe Wirabumi meninggal, perbutan
kekuasaan di kalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun
1468M majapahit diserang Girindrawardhana dari kediri. Sejak itu, kebesaran
Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Kelemahan-kelemahan yang semakin
memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhan.[19]
5.
Agama dan Kekuatan
Politik Pada Masa Pra Penjajah
Sebelum Islam
datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan-kerajaan Hindu dan budha.
Diantaranya, ada kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang, Sumatra Selatan Dan
Singasari, Serta Majapahit. Pada abad ke 7, Islam belum menyebar luas secara
merata ke seluruh penjuru Nusantara, karena pengaruh agama Budha masih memegang
peranan di Kerajaan Sriwijaya, terutama dalam kehidupan sosial, polotik,
perekonomian, dan kebudayaan. Pada awal abad ke 13 M. kerajaan ini memasuki
masa kemunduran.[20]
Dalam kondisi seperti ini, pedagang-pedagang muslim memanfaatkan politiknya
dengan mendukung daerah-daerah yang muncul dan menyatakan diri sebagai kerajaan
yang bercorak Islam. Mereka tidak hanya membangun perkampungan pedagang yang
bersifat ekonomis, tetapi juga membentuk struktur pemerintahan yang
dikehendaki. Misalnya kerajaan samudera pasai abad ke 13 M. muncul karena
dukungan komunitas muslim, juga tidak terlepas dari melemahnya kondisi politik
kerajaan sriwijaya yang kurang mampu mengendalikan dan menguasai daerahnya.
Sementara itu
kerajaan Majapahit setelah patih Gajah Mada meninggal dunia (1364 M) dan Hayam
Wuruk (1389 M), situasi politik majapahit goncang dan terjadi perbutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana. Bersamaan dengan melemahnya majapahit, Islam
di jawa mendapatkan posisi yang menguntungkan sehingga dibawah bimbingan
spiritual sunankudus, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai
keraton pusat.
Uraian di atas
menunjukkan bahwa cikal-bakal kekuasaan Islam sudah dirintis sejak abad ke 7 M.
tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di
Palembang dan kerajaan Hindu jawa, seperti kerajaan Medang, Kediri, Singasari,
dan Majapahit di Jawa Timur, kemudian Islam menempati struktur pemerintahan
ketika komunitas muslim sudah kuat yang bersamaan suramnya kondisi politik
menempati struktur pemerintahan ketika komunitas muslim sudah kuat yang
bersamaan suramnya kondisi politik kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.[21]
Islam sebagai
agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia dan sebagai kekuatan
politik yang menguasai struktur pemerintahan sebelum datangnya belanda dapat
dilihat dari munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara antara lain
Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
a. Islam di Sumatra
Ada tiga
kerajaan Islam di sumatra yang terkenal yang telah memposisikan Islam sebagai
agama dan sebagai kekuatan politik yang mewarnai corak sosial budayanya, yaitu
Perlak, Pasai, Aceh.[22]
Perlak
merupakan kerajaan Islam pertama di Sumatra Utara yang berkuasa pada tahun
225-692 H/840-1292 M. dengaan raja pertamanya Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul
Aziz Syah (225-249 H/ 840-864 M).[23]Pada mulanya, Islam
berkembang di Perlak dipengaruhi oleh aliran Syiah yang bertebaran dari parsi
ketika terjadi revolusi Syi’ah pada tahun 744-747 M. dengan pemimpinnya
Abdullah ibnu Muawiyah. Kemudian, pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Syed
Maulana Abbas Shah(285-300 M). mulai masuk paham Islam ahlu Sunnah wal jama’ah
yang tidak disukai oleh syiah, oleh karena itu terjadilah konflik perang
saudara antara dua golongan tersebut.
Namun akhirnya, namun akhirnya dicapai perdamaian dan pembagian kerajaan Perlak
pada dua bagian yaitu perlak pesisir, bagian golongan syiah, dengan sultan dari
golongan mereka yaitu sultan alauddin syed maulana shah(365-377 H/ 976-988 M)
perlak pedalaman, bagi Ahlu Sunnah wal jamaah dengan sultan mereka, sultan
alaiddin Malik Ibrahim (365-402 H/ 986-1012M). namun akhirnya Perlak dapat
disatukan kembali oleh sultan ini.
Sistem
pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan Islam perlak pada dasarnya mengikuti sistem pemerintahan yang
dilaksanakan oleh daulah Abbasiyah(750-1258 M). yaitu kepala pemerintahan/
kepala badan eksekutif dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wazir,
yaitu wazir as-siyasah (bidang politik), wazir al-Harb ( bidang keamanan/
pertahanan), wazir al-Maktabah (bidang administrasi negara), wazir al-iqtishad
(bidang ekonomi/keuangan), wazir al-hukkam (bidang kehakiman).[24] Selain itu sebagai
penasihat pemerintah yang bertugas mendampingi sultan dan para wazirnya
dibentuk sebuah lembaga yang disebut majelis fatwa di bawah pimpinan seorang
ulama yang berpangkat mufti.
