Mahasiswa PascaSarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
PAI Kelas C
Januari, 2014
By:
Mardika (Dika)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah
kebenaran telah menjadi perbincangan di antara mayoritas ahli filsafat dan para
sarjana. Berbagai teori kebenaran berlanjut menjadi perdebatan. Sesuai dengan
kenyataan atau fakta di lapangan, arti dari kata kebenaran secara umum
merupakan perluasan dari kejujuran (honesty), kepercayaan (good faith), dan
ketulusan (sincerity). Ada perbedaan klaim terhadap kebenaran dengan atas
pertanyaan : apa yang mendasari/membuat kebenaran; bagaimana cara menggambarkan
dan mengidentifikasi kebenaran; dan apakah kebenaran itu subjective, relative,
objective, atau absolute.
Dasar yang
sesuai untuk memutuskan bagaimana kata-kata, lambang, kepercayaan dan gagasan
dipertimbangkan menjadi suatu yang benar, apakah oleh perorangan atau suatu
keseluruhan masyarakat, ini adalah fokus utama yang menyangkut lima teori
substantif yang akan dijelaskan di bawah. Baru-baru ini muncul " berkenaan
dengan definisi teori kebenaran berdasar pada gagasan di mana aplikasi suatu
istilah seperti benar bagi suatu statemen tidak menyatakan apapun yang penting
tentang itu, tetapi label kebenaran adalah suatu alat ceramah yang digunakan
untuk menyatakan persetujuan, untuk menekankan klaim, atau untuk membentuk jenis
generalisation tertentu.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka
dapat dirumuskan beberapa masalah dalam pembahasan masalah ini, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan teori
kebenaran?
2.
Bagaimana konsep kebenaran menurut
teori keberagamaan?
3.
Bagaimana teori kebenaran mnurut
perspektif dalam Al-Qur’an?
C.
Tujuan makalah
Adapun
yang menjadi tujuan pembuatan makalah
ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep
kebenaran menurut teori keberagamaan
2. Untuk
mendeskripsikan teori-teori kebenaran menurut perspektif Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Kebenaran
- Subjektivisme
Subjektivisme
menyatakan bahwa kebenaran sesuatu hal adalah merupakan soal yang hanya
mengenai seseorang yang bersangkutan. Sesuatu yang benar menurut saya, belum tentu
benar menurut orang lain.
- Realisme
Pandangan ini
menyatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang memiliki wujud dalam realitas.
Orang mungkin saja salah melihat karena keterbatasan inderanya, akan tetapi hal
ini tidak akan menafikan keberadaan suatu benda yang benar-benar ada.
- Pragmatisme
Pragmatisme mengatakan
sesuatu dapat dikatakan benar, kalau keterangan/benda/hal itu sesuai dengan
realitas yang diterangkannya. Kalau kita menyatakan bahwa bulan itu tidak
mempunyai atmosfir, keterangan itu akan kita katakan benar, kalau keterangan
itu sendiri sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya terdapat di sekeliling
kita.
- Teori Konsistensi
Menurut
teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan
antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan perkataan lain : Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan
putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih
dahulu.
- Teori Konsensus
Teori
Konsensus menyatakan kebenaran itu adalah apapun yang disetujui, atau dalam
versi lain, mungkin datang untuk menjadi disetujui, yang ditetapkan oleh
beberapa kelompok. Kelompok seperti itu boleh jadi meliputi semua manusia, atau
beberapa orang dari suatu kelompok yang terdiri dari lebih dari satu orang. [1]
Berangkat
dari hal ini maka dapat kita katakan bahwa klaim kebenaran yang diusung oleh
Filsafat cenderung bersifat subjektif. Kita akan mendapati kebenaran pada
segala sesuatu sekaligus kebatilan pada segala sesuatu itu tergantung sudut pandang dan siapa yang mengatakan. Karena kebenaran
filsafat berangkat dari ragu dan ujungnya pun adalah keraguan. Oleh sebab itu
Tuhan menurunkan wahyu kepada para nabinya untuk menyampaikan kebenaran, yang disebut
dengan kebenaran agama.
B.
Kebenaran Agama
Berbeda
dengan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan, kebenaran agama ini berangkat
dari keyakinan dan klaim bahwa kebenaran itu datang dari Tuhan melalui
utusan-Nya. Para penganut agama mendapatkan suatu kebenaran dengan membaca
kitab suci semisal al-Kitab dan al-Qur’an yang dibawa oleh nabinya.
