BY: ATABIK
MAHASISWA MA'HAD 'ALY AL-HIKAM MALANG
2013
PENGORGANISASIAN DAKWAH DAN
SISTEM PENGORGANISASIAN DAKWAH
BAB I
PENDAHULUAN
Allah
SWT telah mengajarkan manusia berbagai macam ilmu pengetahuan, baik sifatnya quraniyah
maupun kauniyah. Semua manusia, baik muslim maupun non muslim mendapat
hak yang sama untuk mendapatkan pengetahuan.
Demikian
pula ilmu organisasi dan management adalah merupakan karunia Allah juga,
yang diberikan kepada para hambanya yang mau memperhatikan sunnatullah
dan ciptaan-Nya di alam raya ini. Organisasi dan manajemen telah menjadi bagian
yang menyatu dalam kehidupan modern. Dengan memanfaatkan seseorang atau
lembaga, insya Allah dapat bekerja mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Demikian pula, dengan mengimplementasikan prinsip-prinsipnya secara
benar dapat mengantisipasi perkembangan lembaga mereka yang tumbuh semakin
besar. Manusia modern telah mengaplikasikan dalam berbagai kegiatan, baik yang
bertujuan komersial maupun sosial dan nyata-nyata telah memberi banyak
sumbangan bagi kemajuan lembaga mereka.
Kita
tahu, bahwa ilmu organisasi dan manajemen tumbuh secara terstruktur di dunia
Barat dan kemudian berkembang ke seluruh dunia, terutama Jepang. Mengingat
mereka kebanyakan umat non muslim, maka diperlukan seleksi atas keilmuan ini.
Meskipun begitu, tidak ada salahnya bila kita mau mengadopsi, asal tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam. Diakui atau tidak, umat Islam
telah memanfaatkannya.
Dalam
kajian ini, penulis hanya membahas pengorganisasian (organizing) yang
merupakan salah satu organ POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling). Dalam pengorganisasian membutuhkan sistem yang lebih
spesifik, yang akan membahas bagaimana perumusan kerja, penetapan tugas,
perincian kegiatan, dll. Hal ini tidak hanya berlaku pada organisasi komersial
saja, bahkan dakwah bagi manusia modern pun memerlukan manajemen dengan
pengorganisasian yang baik. Agar tujuan dan sasaran dakwah bisa lebih mengena
secara efektif dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Organisasi Dakwah
Istilah
organisasi berasal dari bahasa latin organum, yang berarti alat, bagian,
unsur, unit, anggota atau badan. Secara definisi, organisasi adalah unit sosial
yang sengaja dibangun atau distrukturkan untuk mencapai tujuan tertentu.[1][1]
Menurut
Drs. EK Imam Munawir, organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa
orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan
kerja. Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya
tujuan secara efektif dan efisien. [2][2]Dakwah adalah suatu
kegiatan mengajak dan menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah (sistem
Islami) yang sesuai fitrah dan ke- hanif-annya secara integral,
baik melalui kegiatan lisan, tulisan atau kegiatan nalar dan perbuatan. Hal ini
ditujukan sebagai upaya muslim dalam mengejawantahkan nilai-nilai kebaikan dan
kebenaran prinsipil yang universal, serta berupaya mencegah dan menjauhkan
hal-hal yang memang secara fitri ditolak dan diingkari oleh nurani demi
terwujudnya khair al ummah.[3][3] Dari definisi tersebut
dapat diambil pengertian, bahwa organisasi dakwah adalah merupakan wadah
kerjasama untuk menanamkan kebaikan dan kebenaran prinsipil yang universal yang
dilakukan dan mencegah hal-hal yang secara fitri ditolak dan diingkari oleh dua
orang atau lebih yang memiliki keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama.
B.
Pengorganisasian (Organizing) Dakwah
Pengorganisasian
(organizing) merupakan pengaturan segala perangkat dan sumber daya sedemikian
rupa sehingga merupakan satu kesatuan organisasi yang harmonis dan dikelola
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dakwah
berorientasi pada tujuan umum organisasi dakwah dan diimplementasikan dengan
dukungan seluruh faktor manajemen, seperti: moral, manusia, material, mesin,
uang, metode, dan perangkat keras maupun lunaknya.