Gambar 1.3
Peta Kerajaan Aceh[25]
Kerajaan samudra pasai
berlangsung sampai tahun 1524 M. pada tahun 1521, kerajaan ini ditaklukkan oleh
portugis yang menduduki selama tiga tahun. Kemudian pada tahun
1524 M. dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan
samudra pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di bandar
Aceh Darussalam. Sultan Ali Mughayatsyah (1514-1530) telah banyak berjasa dalam
berbagai aspek keIslaman.[26] Dalam bidang politik,
sultan berupaya menghadang penjajah portugis dengan memprakarsai negara Islam
bersatu, yaitu menyatukan tenaga politik Islam bersatu, yaitu negara yang kuat
dan berdaulat yang diberi nama “Aceh Besar”(1514). Aceh mengalami kemajuan ketika
saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya dagang di Malaka kemudian memindahkan
perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun 1511,[27] maka daerah pengaruhnya
yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka. Hal ini sangat
menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah kekuasaan Ibrahim,
kerajaaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya.
Operasi-operasi militer diadakan tidak saja dengan tujuan agama dan politik,
akan tetapi juga dengan tujuan ekonomi.[28] Dalam bidang
pemerintahan, baginda raja telah meletakkan Islam sebagai asa keanegaraan,
bahkan beliau melarang orang-orang bukan Islam untuk memangku jabatan
keanekaragaman atau meneruskan jabatannya. Dalam bidang dkwah, dibangun pusat Islam
yang megah, dihimpun para ulama dari juru dakwah, menyururh jihad memerangi
penyembahn berhala dan syirik.
Gambar 1.4 Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.[29]
b. Islam Di Jawa
Penyebar Islam
di Jawa adalah para wali songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan
keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik. Islam telah tersebar
di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Mulana Ishak yang bergelar
Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh raja Samudera, Sultan
Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke gresik. Dalam percaturan politik, Islam
mulai memosisikan diri ketka melemahnya kekuasaan majapahit yang memberi
peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan
yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel, walisongo bersepakat untuk
mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam
pertama di Jawa.[30]
Gambar 1.6 Masjid Demak.[31]
Kerajaan Demak
berlangsung kira-kira abad ke 15 dan abad ke 16. Sebelum berkuasa penuh atas
Demak, Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh
setelah mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit.
Dapat dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah
Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir abad ke-15 hingga abad ke-16, ia
digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus. Dan kemudian digantikan oleh
Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan berhasil menguasai beberapa
daerah.[32] Mataram, Cirebon dan
Banten. Dalam mendirikan negara Islam tersebut, peranan Wali Songo sangat
besar. Misalnya Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Islam Cirebon dan Banten,
merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak
tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan
yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat
Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan
Indoneia di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan
terutama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka.[33] Sunan giri di kerajaan
Mataram yang pengaruhnya sampai ke Makasar, Ambon dan Ternate. Di samping
kekuatan politik Islam yang memberi Kontribusi besar terhadap perkembangannya, Islam
juga hidup di Masyarakat dapat memberi dorongan kepada penguasa non-muslim
untuk memeluknya.
Gambar 1.7 Kerajaan Banten.[34]
c. Islam Di Kalimantan, Maluku, Sulawesi.
Islam di
Kalimantan Selatan yaitu dikerajaan Daha (Banjar) yang beragama Hindu berkat
bantuan sultan Demak, Trenggono (1521-1546), raja Daha dan rakyatnya masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam Banjar, dengan raja pertamanya pangeran
Samudera yang diberi gelar Pangeran
Suryanullah atau Suriansah. Setelah raja pertama naik tahta, daerah-daerah
sekitarnya mengakui kekuasaannya, yakni daerah sambas, Batangla, Sukaciana, dan
Sambangan. Selanjutnya, di Kalimantan Timur (Kutai) pada tahun 1575, yaitu
Tunggang Parangan mengIslamkan raja mahkota. Sejak baginda raja masuk Islam,
terjadilah proses Islamisasi dilakukan terutama oleh putranya, dan
pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah-daerah.[35]
Pada abad ke 10
dan ke 11, di Maluku sudah ramai perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan
pala yang dilakukan oleh para pedagang Arab dan persia. Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah
Indonesia bagian Timur. Kedatangan Islam keindonesia bagian Timur yaitu ke
Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antara
pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka, Jawa dan Maluku.
Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang keduabelas, Molomateya,
(1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang memberikan petunjuk
bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan.
Manurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 Islam sudah datng di daerah Maluku.