Namun,
setiap agama atau aliran atau mazhab
mengklaim dirinya yang paling benar, dan yang lain sesat semua. Klaim ini
kemudian melahirkan keyakinan yang biasa disebut doctrin of salvation (doktrin
keselamatan), bahwa keselamatan atau pencerahan (enlightenment), atau sorga
merupakan hak para pengikut agama/aliran/mazhab tertentu saja. Sedangkan,
pemeluk agama/aliran/mahzab lain akan celaka, dan masuk neraka. [2]
Di bawah ini
salah satu contoh klaim kebenaran yang disampaikan oleh seorang Teolog
terkemuka, Dr. Eddy Peter P., Ph.D pada Orasi Ilmiah Wisuda ke2 STT Injili
Philadelphia, berikut ringkasannya : Bagaimana agar kita tetap bertahan pada
iman kita? Oleh sebab itu, malam ini saya mengajak Anda sekalian untuk “berjuang
membela iman tradisional (murni) di era postmodernisme (To Contend for the
Traditional Faith in Postmodern Era).[3]
Apa yang kita maksudkan dengan iman tradisional yang harus kita perjuangkan di
sini? Yang saya maksudkan dengan the traditional faith di sini adalah sbb:
(1) The
total, inerrant inspiration of Scripture by the Holy Spiri
(2) The
virgin birth of Jesus Christ
(3) The
absolute deity of Jesus Christ
(4) The
salvation of the soul by the blood atonement of Jesus Christ
(5) The
second coming of Jesus Christ
Pada makalah
ini akan membahas tentang beberapa topik
yang berhubungan dengan the traditional faith di atas, yaitu:
I.
Mempertahankan Iman bahwa Alkitab
adalah Kebenaran Mutlak
Alkitab adalah kebenaran mutlak dan otoritas final terkandung dalam doa Yesus untuk murid-murid-Nya, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran-Mu; Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17).
Alkitab adalah kebenaran mutlak dan otoritas final terkandung dalam doa Yesus untuk murid-murid-Nya, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran-Mu; Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17).
II.
Mempertahankan Iman bahwa Kristus
adalah Satu-Satunya Jalan dan Kebenaran
Ketika Yesus
Kristus bersaksi dalam persidangan Diri-Nya, Ia berkata “Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suara-Ku.” Mendengar kesaksian Yesus Kristus ini Pilatus langsung bertanya,
“Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:37-38). Pilatus berdiri di depan Kebenaran,
namun ia tidak mengenal kebenaran. Bahkan ia seakan telah memiliki kebenaran
sehingga menjadi hakim bagi kebenaran. Kebenaran adalah Yesus sendiri. Suatu
kali Yesus menjawab pertanyaan Tomas dan berkata, “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Sorga), kalau tidak
melalui Aku.” (Yohanes 14:6)[4]
C. Kebenaran
Perspektif al-Qur’an
Al-Qur’an
telah diyakini sebagai wahyu dari Allah Yang Maha Benar, mengandung petunjuk
untuk menusia. Diantara petunjuk yang disampaikan adalah petunjuk tentang
kebenaran. Term benar dan kebenaran dalam terjemah tafsir DEPAG dalam bahasa
al-Qur’an diwakili dengan lapadz al-Haq. Klaim kebenaran ada di mana-mana.
Bagaimana al-Qur’an mengklaim kebenaran? Dalam makalah ini, penulis
klasifikasikan konteks kebenaran (al-haq) dalam al-Qur’an, baik Makiyyah maupun
Madaniyyah.
Menurut
al-Qur’an, kebenaran bukanlah milik hawa nafsu, dan kalau kebenaran mengikuti
hawa nafsu niscaya hancurlah bumi dan langit. Allah SWt. Berfirman :
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
Artinya, ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.”
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
Artinya, ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.”
Hak berasal dari bahasa Arab. Dalam Kamus Kontemporer
hak mengandung beberapa arti di antaranya sebagai berikut : tetap, benar,
pasti, meyakini, mengetahui senyatanya, realitas, kenyataan, yang pasti yang
benar, asli, otentik, riil, sungguh, sesungguhnya, kebenaran, fakta
ويقال: أَحقَقْت الأَمر إِحقاقاً إِذا أَحكمته
وصَحَّحته؛ وحَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا أَتـيتَه؛ حكاه أَبو عبـيد
وحَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا أَتـيتَه؛ حكاه أَبو عبـيد. وقال: حَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا غلَبته علـى الـحقّ وأَثبَتَّه علـيه
وحَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا أَتـيتَه؛ حكاه أَبو عبـيد. وقال: حَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا غلَبته علـى الـحقّ وأَثبَتَّه علـيه
.
Sementara
itu di dalam kitab Taj al-’Arus disebutkan :
وحَقَّ الشّيءَ : أَوجْبَهَ وأثبَتَه وصارَ عندَه حَقاً لا يَشُك وقالَ ابنُ درَيد : حَقَّ الأمْرُ يَحِقُّ حَقاً ويَحُقُّ : إِذا وَقَعَ بلا شَك وحَقَقْتُ الأمْرَ : إِذا تَحَققْته وتَيَقنته أي : وصرتَ منه عَلَى يَقِين حكاه أَبو عُبَيْدٍ .