Proses
pengorganisasian dakwah memiliki berbagai pengertian. Istilah pengorganisasian
dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini.
1.
Cara organisasi dakwah merancang suatu upaya dakwah yang efektif sesuai
dengan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki.
2.
Bagaimana organisasi dakwah mengelompokkan atau mengategorisasikan
kegiatan-kegiatannya berdasarkan pertimbangan tertentu.
C.
Sistem Pengorganisasian Dakwah.
Sistem
pengorganisasian dakwah meliputi berbagai rangkaian kegiatan yang bermula pada
orientasi atas tujuan yang akan dicapai dan berakhir pada saat kerangka
organisasi yang tercipta terlengkapi dengaa prosedur dan metode kerja,
kewenangan, personalia, serta peralatan yang diperlukan. Sistem tersebut
sebagai berikut:
- Perumusan Kerja.
Sebagai dasar utama dari penyusunan organisasi, tujuan harus dirumuskan
secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang lingkup sasaran, keahlian
atau ketrampilan serta peralatan yang diperlukan, jangka waktu maupun cara
pencapaiannya yang terbaik. Dari tujuan yang telah dirumuskan ditarik
kesimpulan tentang susunan, corak maupun ukuran besar kecilnya organisasi
dakwah yang harus disusun.
Endang Saifuddin Anshari, MA, menyatakan, ” tujuan organisasi perjuangan
Islam haruslah sesuai dengan tuntutan Islam sebagai dasar perjuangan. Rumusan
mengenai tujuan organisasi Islam boleh berlainan yang satu dengan yang lainnya,
namun haruslah sejalan dengan tujuan Islam itu sendiri.” [5][5]pendapat
ini agaknya perlu diperhatikan para aktivis organisasi dakwah.
Sebagai contoh kita mengambil suatu rumusan tujuan organisasi dakwah dengan
bunyi: ” Terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam
rangka mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridhaannya”. Nampak bahwa tujuan
organisasi tersebut memiliki keselarasan dengan firman Allah di dalam al-Quran
surah al Dzariyaat; 56. disamping itu rumusan tujuan tersebut mengandung tiga
unsur yang dinamis, yaitu : iman, ilmu, dan amal, sehingga dapat memberikan
dorongan positif bagi anggotanya.
Tujuan organisasi (ultimate goal) terdapat dalam anggaran dasar. Tujuan
organisasi dakwah harus disosialisasikan kepada para anggotanya, sehingga
mereka mengerti apa tujuannya berorganisasi. Untuk menjamin agar aktivitas
organisasi selalu berorientasi pada tujuan, sebaiknya setiap pengurus dan
anggota hafal di luar kepala atas teks tujuan tersebut. Tujuan organisasi biasanya
juga digunakan sebagai dasar pada surat-surat keputusan, dicantumkan dalam
proposal kegiatan, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun pedoman organisasi
dan lain sebagainya.
- Penetapan Tugas Pokok.
Tugas pokok merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan organisasi dakwah. Banyak sedikitnya tugas pokok
tergantung besar kecilnya organisasi. Penetapan tugas pokok harus berorientasi
pada tujuan, menjadi landasan bagi penyelenggaraan semua kegiatan serta mampu
menyahuti kebutuhan gerak organisasi.
- Perincian Kegiatan.
Perincian kegiatan merupakan daftar acuan kerja sebagai penjabaran tugas
pokok secara operasional. Perincian kerja organisasi dakwah harus disusun
lengkap dan terperinci sehingga mampu memberikan panduan bagi pengurus terutama
dalam kegiatan rutin organisasi.
- Pengelompokan Kegiatan Dalam
Fungsi-Fungsi.
Kegiatan organisasi dakwah yang harus dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan
tugas pokok adalah sangat banyak. Kegiatan-kegiatan tersebut ada yang berhubungan
erat satu dengan yang lainnya, dan dapat dibedakan secara jelas.
Kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya satu sama lain masing-masing
dikelompokkan menjadi satu yang disebut dengan ”fungsi”. Pengelompokan dalam
fungsi-fungsi dilakukan berdasarkan tujuan horisontal dan vertikal yang
selanjutnya menjadi dasar dalam proses hierarki dan departementasi organisasi
dalam bidang-bidang kerja.
- Departementasi.
Menurut Drs. Sutarto, ” yang dimaksud dengan departementasi adalah
aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi yang akan diserahi bidang
kerja tertentu atau fungsi tertentu. Fungsi adalah sekelompok aktivitas sejenis
berdasarkan kesamaan sifatnya atau pelaksanaannya.
Departementasi merupakan tindakan pemilahan atau pemecahan fungsi-fungsi
menjadi satuan-satuan organisasi dalam bentuk bagian, bidang departemen,
ataupun seksi. Dalam penyusunan satuan organisasi perlu di perhatikan :
a.
Setiap satuan organisasi memiliki satu fungsi utama yang sejenis.
b.
Pemilahan satuan tugas berdasarkan pertimbangan hierarki dan koordinasi.
c.
Satuan organisasi memiliki fleksibilitas bagi pengembangan organisasi.
d.
Setiap satuan organisasi memiliki hak, wewenang, tanggung jawab, tugas,
fungsi, personil dan fasilitas sesuai dengan kedudukannya.
- Penetapan Otoritas
Organisasi.
Setiap personil pengurus satuan organisasi memiliki otoritas sesuai dengan
jabatannya. Otoritas (wewenang) adalah kekuasaan untuk bertindak memberi
perintah dan mengambil keputusan dalam rangka melaksanakan amanah organisasi.
Otoritas diberikan sesuai dengan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
- Staffing (Pengisian Personil)
Pada prinsipnya organisasi adalah merupakan pengaturan orang-orang untuk
mencapai tujuan, karena itu pengaruh ”faktor manusia” besar sekali dalam keberhasilan
atau kegagalan organisasi dakwah mencapai tujuannya.
Staffing adalah penempatan orang-orang
yang sesuai keahliannya pada satuan organisasi yang telah disusun. Disini berlaku prinsip ”the right man on the right
place” dan ”the right man behind the right gun” dengan maksud
menempatkan orang pada posisi dan jabatan pengurus organisasi dakwah yang
tepat. Pembentukan struktur organisasi
yang baik dalam proses departementasi harus diimbangi dengan pemilihan personil
pengurus yang bekualitas, baik kualitas iman, ilmu, intelektualitas, maupun
keterampilannya.
Keterampilan yang dibutuhkan personil yang ditempatkan meliputi technical
skill, human skill, dan conceptional skill. Untuk pengurus pada
level bawah, menengah dan atas berbeda porsinya. Semakin tinggi posisinya dalam
hierarki organisasi semakin dituntut kemampuan konsepsional. Demikian pula
semakin rendah posisinya semakin dituntut teknis opersionalnya.
- Fasilitating (Pemberian Fasilitas)
Tindakan selanjutnya dalam pengorganisasian lembaga dakwah adalah memberi
fasilitas berupa perlengkapan dan peralatan organisasi, baik finansial,
material, maupun yang lainnya. Prinsip yang harus diikuti adalah bahwa
pemberian fasilitas kepada pengurus harus cukup tersedia sesuai dengan tugas,
tanggung jawab dan tujuan organisasi. Dengan tersedianya fasilitas yang baik insya
Allah pengurus organisasi dakwah akan dapat bekerja sesuai dengan harapan
anggota.[6][6]
STUDI KASUS MATERI
BASIC`TRAINNING REMAS AL KAUTSAR
1.
MATERI
Sholat
berjamaah
|
2.
TUJUAN
2.1.
Peserta memahami maksud dari tujuan pelaksanaan sholat berjamaah
2.2.
Peserta memahami tata cara penyelenggaraan sholat berjamaah.
|
3.
POKOK-POKOK BAHASAN
3.1.
Pemahaman tentang memakmurkan masjid dengan sholat berjamaah.
3.2.
Pemahaman tentang tuntutan Rasulullah dalam menegakkan sholat berjamaah.
3.3.
Pemahaman tentang tata cara melaksanakan sholat berjamaah.
|
4.