PengIslaman di daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Marhum di Ternate.Maulana Husayn pada mulanya hanya
menunjukan kemahiran dalam menulis huruf Arab yang ada dalam al-Qur’an,
sehingga menarik hati Marhum dan orang-orang Maluku. Tetapi mereka bukan hanya
diajarkan tulisan Arab yang indah saja, melainkan agar diajarkan tentang agama Islam.[36] Tentunya, pada saat itu
telah terjadi sentuhan pedagang muslim dengan rakyat maluku yang membentuk
komunitas Islam. Dengan derasnya gelombang pedagang muslim dan atsa ajakan
Datuk maulana Husain, di ternate raja Gafi bata menerima Islam dan namanya
berganti menjadi sultan Sultan Zaenal Abidin (1465-1486). Di Tidore, datang
seorang pendakwah dari tanah Arab yang bernama Syekh Mansur dan atas ajakannya,
raja Tidore yang bernama kolana masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin. Di Ambon, Islam datang dari Jawa Timur (Gresik) yang berpusat di
kota pelabuhan Hitu pada tahun 1500 M. di saat Islamisasi berlangsung, portugis
melakukan Kristenisasi di Ternate pada tahun 1522 M namun usahanya tidak banyak
berhasil, pada masa Sultan Baabullah (1570-1583), benteng pertahanan portugis
di Ambon ditaklukkan.
Gambar 1.8 Kerajaan Ternate Dan Tidore.[37]
Di sulawesi,
Raja Gowa-Tallo, Kerajaan yang bercorak Islam di Semenanjung Selatan Sulawesi
adalah Goa-Tallo, kerajaan ini menerima Islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang
terkenal dengan nama Tumaparisi-Kallona yang berkuasa pada akhir abad ke-15 dan
permulaan abad ke-16. Ia adalah memerintah kerajaan dengan peraturan memungut
cukai dan juga mengangkat kepala-kepala daerah. Penguasa Ternate mengajak
penguasa Goa-tallo untuk masuk agama Islam, namun gagal. Islam baru berhasil
masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang ke kerajaan Goa-Tallo.
Sultan Alauddin adalah raja pertama yang memeluk agama Islam tahun 1605 M.[38] I Manggarangi Daeng
Maurobia, atas ajakan Datuk Rianang masuk Islam pada tahun 1605 dengan gelar
sultan Alauddin di Talo Raja I Malingkoan Daeng Nyonri kareng Katangka pada
tahun yang sama masuk Islam dengan gelar Sultan Abdullah awal Islam. Setelah
itu, Islam tersebar ke Luwu. Waio (1610) soppeng dan Bone (1611). Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke
Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan
Bone. Ada dua kemungkinan mengapa
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya:1) kemungkinan diakibatkan
oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang
diperoleh dari perdagangan yang ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan
transit.[39]
Berkenaan
dengan proses pembentukan negara atau kerajaan Islam tersebut di atas, menurut
Taufik Abdullah, setidak-tidaknya ada tiga pada pembentukan budaya yang tampak
dari proses tersebut, yaitu:
1. Pola Samudra Pasai: lahirnya Samudra Pasai berlangsung melalui perubahan
dari negara yang segmenter ke negara yang terpusat. Kerajaan ini bukan hanya
berhadapan dengan dengan golongan-golongan yang belum ditundukkan dan diIslamkan
dari wilayah pedalaman, tetapi juga harus menyelesaikan pertentangan politik
serta pertentangan keluarga yang berkepanjangan. Dalam proses perkembangannya
menjadi negara terpusat Samudra Pasai juga menjadi pusat pengajaran agama.
Reputasinya sebagai pusat agama terus berlanjut walaupun kemudian kedudukan
ekonomi dan politiknya menyusut. Dengan pola ini, samudra pasai memiliki
“kebebasan budaya” untuk memformulasikan struktur dan sistem kekuasaan yang
mencerminkan tentang dirinya.
2. Pola Sulawesi Selatan: pola Islamisasi melalui keraton atau pusat
kekuasaan. Proses Islamisasi berlangsung dalam suatu struktur negara yang telah
memiliki basis legitimasi geneologis. Konversi agama menunjukkan kemampuan
raja. Penguasa terhindar dari penghinaan rakyatnya dalam masalah kenegaraan.