وحَقَّ الشّيءَ : أَوجْبَهَ وأثبَتَه وصارَ عندَه حَقاً لا يَشُك وقالَ ابنُ درَيد : حَقَّ الأمْرُ يَحِقُّ حَقاً ويَحُقُّ : إِذا وَقَعَ بلا شَك وحَقَقْتُ الأمْرَ : إِذا تَحَققْته وتَيَقنته أي : وصرتَ منه عَلَى يَقِين حكاه أَبو عُبَيْدٍ .
Term Al-Haq dalam al-Qur’an dengan segala derivasinya muncul 287 kali. Di dalam surat-surat Makiyyah terdapat kurang lebih 197 dan sisanya 90 ayat adalah Madaniyyah.[5]
Dalam
surat-surat Makiyyah term hak lebih sering muncul dapat dimaklumi karena
permulaan turun adalah kepada orang-orang Jahiliyyah yang sangat ingkar. Maka
untuk meyakinkan mereka, Allah menegaskan bahwa al-Qur’an itu benar-benar wahyu
dari Allah, Muhammad itu benar-benar utusan Allah, Janji Allah itu benar-benar
akan dilaksanakan, kiamat benar-benar akan terjadi. Begitu juga dalam
surat-surat Madaniyyah, term hak muncul untuk mengukuhkan dan menguatkan
tentang kebenaran yang sebelumnya telah dibawa oleh orang-orang Yahudi dan
Nashrani, disamping untuk meyakinkan penduduk asli Madinah pada waktu itu.
Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini penulis sampaikan pokok-pokok bahasan dalam al-Qur’an
yang berhubungan dengan term hak.
- Dalam surat-surat Makiyyah :
a.
Allah al-Haq
.Demikianlah,
karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang
mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah, Dialah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
b.
Kebenaran dari dan Kepunyaan Allah
Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim
itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek.
c. Rasul
membawa kebenaran :
Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa
kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."
d.
Rasul adalah diutus dengan hak
Dan tidaklah
Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil
agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap
ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokkan.
e.
Yang dibawa muhammad adalah
kebenaran
Atau (apakah
patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila."
Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka
benci kepada kebenaran.
f.
Al qur’an adalah kebenaran dari
Tuhan
Dan
barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang
kafir kepada Al Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya karena
itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Qur'an itu. Sesungguhnya (Al Qur'an)
itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
g.
Al qur’an membicarakan kebenaran
Kami tiada
membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada
suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.
h.
Benar kebalikan dari dusta, bathil.
Raja berkata
(kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda
Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: Maha Sempurna
Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya. Berkata isteri Al
Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk
menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang
benar." (Q.S. Yusuf: 51).
i.
Hari berbangkit
Dan telah
dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba
terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai,
celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan
kami adalah orang-orang yang zalim.
j.
Pengingkaran haq
Dan Kami
datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu", maka tahulah mereka bahwasanya yang
hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka
ada-adakan.
k.
Haqqul Yakin
Sesungguhnya
(yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
l.
Kiamat
Kiamat
disebut Al Haqqah karena hari kiamat benar-benar akan terjadi. Di dalam kitab
Taj al-’Arus disebutkan : dinamai kiamat dengan Haqqah karena ia akan
memberikan haknya kepada semua manusia baik amal yang baik maupun yang jelek. Tiap-tiap
umat akan mendapatkan (hak) dari hasil amalnya masing-masing.[6]
- Hak dalam Ayat-Ayat Madaniyyah
a.
Allah al Haq
Maka (Zat
yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah
kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari
kebenaran)?Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala suatu.
b.
Menetapkan yang hak, adalah hak
pereogatif Allah
agar Allah
menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun
orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
c.
Allah yang menunjukkan kepada
Kebenaran
Katakanlah:
"Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada
kebenaran?" Katakanlah: "Allah-lah yang menunjuki kepada
kebenaran".
d.
Mengokohkan hak adalah ketetapan
Allah
Dan Allah
akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang
berbuat dosa tidak menyukai (nya).
e.
Jangan ragu-ragu bahwa hak itu
datang sari Tuhanmu
Maka jika
kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan
kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
f.
Mencampuradukkan yang hak dan bathil
Dan
janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
g.
Konteks untuk Yahudi dan Nashrani
Hai Ahli
Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan
menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?
h.
Ahli Kitab melampaui batas kebenaran
Wahai Ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa
putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara.
i.
Ahli Kitab yang sebenarnya
Dan apabila
mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat
mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah
mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya
Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.) Mengapa
kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada
kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan
orang-orang yang saleh?"
j.