TARGET
4.1.
Peserta memahami pentingnya sholat berjamaah dan tata caranya.
4.2. Peserta (laki-laki) tergugah hatinya untuk
melaksanakan sholat fardu berjamaah di masjid.
|
5.
METODE
5.1.
Ceramah.
5.2.
Tanya Jawab.
5.3.
Penugasan.
|
6. SUSUNAN PANITIA BASIC TRAINING
A.
PANITIA PENGARAH
Ketua : A. Mustofa
Anggota : Hadiyatullah
B.
PANITIA PELAKSANA
Ketua : Suhadi
Sekretaris : Mukadi
Bendahara : Soepriyana
Seksi
Acara
Ketua : Ma’sum
Anggota : Abdul Kholik, Abdul Aziz
husain, Heru Santosa
Seksi
Dana
Ketua : Mas’ud
Anggota : Endang Kurniawan, M.
Yunus, As’ari
Seksi
Perlengkapan
Ketua : Marjono
Anggota : Ahmad Said, Syamsul
Maarif, Sundakir
Seksi
Konsumsi
Ketua : Muthi’ Masfu’ah
Anggota : Mikyal Suyuti, Krisni
Handayani, Lasminah.
|
7. FASILITATING
7.1. Note book, LCD projector dan screen
7.2.
Meja panelis
7.3.
Mimbar sambutan
7.4.
Meja MC
7.5.
Tempat duduk pria / wanita
7.6.
Meja penerimaan tamu pria / wanita dan pintu masuk
7.7.
Pintu keluar pria / wanita
|
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Organisasi
memiliki banyak pengertian, namun tidak berseberangan. Antara satu pengertian
dengan yang lainnya saling mendukung karena adanya kesamaan karakter dan
tinjauannya. Arti secara umum organisasi adalah unit sosial yang sengaja
dibangun atau distrukturkan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun
pengorganisasian (organizing) adalah aplikasi dari organisasi itu
sendiri. Yang merupakan salah satu unsur dari manajemen yang tergabung dalam
POAC (Planning, Organizing, actuating, controlling). Pengorganisasian
dalam arti umum adalah merupakan pengaturan segala perangkat dan sumber daya
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan organisasi yang harmonis dan
dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dakwah
berorientasi pada tujuan umum organisasi dakwah dan diimplementasikan dengan
dukungan seluruh faktor manajemen, seperti: moral, manusia, material, mesin,
uang, metode, dan perangkat keras maupun lunaknya.
Sistem
pengorganisasian meliputi berbagai rangkaian kegiatan yang bermula pada
orientasi atas tujuan yang akan dicapai dan berakhir pada saat kerangka
organisasi yang tercipta terlengkapi dengan prosedur dan metode kerja,
kewenangan, personalia serta peralatan yang diperlukan. Diantaranya adalah
perumusan kerja, penetapan tugas pokok, perincian kegiatan, pengelompokkan
kegiatan dalam fungsi-fungsi, departementasi, penetapan otoritas organisasi,
staffing, dan staffing.
B.
DAFTAR RUJUKAN
1.
Danim,Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah, cet.I (Jakarta: Bumi Aksara,
2006).
2. Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, cet. I (Jakarta:
Pustaka Al Kautsar, 2005)
3. Muhyiddin, Asep. Metode Pengembangan Dakwah, cet.I (Bandung: CV Pustaka
Setia Bandung, 2002)
4. Anshari,Endang Saefuddin. Wawasan Islam (Pokok-Pokok Pikiran Tentang
Islam dan Umatnya), edisi I (Jakarta: CV Rajawali, 1991)
http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2013/05/pengorganisasian-dakwah-dan-sistem.html
[2][2] Siswanto, Panduan Praktis Organisasi
Remaja Masjid, cet. I (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005) hal: 80
[3][3] Asep Muhyiddin, Metode Pengembangan
Dakwah, cet.I (Bandung: CV Pustaka Setia Bandung, 2002) hal: 23
[5][5] Endang Saefuddin Anshari. Wawasan
Islam (Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya), edisi I (Jakarta: CV
Rajawali, 1991) hal: 241
No comments:
Post a Comment