Pola ini digunakan di sulawesi selatan, maluku, dan banjarmasin. Islamisasi di
daerah ini tidak memberi landasan bagi pembentukan negara. Islam tidak mengubah
desa menjadi suatu bentuk baru dari organisasi kekuasaan. Konversi agama
dijalankan, tetapi pusat kekuasaan telah ada lebih dahulu.[40]
3. Pola Jawa: di Jawa, Islam mendapatkan suatu sistem politik dan struktur
kekuasaan yang telah lama mapan. Ketika kekuasaan rajamelemah, para sudagar
kaya diberbagai kadipaten di wilayah pesisir mendapat peluang besar untuk
menjauhkan diri dari kekuasaan raja. Merka tidak hanya masuk Islam, tetapi juga
memasuki pusat-pusat politik yang independen. Setelah keraton besar goyah,
keraton-keraton kecil bersaing menggantikan kedudukannya. Ketika abad ke 14
komunitas muslim sudah besar, bersamaan dengan melemahnya majapahit, Demak
tampil menggantikan kedengan posisi baru ini, Demak tidak saja pemegang
hegemoni politik, tetapi juga menjadi “jembatan penyebrangan” Islam yang
penting di jawa. Di jawa Islam tampil
sebagai penantang, untuk kemudian mengambil alih kekuasaan yang ada jadi yang
tampil adalah suatu dilema kultural dari orang baru di dalam bangunan politik
yang lama. [41]
C. Analisis
Proses penyebaran Islam sejalan
dengan rute perdagangan internasional terutama jalur perdagangan benua Asia.
Strategi penyebaran menggunakan pola satu titik kemudian menyebar. Dari satu
kerajaan ke karajaan-kerajaan lain. Dari Raja ke rakyat. Dari kekuasaan
tertinggi ke sub-sub bagiannya. Masuknya
Islam ke Indonesia mula-mula berada di Malaka yaitu Syiah dan ahlu sunnah wal
jama’ah kemudian berlanjut Sriwijaya.
Beberapa tahun kemudian dari raja Samudera mengutus ulama berdakwah ke Jawa
yaitu majapahit. Dari kerajaan majapahit kemudian beberapa ulama menyebar dan
mendirikan kerajaan Islam ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. yaitu Demak, Banten,
kerajaan Mataram. Dari jawa menyebar beberapa santri ke berbagai daerah
diantaranya ke Kalimantan yaitu mengislamkan kerajaan Banjar sampai Kalimantan
Timur dan ke Sulawesi, yang kemudian mengislamkan kerajaan Makasar, Ternate dan
Tidore.
D.
Kesimpulan
Masuknya agama Islam ke Indonesia
tanpa peperangan karena Islamisasi dilakukan melalui dakwah yang bijaksana dengan
memperhatikan karakter masyarakat setempat melalui perdagangan, perkawinan,
ajaran tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Penyebar Islam yaitu para
pedagang, Ulama, dan santri. Cara dakwah dimulai dari keluarga, lanjut kepada
istana kerajaan yang kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar. Juga melalui
cerita-cerita pewayangan. Islam dapat menyebar cepat karena sistem dakwah disebar
di berbagai daerah Nusantara dengan perwakilan beberapa ulama maupun santrinya.
DAFTAR RUJUKAN
Anshari, Endang
Saifuddin. 2004. Wawasan
Islam Pokok-Pokok Tentang Paradigm Dan System Islam. Jakarta: Gema Insani.
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia
Machmud,
Anas. 1989. Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di Pesisir Timur
Sumatra, dalam A. Hasymy, (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam
di Indonesia. Jakarta: Almaarif.
P.A.
Djajadiningrat, dkk. 2008. Sejarah Peradaban
Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Uka
Tjandrasasmita, Ed. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta:
PN Balai Pustaka.
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam. 2007. Jakarta: Raja Grafindo Press
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_asli_Nusantara
diunduh [06.07] 20-11-2013.
[3] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Tentang
Paradigm Dan System Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 195.
[4] P.A. Djajadiningrat, dkk. Dalam Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 187.
[7] Dedi Supriyadi, op. cit.
hlm.191.
[8] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[9] Badri Yatim, op.cit.
hlm.201.
[10] Ibid. hlm. 202.
[12] Dedi Supriyadi, op.cit. hlm. 190.
[13] Ibid..
[14] Ibid., hlm 192.
[15] Badri Yatim, op.cit.,
hlm. 194.
[16] Ibid..
[17] Ibid., hlm. 195.
[18] Ibid..
[19] Ibid., hlm .196.
[20] Dedi Supriyadi, op.cit.
hlm 192-193.
[21] Ibid..
[22] Ibid..
[23] Ibid., hlm.194.
[24] Ibid..
[25] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[26] Dedi Supriyadi, op.cit.
hlm. 196.
[27] Anas Machmud, Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di
Pesisir Timur Sumatra, dalam A. Hasymy, (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam
di Indonesia, (Jakarta: Almaarif, 1989), hlm. 420.
Pustaka, 1984) hlm 21
[29] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[30] Dedi Supriyadi op.cit.
hlm. 196.
[31] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[32] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 25
[33] Ibid., hlm. 9.
[34] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[35] Dedi Supriyadi, op.cit.,
hlm.197.
[37] http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[40] Dedi Supriyadi, op.cit.
hlm.198.
[41] Ibid..
No comments:
Post a Comment