Al-Qur’an adalah kebenaran
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan
Allah", mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan
sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa
yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi
Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?".
k.
Muhammad membawa kebenaran
Sesungguhnya
Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.
m.
Kebenaran dari Allah
Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang
yang ragu.
n.
Al Kitab membawa kebenaran
Yang
demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa
kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al
Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.
o.
Rasul diutus dengan membawa
kebenaran dari Tuhan
Itu adalah
ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu
benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.
p.
Muhammad adalah benar-benar Rasul
Bagaimana
Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka
telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki
orang-orang yang zalim.
q.
Agama Haq
Dialah yang
telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang
benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik
tidak menyukai.
r.
Persangkaan yang salah terhadap hak
Dan
kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
s.
Yang Benar-Benar Hak
Dan
orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh
serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang
hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
memperbaiki keadaan mereka. [7]
D. Kalam Khobari dan kalam Insya’i
Salah satu
kemukjizatan al-Qur’an terletak pada susunan kalimatnya. Bentuk-bentuk
penggambaran yang disampaikan al-Qur’an dari masing-masing kata dan kalimat
mengandung arti yang dalam. Abu Zaid mengatakan :
Al-Qur’an
adalah laut, pantainya adalah ilmu-ilmu kulit dan cangkang, dan kedalamannya
adalah lapisan tertinggi dari ilmu-ilmu inti. Di pantai hanya ada beberapa
cangkang kosong dan pasir, sementara lautan penuh dengan permata dan mutiara.
Semakin dalam gelombang lautan diselami, semakin banyak permata dan mutiara
yang dapat diperoleh. Pembaca yang tenggelam dalam bacaannya, yang memberikan
perhatiannya pada bagaimana menyampaikan, dan pada ilmu-ilmu kulit dan cangkang
saja, sebenarnya, sebenarnya hanya berputar-putar di pantai saja tanpa
menemukan apapun.[8]
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
melalui
Al-Qur’an memberitakan kepada kita tentang konsep-konsep kebenaran. Umat Islam
tidak meragukan lagi bahwa Kebenaran datang dan bersumber dari Yang Maha Benar.
Mutiara yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut menghendaki kita untuk
mewujudkan kebenaran dalam aktivitas sehari-hari. Orang-orang Yahudi dan
Nashrani mereka mempunyai kebenaran namun oleh mereka dicampur adukkan dengan kebatilan, kemudian Allah melarang mereka melakukan yang
demikian. Ayat-ayat tersebut merupakan berita (khabar) kepada kita bagaimana
perbuatan mereka. Tetapi sekaligus merupakan peringatan dan perintah kepada
kita untuk tidak seperti mereka. Dengan demikian jika di antara umat Islam
seperti mereka bukan umat Islam namanya. Demikian
juga ayat-ayat yang lain, pada hakikatnya dualisme makna ayat al-Qur’an selalu
mengiringi teks-teks tersebut. Ada makna dhahir ada makna bathin, ada kulit ada
isi, ada konsep ada praktek, ada khabar ada insyai. Oleh karena itu,satu lafadz khobari harus dimaknai juga sebagai insyai.
Daftar Pustaka
- Saefuddin Anshari, Endang. Ilmu, Filsafat dan
Agama (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991).
- Trueblood, David. Philosophy of Religion :
Filsafat Agama, terj. Prof. Dr. H.M. Rasyidi (Jakarta, Bulan Bintang,
1965).
- Michael Williams, Encyclopedia of Philosophy,
Supp., "Truth", (Macmillan, 1996), and Field, Hartry, Truth and
the Absence of Fact (2001).
- Merriam-Webster’s Online Dictionary, Truth, 2005
- Malik Thoha, Anis. Tren Pluralisme Agama:
Tinjauan Kritis (Jakarta: Penerbit Perspektif, 2005).
- DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahnya
- Al-Husaini, Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq.
Taj al-’Arus min jawahir al-Qamus Juz 1 hal 6251.
- Abu Zaid, Nashr Hamid. Mafhum al-Nas,
Tekstualitas al-Qur’an ; terj. Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: LkiS,
2005), 349.
- Saefuddin
Anshari, Endang. Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991).
- Trueblood,
David. Philosophy of Religion : Filsafat Agama, terj. Prof. Dr. H.M.
Rasyidi (Jakarta, Bulan Bintang, 1965).
[3] Michael Williams, Encyclopedia of Philosophy, Supp.,
"Truth", (Macmillan, 1996), and Field, Hartry, Truth and the Absence
of Fact (2001).
[7] Al-Husaini, Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq. Taj al-’Arus min
jawahir al-Qamus Juz 1 hal 6251,
[8] Abu Zaid, Nashr Hamid. Mafhum al-Nas, Tekstualitas
al-Qur’an ; terj. Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: LkiS, 2005), 349.
No comments:
Post a Comment